Senin, 29 September 2008

Kecelakaan Tragis di Benteng Jawa: Korban Dirujuk ke Denpasar

BORONG, PK -- Salah seorang korban kecelakaan truk "Padi Mas" , dirujuk ke rumah sakit di Denpasar-Bali untuk menjalani perawatan lanjutan. Sedangkan 17 korban lainnya yang mengalami cedera berat, masih dirawat di RSUD Ruteng. Ada belasan korban lagi yang masih dirawat di Puskesmas Benteng Jawa.
Korban yang dirujuk ke rumah sakit di Denpasar itu adalah Gregorius Ram (51). Sebagaimana disaksikan Pos Kupang di ruang rawat inap RSUD Ruteng, Kamis (11/9/2008), kondisi Gregorius Ram terlihat parah. Tangan kirinya patah, mata dan kepala bagian kanannya, juga mengalami luka serius. Luka itu akibat benturan keras saat truk terguling ke dalam jurang. Beberapa bagian tubuhnya, seperti kaki, juga mengalami luka.
Pihak RSUD Ruteng memutuskan untuk merujuk pria ini dirawat di rumah sakit di Denpasar yang memiliki peralatan perawatan yang lebih lengkap.
Direktur RSUD Ruteng, dr. Dupe Nababan, kepada wartawan di RSUD Ruteng, kemarin, mengatakan, pihaknya bersama tim medis sudah bekerja maksimal dalam merawat para korban. Salah seorang korban, Gregorius Gaga, harus dioperasi. Sementara
Gregorius Ram harus dirujuk ke Denpasar untuk mendapat perawatan intensif.
Dari 18 korban kecelakaan tragis yang dirawat di rumah sakit itu, katanya, kebanyakan menderita patah tangan dan luka dalam maupun luka luar akibat benturan keras saat terjadi kecelakaam.
Bupati Manggarai, Drs. Christian Rotok dan wakilnya, Dr. Kamelus Deno, kemarin, menjenguk para korban di RSUD Ruteng.
Menjawab wartawan, Bupati Rotok mengatakan, seluruh biaya perawatan para korban menjadi tanggung jawab Pemkab Manggarai. "Tim medis memberi pelayanan maksimal sementara biaya menjadi tanggung jawab
pemerintah," katanya.
Prinsipnya, kata dia, Pemkab Manggarai tetap membantu para korban berupa bantuan makanan, uang dan lainnya. Namun harus berkoordinasi dengan Pemkab Manggarai Timur.
Penjabat Bupati Manggarai Timur, Drs. Frans PB Leok, dan Sekda, Yoseph Biron Aur, sudah mengunjugi para korban di Puskesmas Benteng Jawa dan memberi bantuan.
Pastor Paroki Benteng Jawa, Rm. Kanisius Ali, Pr, dalam
kotbahnya saat misa untuk keselamatan arwah 10 penumpang yang tewas, menegaskan bahwa Tuhan memanggil setiap orang dengan caraNya kapan saja. Dia meminta semua umat untuk mendoakan arwah para korban yang meninggal dunia dalam kejadian itu.
Usai misa arwah yang dihadri umat setempat, siswa-siswi dan aparat Pemkab Manggarai Timur mengantar jenazah para korban ke kampung halamannya di Necak. Jenazah para korban disemayamkan satu malam di rumah mereka masing- masing dan menurut rencana akan dimakamkan hari ini, Jumat (12/9/2008).
Sebelumnya diberitakan, sepuluh orang tewas dan 32 orang lainnya menderita luka berat dan ringan akibat truk yang mereka tumpangi terjungkal masuk ke dalam jurang sedalam 50 meter di tepi jalan raya jurusan Benteng Jawa-Necak di Kabupaten Manggarai Timur, Rabu (9/9/2008) sekitar pukul 12.00 Wita.
Korban tewas, diantaranya tiga orang pria dan tujuh wanita. Korban tewas adalah Martina Siju (35), Katarina Ajul (35), Yohanes Jalung (55), Monika Lamus (56), Theresia Jaiman (25), Ester Siwu (25), Adelina Gustin (45), Lusia wanu (65), Fransiskus Noe (40) dan Petrus Mat (54).
Sedangkan korban yang terluka antara lain, Albert Harman (sopir), Martina Nimas (31), Maria Prawisa (35), Kasmir Hemo, Stanis Berahi, Gregorius Ram, Hendrika Hadia, Yohanes Ga, Bona Setiawan, Stef Jematu, Makis Edi, Kristina Ginung, Lusia Hasina, Karolina Roni, Natanael Sare, Hermina Kerji, Paulus Udus, Elisabeth We, Thomas Dandus, Bernadetha Selvia, Anastasia Sifan, Frans Costa, Daniel Husain, Onisia Purnama, Martinas Ibas, Damianus Radion, Dami Salut, Geradus Gaga, Safreana Ledi, Emilia Jeniu, Kristina Disna dan Albert. (lyn)



