Minggu, 30 November 2008

Rp 97 Juta Digasak Maling

n Dana Beasiswa dan Bana BOS

KUPANG, PK---Sekelompok pencuri yang membawa senjata rakitan dan parang melakukan aksi pencurian di SMP Negeri 2 Kupang Tengah, Baumata, Kabupaten Kupang, Jumat (28/11/2008) pukul 02.00 Wita. Para pencuri yang berjumlah sekitar enam orang itu berhasil menggasak uang sekitar Rp 97 juta dari dua brankas di ruangan kepala sekolah.
Kepala SMP Negeri 2 Kupang Tengah, Baumata Ny. Rika A Ahab, kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat (28/11/2008), membenarkan aksi pencurian itu. Ny. Rika mengatakan, para pencuri yang berjumlah sekitar enam orang itu datang dengan membawa senjata tumbuk dan benda tajam lainnya. Mereka masuk ke dalam ruangan guru melalui salah satu jendela yang pecah. Padahal, malam itu penjaga sekolah bernama Dance bersama dua orang buruh bangunan yang mengerjakan gedung baru di sekolah itu tidur di ruangan guru.
Ny. Rika menjelaskan, para pencuri sempat mengikat penjaga sekolah bersama dua buruh bangunan lainnya. "Ketiganya diikat di kursi dalam kondisi muka ditutup kain oleh para pencuri," ujarnya.
Dalam kejadian itu, kata Ny. Rika, para pencuri membongkar paksa dua buah brankas. Masing-masing brankas kecil berisi uang beasiswa bagi siswa miskin untuk 75 orang senilai Rp 21 juta. Uang tersebut rencananya dibagikan kepada para orangtua siswa, Sabtu (29/11/2008) hari ini.
Di brankas itu juga terdapat uang pembelian meubeler sekitar puluhan juta. "Uang pembelian meubeler cukup besar," ujarnya.
Sementara di brankas yang besar terdapat uang pembangunan ruang kelas baru senilai Rp 28 juta, uang titipan dua orang guru Rp 2.600.000,00 serta dana bos Rp 2.700.000,00.
Dikatakannya, para pencuri berhasil masuk ke dalam ruangan kepala sekolah tanpa merusak pintu ataupun jendela ruang kerja kepala sekolah. "Saya tidak tahu dari mana para pencuri itu bisa mendapatkan kunci ruangan kerja saya. Saya memang memberi satu kunci ruangan cadangan kepada Dance untuk memudahkan yang bersangkutan membersihkan ruangan," kata Ny. Rika.
Menurut Ny. Rika, peristiwa itu terjadi pada saat hujan lebat. Para pencuri itu meninggalkan brankas kecil dalam keadaan kosong di hutan tidak jauh dari sekolah itu. Surat-surat penting yang disimpan dalam brankas itu dibiarkan tercecer di tempat itu. "Tidak hanya uang sekolah yang diambil. Para pencuri juga mengambil HP dan uang milik penjaga sekolah dan uang milik dua orang buruh bangunan itu," kata Ny. Rika.
Para pencuri, kata Ny. Rika, juga sempat mengacak-acak meja kerjanya. Kasus tersebut kini telah ditangani aparat Polsek Kupang Tengah.
Dalam bulan ini sudah tiga kasus pencurian yang terjadi di Kecamatan Kupang Tengah. Kasus pertama terjadi tanggal 3 November 2008. Saat itu, uang Rp 52 juta yang disimpan dalam brankas di SMA Negeri 2 Kupang Tengah, Baumata, ludes digasak maling. Selain itu, pada Rabu (26/11/2008) malam, terjadi kasus pencurian di Kantor Kecamatan Kupang Tengah. Saat itu, uang Rp 5 juta raib dicuri gerombolan pencuri yang hingga kini belum teridentifikasi aparat kepolisian. (ben)

Kasus Pencurian 2008:

16 Februari 2008: Kios Yani di RT 06/RW 03, Kelurahan Sikumana, dibobol maling. Sejumlah barang dagangan raib dengan total kerugian mencapai Rp 5 jutaan.
2 Maret 2008: Izhak Eduard (36), pegawai Bank NTT, kehilangan uang senilai Rp 5 juta serta kotak berisi perhiasan emas senilai Rp 20 juta. Pencurian terjadi pada saat korban dan keluarga ke gereja.
5 Mei 2008: Kantor Lurah Tuak Daun Merah (TDM), Kota Kupang, disatroni maling. Satu unit komputer dan tape raib.
9 Mei 2008: Toko Frenjer di Kelurahan Kambajawa, Kecamatan Kota Waingapu, disatroni maling. Akibatnya, uang tunai senilai Rp 14 juta, beberapa bungkus rokok dan satu buah handphone raib.
16 Mei 2008: Tabernakel Gereja Welonda di Kecamatan Laura, Sumba Barat Daya, dicuri.
17 Juni 2008: Majelis Hakim PN Kupang mevonis Rohi Kana
enam bulan penjara karena terbukti mencuri perhiasan emas milik Desilfa Damu. Selain mencuri perhiasan emas, Rohi Kana juga mencuri uang Rp 500,000 milik korban.
12 Juli 2008: Ruang Asisten II Sekab TTS dibobol maling, uang honor Rp 3 juta dan handphone merk Hi-Tech milik Asisten II, Drs. Salmun Tabun, dibawa kabur pencuri.
30 Agustus 2008: Tiga dari empat brankas SMPN 10 digasak maling. Beruntung, tiga brankas itu tidak berisi uang.
1 September 2008: Roytersianus Ermiwanto Panda (23), pegawai honorer di Kantor Gubernur NTT, dibekuk aparat Polresta Kupang, karena diduga hendak mencuri uang dari kotak pengumpulan dana pembangunan gereja dari Gereja Katedral Kupang.
12 September 2008: Kantor Pegadaian
Penfui dibobol maling. Untung, pencuri tidak membawa barang- barang berharga dan uang.
24 Oktober 2008: Kotak amal di Masjid Sikumana dan uang di dalamnya hilang digasak maling.
19 November 2008: Ny. Ina (35), warga RT 40/RW 13, Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, yang mengaku sebagai tim doa, mencuri uang milik pasien kelas III RSU Prof. Dr. W Z Johanes Kupang senilai Rp 5 juta ketika pelaku datang berdoa bersama seorang anaknya.
28 November 2008: Sekelompok pencuri yang membawa senjata rakitan dan parang mencuri uang sekitar Rp 97 juta dari dua buah brankas di ruanga kepala SMPN Negeri 2 Kupang Tengah.
---------------------------------
Sumber: Dokumentasi Pos Kupang/ati

KPK Usut 4 Kasus di NTT

KUPANG, PK -- Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) melakukan gelar perkara penanganan kasus-kasus korupsi di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Empat kasus korupsi yang sebelumnya dihentikan penyidikannya oleh kepolisian di NTT bakal diusut atau dibuka kembali oleh KPK. Penyidikan empat kasus itu ditangani bersama KPK dan Polda NTT.
Hal itu dikatakan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Resese Kriminal Kepolisian Daerah (Dir Reskrim Polda) NTT, AKBP Mohamad Slamet, ketika dikonfirmasi wartawan di Markas Polda (Mapolda) NTT, Jumat (21/11/2008).
Slamet menjelaskan, dua dari empat kasus yang sempat digelar dalam pertemuan KPK dengan jajaran penyidik Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polda NTT, Kamis (20/11/2008), terdapat di Kabupaten Kupang. Dua kasus lainnya di Kota Kupang dan Kabupaten Belu.
Dalam pertemuan yang diikuti tujuh anggota KPK, jelas Slamet, sempat membahas kasus korupsi pengadaan kapal ikan di Kabupaten Kupang yang merugikan negara Rp 294 juta lebih yang diduga melibatkan Bupati Kupang, Drs. IA Medah.
Selain itu, kata Slamet, kasus korupsi dana operasional di DPRD Kabupaten Kupang tahun 1999-2004 yang merugikan negara Rp 1 miliar, kasus korupsi dana operasional di DPRD Kota Kupang TA 1999-2004 senilai Rp 2,5 miliar, dan kasus korupsi dana tunjangan anggota DPRD Belu TA 1999-2004 senilai Rp 954.683.382.
"Beberapa kasus itu sempat dibahas dalam pertemuan KPK dengan tim Tipikor Polda NTT. Pihak KPK memberikan beberapa catatan, di mana kasus-kasus yang sebelumnya telah di SP3 oleh penyidik kepolisian di NTT beberapa waktu lalu diteliti kembali. Kalau ada novum baru, maka segera dibuka. Peluang untuk membuka kembali kasus-kasus itu sangat terbuka lebar sepanjang ada novum baru," kata Slamet.
Ditanya kebenaran informasi bahwa KPK akan menangani langsung kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah di NTT, Slamet mengatakan, KPK memang akan menangani sendiri proses penyelidikan kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah untuk memperpendek birokrasi perizinan.
"Kalau KPK yang tangani langsung, maka pemeriksaan terhadap kepala daerah tidak perlu izin presiden lagi, langsung diperiksa. Beda kalau kami yang tangani, harus minta izin kepada presiden," kata Slamet.
Sumber Pos Kupang di Mapolda NTT, mengungkapkan, dalam pertemuan itu para anggota KPK secara tegas meminta agar empat kasus yang diduga melibatkan para anggota DPRD periode 1999-2004 dibuka kembali, termasuk kasus kapal ikan. "Mereka akan pantau terus. Kemungkinan empat kasus itu akan diambilalih proses penyidikannya oleh KPK," kata sumber itu.
Selain itu, lanjut sumber tersebut, mulai tahun 2009, apabila ada kepala daerah di NTT yang terseret kasus korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), proses penyidikannya langsung ditangani oleh KPK. Sementara Tipikor Polda NTT hanya menangani kasus-kasus korupsi untuk tingkat Sekda ke bawah. (ben)

Empat Kasus Bakal Dibuka Kembali
------------------------------------------------------------------------
Jenis Kasus ! Nilai Kerugian ! Keterangan
------------------------------------------------------------------------
1. Pengadaan Kapal Ikan ! Rp 294 Juta ! Kab. Kupang
2. Dana Operasional
DPRD 1999 - 2004 ! Rp 1 miliar ! Kab. Kupang
3. Dana Operasional
DPRD 1999 - 2004 ! Rp 2,5 miliar ! Kota Kupang
4. Dana Tunjangan
Anggota DPRD !
1999 - 2004 ! Rp 954 Juta ! Kab. Belu
---------------------------------------------------------------------------
Sumber : Polda NTT, Jumat (21/11/2008).

Usai Gorok Leher Istri: Briptu Mahmud Bunuh Diri

SOE, PK -- Brigadir Polisi Satu (Briptu) Syafrudin Mahmud (27), anggota Polsek Polen jajaran Polres Timor Tengah Selatan (TTS) nekat bunuh diri usai menggorok leher istrinya, Inang Belawa (25). Mahmud menggorok leher istrinya dengan sebilah pisau di salah satu kamar kos milik Haji Arsyad, di Kelurahan Kota Baru, Kota SoE, Kabupaten TTS, Minggu (23/11/2008) siang. Diduga Briptu Mahmud mengakhiri hidupnya dengan cara menggorok lehernya menggunakan sebilah pisau sabu.
Salah satu saksi di tempat kejadian perkara (TKP), Namri Ridwan mengatakan, sebelum peristiwa tragis itu ia sempat mendengar suara istri korban berteriak berkali-kali meminta pertolongan dari kamar kos korban. Mendengar teriakan Inang, ia keluar dari ruang tamu rumah yang berada persis di depan kamar korban.
Namri mengatakan, saat keluar dari ruangan ia melihat Inang sudah bersimbah darah. Namri tidak bisa mendeskripsikan asal darah yang keluar dari bagian tubuh Inang. Bahkan ia sempat pingsan setelah melihat kondisi Inang yang bersimbah darah. "Setelah saya pingsan saya tidak tahu lagi," kata Namri.
Informasi yang dihimpun di TKP, usai digorok suaminya, Inang dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) SoE. Istri korban, Inang Belawa yang ditemui di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD SoE masih sadar untuk diajak bicara.
Menurut dokter jaga RSUD SoE, dr. Lilik, Inang mengalami luka robek di pipi sebelah kanan sepanjang 1 cm, luka robek di bawah dagu 5 x 3 cm, luka robek di leher, 7 x 2 cm, luka robek di belakang telinga kiri 3 cm tembus pipi kiri sekitar 10 cm.
Tak hanya itu, Inang juga mengalami luka robek di tangan kiri dengan rincian setiap jari tangan kiri terluka sayat berdiameter 2 x 12 cm. Selain itu, korban juga mengalami luka robek di tangan kiri. Pada bagian ibu jari mengalami luka yang serius. "Untuk mendapatkan perawatan lanjutan Inang kami rujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Kupang," ujar Lilik.
Inang Belawa kepada wartawan yang ditemui usai mendapatkan perawatan darurat dari dokter jaga di IRD RSUD SoE, mengakui peristiwa tragis itu terjadi begitu singkat. Dia mengaku, tidak ada keributan atau cek-cok mulut antara dia dengan suaminya.
"Tidak ada keributan antara saya dan suami. Saya hanya sampaikan ke suami, mari su bapak kita pi bayar uang kos ke mama kos. Lantaran ini hari sudah siang, besok kita harus ke Rumah Sakit Bhayangkara (RSB) Kupang bayar uang kekurangan biaya operasi usus buntu bapak. Suami saya katakan, sabar dulu. Tak berapa lama kemudian, dia langsung potong saya punya leher dan menggoroknya," ujar Inang.
Sebelum pisau sampai di lehernya, lanjut Inang, ia sempat mengatakan harus ke Kupang karena sudah berjanji dengan kepala ruang RSB Kupang untuk membayar sisa kekurangan uang pembayaran operasi usus buntu. Namun, tak dinyana usai mengatakan hal itu, korban langsung taruh pisau di lehernya dari belakang.
"Saya sempat tangkis itu pisau. Dan, badan saya tidak kuat lagi. Waktu itu anak saya bernama Amin di dalam sementara menangis. Amin berdiri di belakang dan terus menangis. Tak berapa lama saya bangun cepat-cepat dan keluar minta tolong kepada tetangga. Anak saya yang berumur tiga tahun itu lari keluar. Saya tidak tahu kondisi suami saya setelah itu," jelas Inang.
Pantauan di TKP, tewasnya salah satu anggota Polres TTS ini membuat heboh warga Kota SoE. Pasalnya, lokasi kejadian tidak jauh dari Pasar Inpres SoE. Kematian tragis yang menimpa Mahmud tersiar cepat dari mulut ke mulut dan akhirnya berdampak tumpah ruahnya ratusan warga mendatangi tempat kejadian perkara.
Usai mendapatkan laporan peristiwa tersebut, jajaran Polres TTS yang dipimpin Wakapolres, Kompol Bambang Kusnariyanto, S.Ik mendatangi tempat kejadian perkara. Tak lama kemudian, Kanit Identifikasi Reskrim Polres TTS, Bripka Don Rena bersama tiga stafnya, Brigpol Lorens Jehau, Bripda Arifin Kasim dan Briptu Yandri Tlonaen masuk ke kamar kos.
Di ruang itu tergeletak sosok mayat Mahmud dalam kondisi tidur dengan dua tangan terlentang di lantai kamar. Mahmud yang mengenakan baju kaos biru muda dipadu celana jeans biru tua bersimbah darah nyaris pada seluruh tubuhnya. Setelah melakukan olah TKP sekitar pukul 15.20, anggota Polres TTS mengeluarkan mayat Mahmud dari kamar kos. Mayat Mahmud kemudian diangkut dengan ambulans dan dibawa ke RSUD SoE untuk divisum.
Informasi yang dihimpun di RSUD SoE, dokter dan perawat melakukan upaya medis menjahit leher korban yang terobek sepanjang 28 cm dan lebar 3,5 cm. Diduga robekan itu terjadi setelah pisau mampir di leher korban. Tak hanya itu terdapat sayatan panjang di perut korban.
Sekitar pukul 16.30 Wita, mayat korban dibawa ke Kupang ke rumah orangtua korban. Rencananya, jenazah Mahmud akan dibawa ke kampung halamannya di Adonara, Kabupaten Flores Timur dengan kapal feri, Minggu (23/11/2008) malam.
Kapolres TTS, AKBP Suprianto yang dikonfirmasi melalui Kasat Reskrim, AKP Sandy Sinurat, S.Ik, Minggu (23/11/2008) malam, mengatakan, polisi masih menyelidiki motif dan penyebab bunuh diri hingga tewasnya Briptu Syafrudin Mahmud. Penyelidikan dilakukan dengan memeriksa sejumlah saksi yang mengetahui, mendengar dan melihat saat peristiwa itu berlangsung.
Dirawat di RSB
Ny. Inang Belawa, korban penikaman suaminya sejak Minggu kemarin dirawat di RSB Kupang. Korban diantar tiga petugas medis RSUD SoE tanpa pengawalan anggota Polres TTS. Sejumlah anggota keluarga, termasuk ayah korban, telah menunggu di RSB Kupang. Korban tiba di RSB Kupang pukul 17.45 Wita.
Disaksikan Pos Kupang, kondisi korban sangat mengenaskan. Pada pipi bagian kiri dipenuhi perban, diduga luka akibat benda tajam. Sementara pada lehernya juga terdapat perban menutupi luka.
Ken Belawa, salah seorang anggota keluarganya, kepada wartawan di RSB Kupang, menjelaskan, pihak keluarga belum mengetahui motif kejadian yang menyebabkan Briptu Mahmud Syafrudin meninggal dan istrinya menderita luka-luka. "Kami belum tahu persis tentang kasus ini," ujar Ken, didampingi sejumlah anggota keluarga lainnya. (aly/ben)