Bocah 2 Tahun Selamat Tanpa Cedera

MATANYA memandang kosong ke dinding kamar RSUD Ruteng. Wajahnya terlihat sedikit pucat. Dialah Selvan Mada, bocah dua tahun yang mengalami keajaiban dalam kecelakaan tragis di Kampung Longka Kunci - Bealalang, Desa Compang Mekar, Rabu (10/9/2008).
Truk yang memuat 42 penumpang bersama barang belanjaan mereka, terjungkal masuk ke dalam jurang sedalam 50 meter. Sepuluh penumpang tewas -- sembilan tewas di lokasi kejadian dan satu lagi tewas di Puskesmas Benteng Jawa. Sedangkan puluhan lainnya cedera berat dan ringan.
Selvan Mada, bocah itu, selamat tanpa cedera sedikitpun. Sementara ibunya, Kristina Disna, menderita luka serius dan sempat tidak sadarkan diri.
Di RSUD Ruteng, Kamis (11/9/2008), Selvan Mada, bocah laki-laki itu berbaring menemani ibunya yang sesekali meringis kesakitan. Selang infus terpasang di tangan ibu bocah itu. Kristina Disna dan anaknya sendirian di Ruteng karena suaminya, Nikolaus Mada, bekerja di Denpasar-Bali.
Disna menuturkan kecelakaan tragis itu. Saat itu, katanya, sopir truk "Padi Mas", Albert Harman
melarikan truk dengan kecepatan biasa-biasa saja karena kondisi jalan yang rusak dan sempit. Disna yang menumpang truk itu bersama puluhan orang lainnya, tetap menggendong anaknya, Selvan Mada. Apalagi bocah itu sedang lelap tertidur.
Saat truk melintas di jalan di Kampung Longka
Kunci- Bealalang, Desa Compang Mekar, ban belakang
truk tergelincir sehingga kendaraan terjungkal dan terguling beberapa kali sebelum mencapai dasar jurang. Pada saat truk terbalik, Disna mengatakan memeluk dengan erat anaknya itu dalam dekapannya. Namun di saat truk kembali terguling, anaknya itu terlepas dari dekapannya. Selanjutnya dia tidak tahu lagi apa yang terjadi karena ibu muda itu pingsan.
"Setelah oto guling kedua kali anak saya terlepas dari
gendongan. Dan saya tidak tahu dia dimana karena saya
sudah tidak sadarkan diri," kata Ny. Disna yang yakin bahwa Tuhan telah menyelamatkan anaknya.
Zakarias Sairus (37), salah seorang kerabat Disna,
menuturkan, pada saat evakuasi korban dirinya mencari
Selvan. Seluruh lokasi disisirnya namun Selvam tidak dijumpai. Namun ketika melintas di samping bak truk yang terbelah, dia melihat Selvan berdiri dengan rosario
melilit di tangannya.
"Hanya anak ini yang tidak mendapat luka sedikit pun,"
ujarnya.
Gregorius Ram, menuturkan, kecelakaan itu tidak pernah diduga. Sebab lintasan yang berat sudah dilewati truk. Namun ketika memasuki jalan lurus dengan tikungan halus ban kiri belakang kendaraan tergelincir dan jatuh bolak-balik beberapa kali sebelum mencapai dasar jurang.
Dia menilai kejadian itu sebagai akibat dari ulah manusia. Karena itu setiap korban harus memaknai peristiwa itu sebagai bagian dari hidup.
ôMemang jalan sempit sekali dan hanya cukup untuk lintasan satu kendaraan saja. Kendaraan kemudian miring ke kiri dan jatuh bolak-balik beberapa kali sampai kedalaman 50 meter," katanya. (kanis lina bana)

Kasus Kendaraan Terguling 2008:

10 September 2008: Truk "Padi Mas' terjungkal ke jurang sedalam 50 meter di jalan jurusan Benteng Jawa - Necak, Kabupaten Manggarai Timur. Sepuluh orang tewas, 32 orang lainnya menderita luka berat dan ringan.