Mengeluh Tak Cocok Kerja di Polen

INANG Belawa masih menangis tersedu-sedu saat ditemui di salah satu tempat tidur, Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah (IRD RSUD) SoE, Minggu (23/11/2008) sore. Dengan balutan kain kasa di pipi kiri, telinga kiri dan telapak tangan kiri, Inang masih tidak percaya dengan ulah nekat suaminya yang menggorok lehernya dari belakang.
Inang mengatakan, ia tidak pernah mendapati suaminya marah sehebat itu sampai menggunakan senjata tajam menggorok lehernya. Bila terjadi perkelahian antara dirinya dan suaminya, paling keras hanya tempeleng saja.
"Kalau pakai senjata tajam baru kali ini saja. Dan, seingat saya dia gunakan pisau dapur motif sabu," kata Inang sambil menanyakan kondisi suami dan anaknya kepada salah satu perawat di RSUD SoE. Saat diwawancara, Inang tidak mengetahui kalau suaminya sudah tewas.
Tentang kemungkinan adanya persoalan, Inang mengatakan, suaminya pernah mengatakan banyak pikiran. Namun, ia tidak mengetahui berbagai persoalan yang menggelayuti pikiran suaminya.
"Sejak di Polsek Polen dua tahun lalu, ia sering mengeluh sakit. Ia pernah mengatakan sudah tidak cocok lagi tugas di Polsek Polen, dan mau cari suasana kerja di tempat lain. Tapi tidak ada orang percaya ia diganggu sesuatu yang tidak kelihatan," tutur Inang.
Di mata teman-teman seangkatannya, korban tidak pernah menunjukkan perilaku aneh saat berada di Polres TTS. Korban juga tidak pernah mengeluhkan masalah yang membelit dalam kehidupan keluarganya. "Tidak ada tanda-tanda dan pengeluhan dari korban," ujar salah satu anggota Polres TTS yang namanya enggan dikorankan.
Sementara ketika ditemui di RSB Kupang, tak ada kata-kata yang terucap dari mulut Inang. Bibirnya hanya terkatup rapat. Terlihat butiran air mata jatuh dari kelopak matanya tatkala melihat sejumlah saudaranya mengangkat tubuhnya dari tandu mobil ambulans ke atas salah satu tempat tidur di ruangan IRD RSB Kupang, Minggu (23/11/2008) pukul 17.45.00 Wita.
Ibu satu anak ini terlihat hanya bisa pasrah di tempat tidur. Tubuhnya diselimuti kain putih. Sesekali ia menarik napas panjang. Matanya sempat terbuka beberapa saat, namun dipejamkan kembali setelah ibu dari Encis (3) asal Lohayong, Kabupaten Flores Timur itu melihat saudara-saudaranya ada di sisinya saat itu.
Beberapa bekas luka terkena benda tajam yang diduga dilakukan suaminya asal Lamahala-Adonara, Flores Timur, telah ditutupi verban. Demikian pula bekas luka akibat sabetan benda tajam pada leher korban telah ditutupi dengan verban. Sementara pada tangan kanannya masih diberi cairan infus.
Ayahnya, Wahidin Awanda yang sudah berusia lanjut hanya bisa duduk terpekur di salah satu bangku putih di luar ruangan IRD RSB Kupang. Pria itu hanya bisa merenung tanpa kata mengenang nasib anak keduanya itu. Sambil menggendong salah seorang cucunya yang tertidur pulas di pangkuannya, pria itu hanya bisa tertunduk.
Ken Belawa, salah seorang anggota keluarga korban, kepada wartawan di RSB Kupang, mengaku, Briptu Syafrudin Mahmud yang tamat pendidikan SPN Kupang tahun 2004 itu baru dua pekan lalu keluar dari RSB Kupang setelah menjalani perawatan medis.
Briptu Syafrudin Mahmud bersama istri dan anaknya pulang ke tempat tugasnya di Polsek Polen, TTS, setelah menjalani operasi apendiks di RSB Kupang. Selama dirawat di RSB Kupang, Briptu Syafrudin Mahmud selalu didampingi istrinya, Ny. Inang dan buah hati mereka, Encis (3). Tidak terlihat ada sesuatu masalah di antara suami istri yang menikah tiga tahun lalu itu.
"Kami berpikir mungkin Syafrudin meninggal akibat operasi usus buntu itu. Tetapi ternyata lain. Kami sendiri belum tahu persis apa masalahnya sehingga keduanya bisa jadi begini," kata Ken. (aly/ben)

Usai Bunuh istri, Janus Robek Perutnya

MAUMERE, PK---Kasus pembunuhan dan usaha bunuh diri terjadi lagi di NTT. Di Dusun Ili, Desa Kokowahor, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Gaudensia Hermontina (43) tewas dibunuh suaminya, Finelius Fianus Finandy alias Janus (39), Senin (24/11/2008) pagi. Setelah membunuh istrinya, Janus mencoba bunuh diri merobek perutnya dengan parang yang digunakan membunuh istrinya. Dengan usus terburai, Janus dilarikan dan mendapat pertolongan tim medis di RSUD TC Hillers, Maumere.
Peristiwa sontak menggegerkan warga sekampung. Kejadian tragis ini terjadi di ruang tamu rumah keluarga korban, Veronika Ketik, disaksikan Stefania Dua Nona (14), anak sulung pasangan ini. Gaudensia tewas di tempat bersimbah darah. Sementara Janus yang sekarat dengan isi perut dan lemak terburai ke luar itu langsung dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD TC Hillers.
Janus yang sekarat dengan badan penuh luka tusuk dan irisan di bagian dada dan perutnya itu langsung ditolong oleh dr. Hendra dan dr. Stef serta dua perawat di UGD. Pada sekujur tubuh Janus terdapat luka-luka tikam di dada dan robek cukup besar di bagian perut. Janus tidak bisa berbicara, hanya merintih kesakitan sambil sesekali menarik nafas panjang. Karena kesulitan bernafas, tim medis memasang oksigen.
Sementara itu di tempat kejadian perkara (TKP), yakni di ruang tamu rumah Veronika Ketik (masih keluarga dengan Gaudensia), jasad Gaudensia terbaring kaku di lantai. Mata dan mulutnya terbuka, sebagian rambutnya tercabut. Darah segar menggenangi lantai ruang tamu. Darah juga terpercik di tembok ruang tamu berwarna putih itu.
Di ruang tamu itu juga tampak sebuah tempat tidur kosong, bekas dibaringkannya jenazah Maria Naeng (keluarga korban) yang baru dikuburkan beberapa hari sebelumnya. Tampak sejumlah aparat kepolisian dari Polsek dan Polres Sikka sedang mengolah TKP.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang di TKP menyebutkan, selama ini kondisi rumah tangga Janus dan Gaudensia kerap diwanai pertengkaran. Motif pertengkaran itu diduga karena Janus mencurigai istrinya memiliki pria idaman lain (PIL).
Pada Minggu (23/11/2008), Janus, Gaudensia dan warga Dusun Ili, 'mete' malam pertama di rumah Veronika Ketik, lantaran keluarga mereka, Maria Naeng, meninggal dunia. Saat kumpul di rumah Veronika itu, Fidelis (sepupu Gaundensia) menegur dan menasehati Janus agar tidak lagi memukuli Gaudensia. Sempat terjadi keributan saat itu, sehingga Fidelis diamankan aparat Polsek Kewapante.
Entah mengapa, Senin (24/11/2008) sekitar pukul 05.00 Wita, Janus mengamuk dan membacok kepala Gaudensia dengan sebilah parang di ruang tamu rumah Veronika Ketik. Kejadian itu disaksikan langsung oleh anak sulung mereka, Stefania Dua Nona (14). Setelah membacok istrinya dengan parang hingga tewas, Janus lalu menusuk dan merobek perutnya sendiri dengan menggunakan parang yang sama yang dipakai untuk menghabisi istrinya.
Aparat kepolisian masih menyelidiki kasus ini. "Kasus ini masih dalam penyelidikan polisi," kata Kanit Reskrim 3 Polres Sikka, Aiptu Siprianus Raja. (vel)

"Saya Tidak Bisa Tolong Mama..."

STEFANIA Dua Nona (14) tak bisa menyembunyikan kesedihannya ditinggal pergi mamanya, Gaundensia Hermontina. Kesedihan itu menjadi begitu mendalam karena dia yang menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya menghabisi mamanya tidak bisa membantu mamanya.
Stefania adalah anak sulung Finelius Finandy alias Janus membacok istrinya sendiri, Gaudensia Hermontina, hingga tewas. Ketika ditemui Pos Kupang, kemarin pagi sekitar pukul 08.30 Wita, Stefania dan dua adiknya, Eligius Ekaritus (12) dan Fortunatus Vesto (10), berada di rumah keluarganya, tak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP) di Dusun Ili, Desa Kokowahor, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka.
Stefania duduk di tanah di depan rumah keluarganya sambil menangis di pelukan tantenya, Theofila dan Maria G. Sedangkan dua adiknya Eligius (12) dan Fortunatus (10) hanya duduk termenung di depan pintu. Mungkin kedua adiknya belum terlalu paham akan kejadian tragis yang merenggut nyawa mama mereka.
Dengan menahan tangisnya, Stefania, murid kelas 2 SMP Kewapante itu menceritakan kejadian tragis yang disaksikan. Berikut penuturan Stefania.
Bapak dan mama sering bertengkar dan berkelahi setiap hari. Bapak selalu marah dan pukul mama karena bapak cemburu dengan mama. Kalau bapak sudah pukul mama, mama berteriak, menangis, tapi bapak tidak peduli. Tadi malam (Minggu 23/11/2008, Red) kami semua mete orang mati, malam pertama di rumah Tante Veronika Ketik, yang rumahnya ada di belakang rumah kami.
Tante saya, Maria Naeng meninggal dan tadi malam itu malam pertamanya. Semua keluarga ada di rumah duka. Adik saya, Eligius dan Fortunatus, tidur di rumah tante di seberang jalan. Saya dan nenek-nenek lain tidur di rumah duka. Sedangkan bapak dan mama tidur di rumah kami.
Tadi pagi sekitar pukul 05.00 Wita, saya dengar orang berteriak. Lalu saya bangun dan pergi keluar rumah. Saya lihat bapak dan mama bertengkar di belakang rumah kami. Bapak pukul-pukul mama punya kepala dengan alu. Mama lari masuk ke dalam rumah duka, lewat pintu belakang dan mama lari masuk ke ruang tamu. Terus bapak ambil parang dan kejar mama sampai ke ruang tamu. Saya juga ikut masuk ke ruang tamu.
Nenek-nenek di dalam rumah duka itu takut dan lari keluar rumah. Di dalam ruang tamu, saya lihat bapak potong mama punya kepala dengan parang sampai mama jatuh di lantai. Tapi mama tidak berteriak. Darah banyak sekali keluar, penuh di lantai.
Saya lihat mama jatuh di lantai, tapi masih bernafas. Bapak lalu keluar rumah lewat pintu depan ruang tamu. Saya langsung kunci pintu depan itu. Dari kaca jendela saya lihat di luar bapak ambil batu. Lalu bapak masuk lagi ke ruang tamu lewat pintu belakang. Kemudian bapak pukul mama punya kepala dengan batu dan parang. Waktu itu saya mau rampas parang dari bapak punya tangan, tapi tidak bisa. Tangan saya luka kena parang.
Waktu itu bapak hanya pukul mama saja. Bapak tidak pukul saya. Setelah itu bapak keluar rumah lagi. Di luar itu saya lihat bapak potong bapak punya perut dan dada sendiri dengan parang. Bapak masuk lagi ke dalam ruang tamu dan pukul mama lagi dengan batu. Bapak potong lagi bapak punya perut dan dada.
Saya takut lihat itu. Saya lari keluar rumah dan berteriak minta tolong. Saya sedih sekali lihat bapak buat mama begitu. Saya menyesal tidak bisa tolong mama saat itu. Mama ee..., saya minta maaf, saya tidak bisa tolong mama.
Bapak sudah bunuh kami punya mama. Sekarang kami tidak ada mama lagi. (novemy leo)

Di Kloangpopot-Sikka: Bunuh Istri Lalu Gorok Leher Sendiri

MAUMERE, PK--Kasus pembunuhan dalam keluarga terjadi lagi di Kabupaten Sikka. Leonardus Leo (35), warga Desa Pruda, Kecamatan Waiblama, Jumat (28/11/2008) sekitar pukul 07.30 Wita, menghabisi nyawa istri keduanya, Carolina Nona Fortun (34).
Pembunuhan itu terjadi di dapur mertua Leo, Bertania, di Desa Kloangpopot, Kecamatan Doreng. Setelah membacok kepala, tangan dan kaki istrinya hingga tewas, ayah dua orang anak itu kemudian menggorok lehernya sendiri dan membacok tangan dan kakinya. Namun Leo tidak meninggal dan kini dirawat di RSU TC Hillers Maumere. Motif pembunuhan itu masih dalam penyelidikan aparat polisi.
Kasus pembunuhan dengan modus yang sama terakhir terjadi, Senin (22/11/2008) lalu, di Dusun Ili, Desa Kokowahor, Kecamatan Kangae, Sikka. Saat itu, Finelius Fianus Finandy alias Janus, membunuh istrinya sendiri, Gaudensia Hermontina. Setelah menghabisi istrinya dengan parang, Janus merobek perutnya hingga usus terburai. Janus tidak meninggal dunia. Sekarang dia menjalani perawatan intensif di RSU TC Hillers.
Disaksikan Pos Kupang, Jumat (28/11/2008) sore, Leo yang membunuh Carolina Nona Fortu terbaring lemah di ruang UGD RSU TC Hillers Maumere. Tampak sejumlah luka robek di bagian leher, kaki kanan, kaki kiri, luka sayat di tangan kanan dan kirinya sudah dijahit dan dibaluti perban. Selang infus tampak menancap di tangan kanannya. Leo belum sadarkan diri.
Sesaat setelah tiba di UGD RSU TC Hillers, Jumat siang, Leo ditangani oleh dr. Sinaga. Sementara itu jenazah Carolina divisum oleh dr. Retno Widyawati. Carolina meninggal dengan sejumlah luka bacokan di kepala bagian belakang, luka robek di kedua tangan dan kakinya. Jenazah Carolina dititip di ruang mayat. Kemarin pagi sudah diambil keluarganya.
Ditemui kembali, Sabtu (29/11/2008) sekitar pukul 13.30 Wita, Leo sudah siuman dan dirawat di ruang Dahlia (ruang bedah). Tidak terlihat aparat kepolisan berjaga di tempat itu. Duduk di pinggir tempat tidur, Leo yang tampak sedih itu menceritakan peristiwa itu. Sesekali dia melihat luka-lukanya yang sudah tertutup perban. Sesekali dia meringis kesakitan. Terbata-bata dan suara yang bergetar, Leo menceritakan peristiwa naas yang terjadi di keluarganya itu.
Leo mengaku tidak sadar, gelap mata ketika dia membunuh istrinya dengan parang. Melihat istrinya jatuh bersimbah darah, Leo kalut dan langsung memotong, menyayat tangan dan kakinya kemudian menggorok lehernya sendiri dengan parang yang sama yang dipakainya untuk membunuh istrinya. "Kami memang ada masalah keluarga tapi saya tidak tahu kenapa saya membunuh dia (Carolina). Saya sangat menyesal buat begitu. Saya minta maaf kepada seluruh keluarga," kata Leo.
Kapolres Sikka, AKBP Agus Suryatno, dikonfirmasi melalui telepon genggamnya, Jumat siang, membenarkan kejadian itu. Menurut Suryanto, kasus ini ditangani penyidik Polsek Bola dan di-back up Polres Sikka. Korban meninggal dunia dan tersangka masih dirawat di rumah sakit. Motifnya belum diketahui," kata Suryatno.

Janus masih di ICU
Sementara itu tersangka Finelius Fianus Finandy alias Janus, tersangka pembunuh istrinya sendiri, Gaudensia Hermontina, Senin (22/11/2008) lalu, hingga kini masih terbaring di ruang ICU RSU TC Hillers Maumere. Janus sudah siuman, namun belum bisa bicara banyak.
Janus membunuh istrinya lantaran cemburu. Gaudensia dibunuh di ruang tamu rumah Veronika di Dusun Ili, Desa Kokowahor, Kecamatan Kangae. Di rumah itu sedang ada kedukaan. Setelah membunuh Gaudensia, Janus langsung menikam dan merobek perutnya sendiri dengan parang hingga isi perutnya terburai. Namun Janus tidak meninggal. Kejadian pembunuhan itu disaksikan sendiri oleh Stefania Dua Nona (14), anak sulung mereka. (vel)

Sehidup Semati

LEO duduk di pinggir tempat tidurnya di ruang Isolasi A Dahlia, RSU TC Hillers Maumere ketika ditemui, Sabtu (29/11/2008). Lengan tangan kanannya masih terpasang infus dan borgol yang dipasangkan dengan besi tempat tidur. Di leher Leo terbalut perban. Begitu juga di pergelangan tangan kanan dan kirinya. Sementara di kaki kanannya hampir semua dibalut perban hingga telapak kakinya. Betis kaki kirinya juga terlihat sejumlah perban.
Saat ditemui itu Leo tidak mengenakan baju. Hanya secarik kain selimut putih yang dipakai menutupi bagian bawah perutnya. "Saya mau kencing," kata Leo yang meminta Pos Kupang tolong memanggilkan salah seorang perawat. Setelah mengetahui maksud kedatangan Pos Kupang, Leo mengungkapkan isi hatinya.
Saya punya dua istri. Saya nikah gereja dengan istri pertama saya, Sisilia, sekitar tahun 1995. Kami dapat satu anak bernama Theresia Tiwu (6). Sisilia kemudian pergi ke Larantuka meninggalkan saya. Kemudian tahun 2005 saya hidup bersama Carolina Fortun tanpa nikah gereja. Saya dan dia (Carolina, Red) mendapat dua anak, yakni Benedikta Dua Koting (2) dan Oswaldus (1 bulan). Kami tinggal di Desa Pruda, Kecamatan Waiblama. Selama satu tahun terakhir saya dan dia bertengkar terus. Dia sering ancam saya sehingga saya takut. Pikiran saya tidak tenang.
Baru beberapa hari ini saya dan dia ke rumah orangtuanya di Desa Kloangpopot (Kecamatan Doreng) untuk berobat karena saya sakit malaria. Selama di sana saya juga tidak tenang karena saya merasa seperti ada yang mengancam saya.
Pagi itu (Jumat 28/11/2008) setelah kami makan pagi, saya dan dia di dapur bertengkar. Lalu saya ambil parang dan memotong dia. Saya lihat dia jatuh, ada darah banyak, saya langsung potong saya punya diri dengan parang tadi lalu saya tidak sadar lagi. Saya sayang dia, karena itu saat saya lihat dia mati, saya juga bunuh diri. Waktu hidup kami sudah janji sehidup semati. Saya minta maaf kepada keluarga saya dan keluarganya karena saya sudah buat tindakan yang salah. Saya menyesal. Saya siap terima hukuman atas perbuatan saya ini. Maafkan saya. (novemy leo)

Senin, 10 November 2008

Tujuh Jenazah Diterbangkan ke Surabaya

KUPANG, PK -- Tujuh Jenazah korban tenggelamnya perahu motor di perairan Pasir Panjang-Kupang, Minggu (09/11/2008), dibawa ke Surabaya. Empat jenazah diterbangkan dengan pesawat Mandala, kemarin, Senin (10/11/2008). Hari ini, Selasa (11/11/2008), tiga jenazah lagi dibawa ke Surabaya. Satu lagi jenazah sudah dibawa ke Timor Tengah Selatan (TTS).
Sedangkan dua korban lainnya, yakni Melda Nitbani (bukan Mirdan, Red) dan Agung Priyono sampai kemarin, belum ditemukan.
Empat jenazah yang dibawa ke Surabaya, kemarin, adalah Markus, Fasrul, Kristian dan Johanes. Tiga jenazah lainnya, yakni Maurent (2 tahun), Ernawati (60) dan Titinawati (28), diterbangkan hari ini ke Surabaya.
Sedangkan jenazah yang dibawa ke TTS adalah Marce Liu (bukan Mariance, Red). Jenazah Marce Liu dibawa keluarganya ke Nekmofa, Desa Nunusunu, Kecamatan Kualin, Kabupaten TTS, menggunakan mobil ambulance milik PMI Cabang Kupang.
Sebelumnya, kedelapan jenazah korban tenggelamnya perahu, disemayamkan di ruang jenazah RSU Johannes- Kupang.
Pantauan Pos Kupang, sekitar pukul 10.00 Wita kemarin, empat mobil ambulans membawa keluar empat jenazah dari rumah sakit menuju Bandara Penfui-Kupang. Mobil ambulans DH 922 KA membawa jenazah Kristian, mobil ambulans DH 1013 membawa jenazah Markus. Jenazah Johannes di mobil ambulans DH 233 BA dan jenazah Fasrul di mobil ambulans DH 9111 LQ milik PMI Cabang Kupang.
Keluarga korban, Sugiarto yang ditemui di ruang jenazah RSU Johannes, kemarin, mengatakan, jenazah dibawa ke Surabaya atas permintaan keluarga.
Yesifus Liu ayah dari Marce Liu yang ditemui terpisah, mengatakan baru mengetahui kematian anaknya pada hari Senin (10/11/2008) sekitar pukul 09.00 Wita. "Saat menerima informasi itu, kami belum tahu sebab kematian Marce. Kami baru tahu Marce mati tenggelam setelah ada di rumah sakit," katanya.
Sementara itu, tiga korban yang selamat dalam peristiwa tenggelamnya perahu tersebut, dua diantaranya masih dirawat di ruang pavilium RSU Johannes, yakni Anton dan Tasya.
Sebelumnya diberitakan, tenggelamnya perahu tanpa cadik yang dikemudi Jeri Manlea, warga RT 11 RW 04, Kelurahan Pasir Panjang, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, hanya menyisakan sembilan orang yang selamat. Sepuluh orang, yakni delapan meninggal dunia dan dua orang lagi masih belum ditemukan.
Para korban adalah keluarga besar Toko Sentral Selular Kupang bersama pembantu rumah tangganya, yang hendak piknik ke Pulau Kera. Mereka menumpang sebuah perahu -- para nelayan di Kota Kupang menyebutnya body -- dan berangkat dari Taman Kota, Pasir Panjang. Dalam perjalanan ke pulau itu turun hujan disertai angin sehingga mereka memutuskan untuk kembali ke Kupang. Namun perahu terbalik dihantam gelombang saat perahu putar haluan kembali ke Kupang. Semua penumpang tenggelam. (den)

Mehang Diabadikan Jadi Nama Bandara

WAINGAPU, PK -- Pemerintah Kabupaten dan DPRD Sumba Timur (Sumtim) menetapkan untuk mengabadikan nama almarhum Ir. Umbu Mehang Kunda menjadi nama bandar udara di Waingapu. Dengan demikian, Bandara Mau Hau diganti namanya menjadi Bandara Umbu Mehang Kunda.
Keputusan tersebut untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa almarhum Mehang Kunda selaku tokoh masyarakat maupun sebagai mantan Bupati Sumtim. Keputusan itu diambil Pemkab dan DPRD Sumtim dalam rapat bersama di gedung Dewan setempat, Sabtu (8/11/2008), dua hari sebelum pemakaman jenazah Mehang Kunda.
Mantan Bupati Sumtim itu dimakamkan secara adat di Prai Awang, kemarin. Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya dalam sambutannya pada upacara pemakaman, kemarin, menyatakan mendukung keputusan pemerintah setempat untuk mengabadikan nama Megang Kunda menjadi nama bandara.
"Dengan mengabadikan nama almarhum sebagai nama bandara, maka almarhum akan selalu dikenang," katanya.
Dengan mengabadikan namanya menjadi nama bandara, kata Gubernur Lebu Raya, maka masyarakat di daerah itu akan selalu meghormati perjuangan dan kerja keras almarhum membangun Sumtim.
Lebu Raya meminta Pemkab Sumtim secepatnya memroses semua persyaratan administrasi ke Departemen Perhubungan agar nama Mehang Kunda segera dipopulerkan kepada masyarakat sebagai nama bandara di Sumtim.
Menurut Lebu Raya, almarhum pantas mendapat penghargaan karena perjuangannya membangun daerah Sumba Timur cukup berhasil. Walau sebagai tokoh nasional, katanya, Mehang Kunda kembali ke daerahnya untuk membangun tanah leluhur. Sikap itu perlu dicontohi oleh pemimpin di daerah ini.
Upacara pemakaman jenazah Mehang Kunda dihadiri sekitar 2.000 pelayat. Lebu Raya mengatakan, selama masa hidup, Mehang Kunda adalah tipe pekerja keras sampai lupa memeriksa kesehatannya.
Umbu Mehang Kunda adalah Bupati Sumba Timur periode 2000-2005 dan 2005-2010, yang meninggal dunia Sabtu 2 Agustus 2008, lalu. Jenazah Umbu Mehang Kunda yang adalah keturunan Raja Rende diserahkan pemerintah kepada keluarga, lalu disimpan selama 102 hari untuk kemudian dimakamkan melalui prosesi adat pemakaman raja-raja Sumba, khususnya Rende, kemarin.
Umbu Maramba Hau, wakil keluarga Anamburung dalam sapaannya mengatakan, ketika almarhum meninggal 2 Agustus lalu, keluarga Anamburung meminta kepada pemerintah untuk memakamkan almarhum di pemakaman keluarga di Prai Awang. Atas nama keluarga Anamburung memohon maaf atas kekhilafan almarhum selama masa hidupnya.
Prosesi pemakaman jenazah almarhum diawali dengan kedatangan rombongan adat yang diundang keluarga anamburung yang membawa kain dan hewan berupa babi, kuda dan kerbau.
Sejak pagi kemarin, rombongan adat berdatangan dari berbagai penjuru memasuki tenda duka. Rombongan adat seperti Bupati Sumba Tengah, Drs. Umbu Sappi Pateduk yang membawa kerbau jantan yang dihiasi dengan pucuk kelapa, diterima tua adat dengan melempar kain ke punggung hewan sebagai tanda pengharagaan dan ketulusan hati menerima tamu. Demikian juga rombongan adat dari Bupati Sumba Barat, Drs. Julianus Pote Leba, Bupati terpilih, dr. Kornelius Kodi Mete, Ir. Eman Babu Eha, Drs. Umbu Djima dan Umbu K Anagoga, Kapolres Sumba Timur, AKBP Tetra M. Putra,S.H, Ir. Umbu Manggana, dan berbagai pihak. Penerimaan yang sama dilakukan untuk ana kawini (saudari perempuan) dan yera (besan) atau mertua dari anak perempuan yang membawa babi.
Prosesi pemakaman baru dimulai sesaat setelah rombongan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, didampingi Bupati Sumba Timur, Drs. Gidion Mbilijora, yang tiba di rumah duka sekitar pukul 13.00 Wita. Kehadiran rombongan ini disambut dengan upacara adat. Selanjutnya mulai dilakukan persiapan pemakaman secara adat setelah makan siang. Pukul 15.30 Wita, tua-tua adat mulai mendaraskan syair-syair adat. Prosesi adat pemakaman itu diawali dengan pemotongan seekor kerbau jantan kecil sebagai simbol persiapan penurunan jenazah almarhum dari uma bokul (rumah besar atau rumah adat). Keluarga kemudian menyiapkan seekor kuda jantan berbulu merah yang diyakini sebagai kuda tunggangan almarhum di alam baka. Kuda tersebut dihiasi dengan emas, kelana dari kain tenun Sumba disertai sebuah payung yang manik-naiknya dari emas. Kuda ini kemudian ditunggangi seorang papanggang (hamba) yang berbusana kebesaran raja seperti gading di tangan, perhiasan emas pada kepala dan kelengkapan lainnya. Papanggang itu dipapah oleh petugas yang telah disiapkan ke punggung kuda menuju ke batu kubur.
Dilanjutkan dengan syair-syair adat kemudian pemotongan delapan ekor hewan yang terdiri dari empat ekor kerbau dan empat ekor kuda untuk mengantar jenazah ke liang lahat. Setelah jenazah dimasukkan ke liang lahat dan ditutup, dilakukan pemotongan lagi hewan sebanyak delapan ekor terdiri dari empat ekor kerbau dan empat ekor kuda. Prosesi pemakaman itu juga diselingi dengan tembakan salvo oleh satu regu polisi seebelum jenazah diturunkan dari uma bokul dan setelah dimakamkan masing-masing tiga kali.
Hadir dalam acara pemakaman tersebut, Bupati Alor, Ir. Ans Takalapeta, Wakil Bupati Flores Timur, Yoseph Lagadoni Herin, Sekda Kabupaten Kupang, Bernabas nDjurumana,S.H, Walikota Kupang, Drs. Daniel Adoe,rombongan DPP Golkar yang dipimpin Viktor B Laiskodat,S.H. (gem/dea)

Lima Dibawa ke Surabaya

LIMA dari delapan korban yang tewas dalam kecelakaan laut di perairan Pasir Panjang, direncanakan akan dibawa ke Surabaya, Senin (10/11/2008) hari ini. Lima jenazah itu antara lain Ny. Titinawati (28), Markus (43), Fasrul (45) Erawati (60) dan Christian (23).
Informasi yang diperoleh wartawan dari Jeri Manafe di ruang Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. Dr. W Z Johannes-Kupang menyebutkan, kelima jenazah itu atas permintaan keluarga dibawa ke Surabaya. "Lima jenazah akan dibawa ke Surabaya," kata Jeri Manafe.
Belum diketahui jenis pesawat yang akan mengangkut kelima jenasah itu ke Surabaya, namun sudah dapat dipastikan jenazah korban yang meninggal dalam peristiwa kecelakan laut di Kupang akan dibawa ke Surabaya, setelah sebelumnya disemayamkan di rumah duka di Pasir Panjang.
Chihong, salah seorang penumpang yang selamat, ketika ditemui secara terpisah di Rumah Sakit Umum (RSU) Kupang, menjelaskan, kecelakaan itu terjadi ketika perahu yang ditumpangi 15 orang serta ditambah empat Anak Buah Kapal (ABK) termasuk juru mudi perahu, Jeri Manlea, itu hendak mencari perlindungan ke Pulau Kera setelah perahu yang ditumpangi itu dihempas gelombang dan angin kencang.
"Ketika juru mudi perahu hendak mengarahkan perahu menuju Pulau Kera, tiba-tiba datang gelombang dan angin yang sangat kencang disertai hujan lebat, sehingga kami sempat jatuh ke dalam laut. Kami sempat berpegangan tangan beberapa saat. Beberapa orang lain memegang bodi perahu, tetapi karena arus laut yang terlalu kencang kami sempat terpisah," kata Chihong sambil menangis. Dia mengakui, kepergian keluarganya ke laut untuk berwisata.
Bar, warga RT 11/RW 04 Kelurahan Pasir Panjang, menjelaskan, anggota keluarga itu ingin ke Pulau Kera menumpang perahu milik Jeri Manlea pukul 12.00 wita. "Waktu itu Jeri lewat di depan rumah saya di Pasir Panjang membawa sebuah hamar. Katanya untuk memperbaiki cool box. Dia sempat ajak saya turun laut, tetapi saya tolak," kata Bar kepada wartawan di kamar jenazah.
Dia menjelaskan, perahu yang ditumpangi para korban itu merupakan perahu yang sering digunakan Jeri Manlea untuk mencari ikan di laut. (ben/den/mas/dar)

Perahu Tenggelam, 8 Tewas, 2 Hilang

KUPANG, PK -- Perahu tanpa cadik yang dikemudi Jeri Manlea, warga RT 11 RW 04, Kelurahan Pasir Panjang, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, tenggelam di perairan Pasir Panjang, Minggu (9/11/2008). Akibatnya, delapan dari 19 orang orang tewas dan dua orang hingga hingga pukul 22.00 Wita belum ditemukan, yakni Mirdan (seorang pembantu pada Toko Central Seluler) dan Agung Prayitno (pembantu juru mudi).
Informasi yang dihimpun Pos Kupang dari berbagai sumber menyebutkan, delapan orang yang tewas dan Mirdan yang hilang adalah anggota keluarga Toko Central Seluler di Kelurahan LLBK. Siang kemarin, sekitar pukul 12.00 Wita, keluarga besar Toko Sentral Selular ini hendak piknik ke Pulau Kera. Mereka menumpang perahu -- para nelayan di Kota Kupang menyebutnya body -- dan berangkat dari Taman Kota, Pasir Panjang. Namun dalam perjalanan ke pulau ini, sekitar dua jam kemudian, karena hujan yang disertai angin, mereka memutuskan untuk kembali ke Kupang.
Chi Hong, salah seorang yang selamat ketika ditemui di RSU Kupang, Minggu malam, hanya mengatakan, mereka panik dan melompat ke laut ketika datang hujan dan angin. "Puji Tuhan. Terima kasih Tuhan. Waktu ada hujan dan angin, kami panik, lalu mau pulang ke Kupang. Tiba-tiba saja, perahu terbalik dan kami lompat," katanya sambil terus menangis.
Salah seorang keluarga Novri (korban selamat yang sedang dirawat di RSU Kupang) menduga, pada saat mereka berbalik haluan itulah perahu diterjang ombak sehingga terbalik. Dari cerita Chi Hong, ia mengatakan, setelah melompat ke laut mereka masih sempat berpegangan tangan, tetapi akhirnya dipisahkan karena hantaman ombak.
John, warga Kelurahan Pasir Panjang yang masih bersaudara dengan Jeri Manlea, di Polsekta Kelapa Lima menuturkan, pada siang hari kemarin, Toko Sentral Seluler menyewa perahu saudaranya yang setiap harinya ditambatkan di Taman Kota, Pasir Panjang. Ia menjadi saksi mata ketika perahu ini berangkat dari Taman Kota menuju Pulau Kera. Namun, ia tidak menyaksikan peristiwa naas tenggelamnya perahu itu.
Informasi yang beredar di lokasi evakuasi di Pantai Kupang, Kelurahan LLBK, orang pertama yang menemukan korban adalah seorang warga dari Kelurahan Kampung Solor. Warga yang belum diketahui namanya ini, rencananya pergi ke bagan miliknya di wilayah perairan Pasir Panjang. Namun setibanya di sana, yang ia dapati justru korban yang sudah meninggal. Ia lalu pulang dan meminta bantuan nelayan lainnya untuk mengevakuasi korban.
Delapan korban yang tewas kemudian dievakusi ke ruang jenazah RSU Kupang sekitar pukul 18.30 Wita. Sementara korban yang selamat sudah terlebih dahulu dibawa ke RSU Kupang dan RS Bhayangkara untuk mendapat pertolongan medis. Korban yang mendapat pertolongan medis di RSU Kupang adalah Novi, Antonius dan Ci Hong.
Pdt. Yacoba Kissek Nuban, S.Th dari Gereja Agape Kupang yang ditemui di RSU Kupang bersama sejumlah anggota jemaatnya, mengatakan, sebagian besar korban adalah jemaat gereja tersebut. Dimintai informasi tentang para korban yang meninggal, ia enggan menjelaskan dan hanya mengatakan, kehadirannya hanya untuk meneguhkan korban yang selamat dan keluarga korban yang meninggal.
Ditemui terpisah, Kapolresta Kupang, AKBP Marsudi Wahyono, menerangkan, kasus ini murni kecelakaan akibat cuaca. Sekalipun demikian, ia menegaskan, pihaknya tetap melakukan penyelidikan.
Sementara hingga pukul 21.30 Wita, juru mudi perahu yang tenggelam, Jeri Manlea, dan dua pembantunya, Falentino Manlea dan Bernadus Kono alias Ramos (ketiganya warga Pasir Panjang) masih didengarkan keterangannya di Polsekta Kelapa Lima. (ben/dar/den/mas)

Korban Tewas
-----------------------

1. Mariance (20)
2. Titina Wati (28)
3. Mourin (2)
4. Markus (43)
5. Fasrul (45)
6. Erawaty (60)
7. Christian (23)
8. Yohanes (30)

Korban Hilang
---------------------
1. Mirdan (Hilang)
2. Agung Prayitno (Hilang)

Korban Selamat
----------------------
1. Wahyu
2. Mikael
3. Novi
4. Chi Hong
5. Antonius
6. Tassa
7. Jeri Manlea
8. Falentino Manlea
9. Bernadus Kono alias Ramos

Dikubur Hari Ini: 4 Papanggang Hantar Mehang

WAINGAPU, PK---Empat orang papanggang (hamba) menghantar jenazah almarhum Umbu Mehang Kunda ke liang lahat. Sebelum itu, dilakukan upacara adat marapu pemakaman raja-raja Sumba. Upacara dengan pemotongan delapan ekor hewan yang terdiri dari empat ekor kerbau dan empat ekor kuda itu sebagai tanda penghormatan kepada almarhum yang adalah keturunan Raja Rende.
Pemakaman yang berlangsung hari ini, Senin (10/11/2008), di pemakaman keluarga Kampung Praiawang, Rende, Kecamatan Rindi, Sumba Timur, akan dihadiri Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs. Frans Lebu Raya, Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon Foenay, M.Si dan sejumlah bupati di antaranya Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang, Walikota Kupang, Drs. Daniel Adoe, Bupati Kupang, Drs. Ibrahim Agustinus Medah, dan beberapa undangan lain. Sementara dari DPP Partai Golkar hadir sejumlah pengurus inti yang dipimpin Viktor Bungtilu Laiskodat, SH.
Bupati Sumba Timur, Drs. Gidion Mbilijora, M.Si, yang dihubungi pertelepon, Minggu (9/11/2008), mengatakan, upacara pemakaman sepenuhnya diselenggarakan oleh keluarga, tapi pemerintah daerah tetap memfasilitasi, termasuk menerima dan melayani tamu-tamu pemerintah.
Minggu kemarin, kata Gidion, Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon Foenay, sudah berada di Waingapu sekaligus memimpin upacara renungan Hari Pahlawan. "Pak Esthon hadir sekaligus memimpin renungan suci Hari Pahlawan di Waingapu," kata Gidion.
Umbu Maramba Hau alias Umbu Maramba Meha yang ditemui di Rende, Minggu (9/10/2008), menjelaskan, sebelum dihantar ke liang lahat, dilakukan upacara dan doa persiapan di uma bokul (rumah besar) milik almarhum. Doa itu diawali dengan penikaman seekor babi dan lima ekor ayam. Pemotongan babi dan ayam dilakukan oleh ama bokol hama (pendeta marapu) dan hati babi akan dilihat untuk mengetahui apakah almarhum tidak marah terhadap sanak keluarga yang ditinggalkan. Jika almarhum marah, hati babi menunjukkan bekas atau tanda-tanda khusus. Jika hati babinya mulus pertanda almarhum 'pergi' dengan senang hati dan tidak meninggalkan amarah kepada sanak keluarga yang ditinggalkan.
Khusus lima ekor ayam masing-masing seekor untuk almarhum, seekor untuk umbu tamo (nenek almarhum yang nama marapunya digunakan almarhum), seekor untuk nenek moyang dalam kabisu yang telah meninggal, seekor untuk hambanya dan seekor untuk marapu (Tuhan).
Ayam itu, kata Umbu Maramba Hau, bisa betina semua, bisa jantan semua bisa juga campuran. Khusus untuk almarhum harus ayam berwarna merah. Tali perut ayam tersebut akan dilihat oleh ama bokol hama untuk mengetahui hati atau jiwa almarhum kepada keluarga yang ditinggalkan. Jika ada hal-hal yang tidak menyenangkan, tali perut ayam akan memberikan tanda-tanda khusus. Jika hati babi dan tali perut ayam terdapat tanda, babi dan ayam itu akan diganti. Jika yang diganti juga memberikan tanda khusus, akan dibuat upacara permohonan maaf lalu dilangsungkan upacara pemakaman, tapi doa khusus permohonan maaf itu akan dilakukan kemudian setelah pemakaman selesai.
Dijelaskan, untuk penurunan jenazah ke liang lahat hari ini, dipotong delapan ekor hewan, terdiri dari empat ekor kerbau dan empat ekor kuda. Untuk kerbau terdiri dari jantan kebiri dua ekor dan betina induk dua ekor, kuda jantan besar dua ekor dan betina induk dua ekor. Sampai masuk ke batu kubur dipotong lagi delapan ekor dengan jenis kelamin yang sama seperti saat penurunan jenazah dari uma bokul. Hewan itu dibuang begitu saja dan dipilih oleh masyarakat umum, sanak keluarga almarhum tidak boleh makan.
Pantauan Pos Kupang, rombongan adat sudah memadati rumah duka dengan membawa kain, mamoli, hewan berupa kerbau dan babi. Rombongan adat ini disuguhkan makan dan minum oleh anggota kabisu yang telah dibagi tugas masing-masing. Umbu Mehang Kunda meninggal 2 Agustus 2008 lalu. (gem/dea)

Amrozi Cs Dieksekusi Tanpa Penutup Mata

JAKARTA, PK -- Jika dapat menyaksikan proses eksekusi, baik sebelum maupun sesudah eksekusi tiga terpidana mati Imam Samudera, Amrozi, dan Muklas, siapa pun akan merinding. Sebab, trio pelaku bom Bali ini dieksekusi Sniper Brimob Polri tanpa penutup mata seperti para terpidana mati lainnya saat dieksekusi. Meski d itengah kegelapan Lembah Nirbaya, merekapun turut menyaksikan eksekusi. Doa-doa, tahlil dan tahmid yang terucap dari mulut ketiganya mengiringi eksekusi.
"Permintaan dari ketiganya adalah saat menjelang eksekusi mati, mata mereka jangan ditutup, sehingga saat dieksekusi tidak ditutup mata mereka," kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kejaksaan Agung (Kejagung) kepada wartawan di Kejagung Jakarta, Minggu (9/11/2008).
Sebelum detik-detik pelaksanaan eksekusi, ketiganya telah dipindahkan oleh petugas yang terdiri dari Jaksa Eksekutor, Tim Dokter, Rohaniwan, dan Sniper Brimob Polri dari Lapas Nusakambangan menuju Lembah Nirbaya, Sabtu (8/11/2008) sekitar pukul 23.15.
Diiringi dengan gumaman doa, tahlil dan tahmid dari Amrozi cs dan rohaniwan, petugas telah bersiap-siap menunggu waktu yang telah ditetapkan Kejagung, yakni Minggu (9/11) sekitar pukul 00.15.
Menurut sumber yang dapat dipercaya di Kejagung, ketiganya terlihat pasrah dan siap menghadapi segala kemungkinan menjelang eksekusi. Apalagi mereka pun turut melihat dan menyaksikan sendiri detik-detik pelaksaan eksekusi. Sebab mata mereka dibiarkan terbuka seperti permintaan ketiganya. "Mereka terus mengucapkan doa-doa, tahlil dan zikir," kata sumber itu.
Bertepatan dengan waktu yang telah ditentukan Sniper kemudian menembakkan masing-masing dengan satu butir peluru tepat di bagian dada kiri ketiganya. Tidak ada suara keluh ataupun erangan dari mulut ketiganya. Yang terdengar hanyalah doa, tahlil dan zikir untuk kemudian diam. Tim dokter pun memeriksa dan memastikan ketiganya telah menghembuskan nafas yang terakhir.
"Sniper dari Brimob Polri kemudian menembak ketiganya masing-masing dengan satu butir peluru dan mengenai tepat di bagian dada kiri atau jantung. Mereka kemudian dinyatakan meninggal oleh Tim Dokter," kata Jasman.
Jasman pun menepis anggapan beberapa sumber yang mengatakan bahwa ketiganya sempat dibekap lantaran masih mengerang kesakitan. "Tidak ada itu, itu hanya rumor. Sebab tim dokter menyatakan mereka meninggal setelah ditembak dengan masing-masing satu kali tembakan. Hal itu dibuktikan dengan hasil otopsi," kata Jasman.
Menurut Jasman, setelah dieksekusi jenazah ketiganya kemudian dibawa ke Poliklinik LP Nusakambangan untuk dilakukan pemeriksaan dan proses otopsi. Usai otopsi dilakukan Tim Dokter, pihak keluarga segera mengkafani ketiga jenazah dan disholatkan untuk kemudian dengan menggunakan tiga heli jenazah ketiganya diserahkan kepada pihak keluarga masing- masing.
Jenazah Imam Samudera telah diserahkan ke Serang Banten, sementara jenazah Amrozi dan Muklas diserahkan ke Lamongan, Jawa Timur. "Sudah kita serahkan kepada pihak keluarga," kata Jasman.
Menanggapi rumor akan ada aksi balasan dari pihak ketiganya, yakni Amrozi cs, Jasman mengatakan yang menjawab itu bukanlah wewenang Kejagung. Sebab, pihaknya hanyalah eksekutor dan melaksanakannya sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku. Jika ada masalah di kemudian hari, maka itu merupakan bagian dari proses hukum.
Menurut Jasman, sejauh ini pihak keluarga korban sangat kooperatif dan membantu Kejagung. "Untuk itu kami sangat menghargai sikap keluarga korban, sebab sejauh ini mereka sangat kooperatif dan tidak ada masalah," kata Jasman.(Persda Network/ndr)


Kronologi Eksekusi Mati Trio Bom Bali
Rabu (5/11)
* Imam Samudera, Amrozi, Ali Ghufron alias Muklas diberitahukan oleh Jaksa Eksekutor bahwa hukuman mati segera dilakukan. Jaksa menanyakan apakah ada pesan? Mereka mengatakan tidak memiliki pesan. Ketiganya meminta saat dieksekusi nanti mata mereka jangan ditutup.
* Bersamaan dengan isolasi dilakukan, pihak Kejaksaan Tinggi (Kejati) Banten menemui keluarga Imam Samudera di Serang Banten untuk memberitahukan eksekusi dilaksanakan. Di tempat terpisah, Kejati Jawa Timur juga menemui keluarga Amrozi dan Muklas di Lamongan Jatim juga memberitahukan prihal eksekusi.

Sabtu (8/11):
* Pukul 23.15.
Petugas yang terdiri dari Jaksa Eksekutor, Rohaniwan, Tim Dokter memindahkan Imam Samudera cs dari LP Batu Nusakambangan ke Lembah Nirbaya tempat pelaksanaan eksekusi.
Minggu (9/11)
Pukul 00.15
* Disaksikan Rohaniwan, Tim Dokter, Jaksa Eksekutor, Sniper Brimob Polri menembak ketiganya dengan masing-masing satu peluru tepat di dada kiri (jantung). Diiringi dengan ucapan takbir, tahmid dan zikir ketiganya menghembuskan nafas terakhir. Tim dokter melakukan pemeriksaan dan menyatakan ketiganya meninggal dunia.
* Pukul 01.00
Jenazah ketiganya dibawa ke Poliklinik LP Nusakambangan untuk otopsi, memeriksa, mengeluarkan peluru yang bersarang dan menjahit luka tembak.
* Pukul 02.00-03.00
Jenazah ketiganya dimandikan dan kafankan pihak keluarga yang memang dihadirkan menjelang eksekusi.
* Pukul 04.00
* Jenazah ketiganya disholatkan pihak keluarga di Masjid LP Batu Nusakambangan
* Pukul 05.45
* Jenazah ketiganya diserahkan Jaksa Eksekutor kepada pilot yang bakal mengangkut ketiga jenazah.
* Pukul 06.00
Dengan menggunakan 3 heli yakni, 1 heli membawa jenazah Abdul Aziz alias Imam Samudera ke Serang Banten, 1 heli membawa jenazah Amrozi dan Muklas dan 1 heli lagi membawa keluarga Amrozi dan Mukhlas ke Lamongan Jatim
* Pukul 08.30
Heli yang membawa jenazah Imam Samudera tiba di Serang Banten, di sana dilakukan serahterima oleh Asisten Tindak Pidana Umum (Tipidum) Kejati Banten kepada pihak keluarga yang diwakili Agus Setiawan.
* Pukul 08.55
Heli yang mengangkut jenazah Amrozi dan Mukhlas tiba di Lamongan Jatim, di sana dilakukan serahterima oleh Kasi Jaksa Tipidum Kejatin Jatim kepada pihak keluarga di wakili oleh M Khosim.(Persda Network/ndr)
=================
Sumber: Kapuspen Kejaksaan Agung

Rehabilitasi Rongket: Departemen PU Bantu Rp 1 Miliar

RUTENG, PK--Meski Puslitbang Depertemen Pekerjaan Umum (PU) belum memberikan rekomendasi anggaran rehabilitasi tanah longsor di ruas jalan negara di Rongket, Desa Poco Ranaka, Kecamatan Wae Ri'i, Kabupaten Manggarai, namun pemerintah pusat melalui Departemen PU sudah menyalurkan dana awal Rp 1 miliar. Dana itu untuk renovasi agar arus lalu lintas di wilayah longsoran tetap normal.
Wakil Bupati (Wabup) Manggarai, Dr. Deno Kamelus, S.H.M.H, mengatakan hal itu saat dihubungi Pos Kupang, Sabtu (8/11/2008). Dia dimintai keterangan tentang kepastian pemerintah pusat membantu dana merehabilitasi tanah longsor di ruas jalan di Rongket.
Deno menjelaskan, Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah VIII khususnya Satker Kupang dan Ende telah mempresentasikan rencana perbaikan jalur alternatif lewat Mano, Wesang dan Poka. Dana yang dijanjikan sebesar Rp 1 miliar. Dana itu digunakan sesuai kebutuhan untuk melancarkan jalur transportasi pada jalan negara terutama di Rongket. "Pemerintah daerah harapkan alokasi Rp 3 miliar untuk jalan alternatif dan pelebaran di Rongket namun yang dijanjikan Rp 1 miliar," katanya.
Sebelumnya diberitakan (Pos Kupang, 8/11/2008) Puslitbang Jalan dan Jembatan Departemen PU meneliti longsoran Rongket, Desa Poco Ranaka, Kecamatan Wae Ri'i, Kabupaten Manggarai. Tujuanya untuk mengetahui secara detail kondisi longsoran, kondisi alam serta dibuatkan rekomendasi penanganan permanen di daerah langgaran longsor tersebut.
Kepala Seksi Pelaksanaan Balai Jalan Nasional Wil VIII, Purwanto, ditemui di sela-sela pemantauan di lokasi Rongket, Jumat (7/11/2008) menjelaskan, tim peneliti terdiri dari Puslitbang dan Bina Teknik Departemen PU-Jakarta. Selama tiga hari sejak Kamis (6/11/2008) sampai Sabtu (8/11/2008) tim melakukan survai di lokasi serta memetakan kemungkinan penanganan Rongket. Analisa tim ini sangat penting guna melakukan renovasi dan rekonstruksi Rongket secara permanen. Selain itu, mencari lokasi baru sebagai jalur alternatif.
Dari pengamatan lokasi, jelas Purwanto, jalur alternatif merupakan jalan keluar yang tepat sebab struktur tanah dan tingkat kemiringan pada jalur Rongket sangat rentan terjadi longsoran. "Rekomendasi tim Puslitbang dan Bina Teknik ini sangat menentukan untuk penanganan Rongket," katanya. (lyn)

Puslitbang Jakarta Teliti Rongket

RUTENG, PK---Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat-Jakarta meneliti longsoran Rongket, Desa Poco Ranaka, Kecamatan Wae Ri'i, Kabupaten Manggarai. Tujuannya untuk mengetahui secara detail kondisi longsoran, kondisi alam serta rekomendasi penanganan permanen di daerah langganan longsor itu.
Seksi Balai Jalan Nasional, Purwanto, yang ditemui Pos Kupang di sela-sela pantauan lokasi di Rongket, Jumat (7/11/2008), menjelaskan, tim peneliti terdiri dari Puslitbang dan Bin Teknik Jakarta. Selama tiga hari, sejak Kamis (6/11/2008) sampai Sabtu (8/11/2008) hari ini, tim ini melakukan survai secara detail di lokasi serta memetakan kemungkinan penanganan Rongket. Analisa tim sangat penting guna melakukan renovasi dan rekonstruksi Rongket secara permanen. Selain itu mencari lokasi baru sebagai jalur alternatif.
Dari pengamatan lokasi, jelas Purwanto, jalur alternatif merupakan solusi yang tepat. Sebab struktur tanah dan tingkat kemiringan jalur Rongket sangat rentan terjadi longsoran. "Rekomendasi tim Puslitbang dan Bin Teknik sangat menentukan penanganan Rongket," katanya. Meski demikian, upaya darurat di Rongket tetap dilakukan agar sirkulasi ekonomi dan transportasi berjalan baik.
Sementara staf Bin Teknik Jakarta, Ranto P Rajagukguk, ST.M.T, mengatakan, tim akan menganalisasi lebih jauh serta metode penanganan di Rongket. Yang pasti, jalur alternatif merupakan kebutuhan dan penanganan akan dilakukan secara simultan. "Nanti kalau Rongket ditangani, juga jalur alternatif," katanya.
Dia menyebutkan tim puslitbang beranggotakan Benyamin Saptady, ST.M.T, Nazir Zaiful, ST.M.T dan Rizal Safira, S.T.M.T. Tenaga Bin Teknik Ranto P Rajagukguk, ST.MT dan Imam Maarif, ST. Sementara Balai Jalan Nasional hadir Purwanto dan Darwin.
Pelaksana kegiatan di Rongket, Anton Trisno, mengatakan, jalur alternati melalui poka, mendo dan mesang. (lyn)

Sabtu, 01 November 2008

Terjatuh, Bola Mata Hasan Nyaris Keluar

* Keluarga Tuding Oknum Anggota Brimob


KUPANG, PK -- Bola mata kiri Yohanes Hasan, warga Kelurahan Tuak Daun Merah (TDM), Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, terluka dan nyaris keluar setelah ia terjatuh di kompleks penjualan kayu TDM, Rabu (29/10/2008) sore. Pihak keluarga menuding Misbar, anggota Brimob Polda NTT yang memukul Hasan. Misbar membantah tudingan tersebut.
Sampai pukul 21.00 Wita, semalam, korban dirawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSU Prof. Dr. WZ Johannes- Kupang. Mata kirinya sudah dibalut perban. Ada bercak darah yang sudah mengering di sekitar pipi korban dan hidung korban.
Ayah korban, Karolus Hasan dan beberapa anggota keluarga korban di ruang IRD RSU tersebut, semalam, mengatakan, kemarin sore, anaknya dibawa ke rumah oleh Misbar dalam kondisi terluka di matanya. Kepada keluarga korban, Misbar mengatakan bahwa korban terjatuh di lokasi penjualan kayu di TDM.
Karolus Hasan mengatakan bahwa saat itu dia tidak percaya bahwa anaknya itu terjatuh. Apalagi, katanya, ada anak-anak muda di sekitar rumahnya yang mengatakan melihat Misbar memukul korban.
"Dia (Misbar, Red) yang bawa anak kami ini ke rumah dan bilang anak kami ini jatuh dan dia tolong. Tetapi saya dan kami semua di rumah tidak percaya karena tidak ada luka lecet lain, tetapi hanya di mata kirinya saja yang bola matanya sampai keluar. Apalagi, anak-anak di sekitar rumah mulai datang dan mengatakan, dia yang pukul anak saya dan bukan karena jatuh," kata Karolus Hasan.
Salah seorang saudara korban, Alfonsius M Ch Hasan mengatakan bahwa keluarga akan mengadukan hal ini ke Polda NTT untuk diproses hukum.
Korban, kata ayahnya, sehari-hari sebagai sopir truk barang.
Sementara itu, Misbar yang dikonfirmasi terpisah, semalam, membantah tudingan keluarga korban tersebut. Ditemui di kediamannya di Kelurahan TDM, ia mengatakan bahwa saat itu dia dimintai tolong oleh seseorang untuk mengambil kunci motor pada korban. Misbar kemudian meminta kunci motor itu pada korban namun korban mengatakan tidak ada kunci motor. Padahal kunci motor ada di tangan korban.
"Saya ambil kunci itu dari tangannya tetapi karena dia dalam keadaan mabuk jadi sempoyongan dan terjatuh. Pada waktu itu dia jatuh di atas karung berisi serbuk kayu. Saya hanya lihat bola matanya terluka jadi saya minta ojek untuk antar dia ke rumahnya bersama-sama dengan saya. Jadi kalau saya dituduh memukul dia, itu sama sekali tidak benar," katanya.
Saksi mata, Ridwan, juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, Misbar tidak memukul korban, tetapi korban jatuh sendiri. Bahkan, sebelum Misbar tiba di TKP, korban sudah jatuh dua kali karena mabuk.
Menurut Ridwan, sebelum terjatuh, korban sempat meminta uang kepadanya dan dia memberikan Rp 40 ribu. (dar)