* 20 Agustus 2008: Sebuah truk Fuso yang memuat batu kubur terguling di Yalang, Desa Karipi, Kecamatan Matawai La Pawu, Sumba Timur. Enam orang tewas di tempat, delapan lainnya luka ringan.

* 13 Agustus 2008: Sebuah mobil yang dikemudi Rachman terjungkal di Jl RA Kartini, Kota Baru-Kupang. Seorang dari empat penumpang menderita luka ringan.

* 13 Juli 2008: Angkot "Simpati" yang mengangkut belasan orang dari Lembor menuju Labuan Bajo, Manggarai Barat, terbalik di Dalong, Desa Watunggelek, Kecamatan Komodo. Tiga penumpang patah tulang, belasan luka berat.

*5 Juli 2008: Truk "Karya Mulia" terguling di Jalan Waingapu-Tabundung, tepatnya di KM 73, Desa Banggawatu. Sembilan dari 30 orang penumpang luka-luka.

*26 Juni 2008: Satu orang tewas dan satu sekarat setelah sebuah sepeda motor yang dikendarai kedua korban terjungkal di tebing ruas Jalan El Tari II Kupang, dekat Gereja Menara Kesaksian, Kelurahan Oebobo-Kota Kupang, Kamis (26/6/2008) malam.

* 3 Juni 2008: Sebuah truk pengangkut massa kampanye pilgub NTT terbalik dalam perjalanan menuju Stadion Rihi Eti Prailiu, Waingapu, Sumba Timur. Seorang ibu tewas di tempat, delapan orang luka berat dan enam luka ringan.

* 2 Juni 2008: Sebuah dump truk yang dikemudi Siprianus Separ terjungkal ke jurang sedalam 30-an meter di Rongket (ruas jalan Ruteng-Borong). Separ mengalami luka ringan.

*8 Mei 2008: Sebuah truk yang memuat bata merah terbalik di Jl Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang. Empat penumpang selamat.

17 April 2008: Bus "Cahaya Biru" jurusan Kupang-Niki-niki terjungkal di sebuah jembatan Desa Oesusu, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang. Seorang penumpang tewas di tempat, delapan lainnya luka-luka.

* 1 April 2008: Sebuah truk terjungkal di Jalan M Praja- Kelurahan Namosain, Kota Kupang. Sopir Novianto Beti dan seorang penumpang bernama Anus Nomeni patah kaki. Sedangkan penumpang Epasius Sanam luka-luka di wajah.

18 Februari 2008:Sebuah mobil box terjungkal di Jalan Timor Raya, sekitar kuburan Kelurahan Kelapa Lima, Kota Kupang. Dua penumpang dirawat.
===================
Sumber: Dokumentasi Pos Kupang/ati

Truk Terjungkal, 10 Tewas

BORONG, PK -- Sepuluh orang tewas dan 32 orang lainnya menderita luka berat dan ringan akibat truk yang mereka tumpangi terjungkal masuk ke dalam jurang sedalam 50 meter di tepi jalan raya jurusan Benteng Jawa-Necak di Kabupaten Manggarai Timur, Rabu (9/9/2008) sekitar pukul 12.00 Wita.

Korban tewas, diantaranya tiga orang pria dan tujuh wanita. Sesaat setelah kejadian, semua korban tewas dievakuasi dari lokasi kecelakaan dan disemayamkan di Puskesmas Benteng Jawa. Semua 32 orang lagi yang terluka berat pun dibawa ke Puskesmas ini. Ada 13 orang yang dirujuk ke RSUD Ruteng di Kabupaten Manggarai.
Truk "Padi Mas" EB 2144 AC itu dimanfaatkan sebagai angkutan penumpang yang melayani trayek Benteng Jawa menuju Necak di Manggarai Timur.
Ceritra tentang kronologis kejadian yang dihimpun Pos Kupang di Benteng Jawa, menyebutkan, truk milik Tehung itu melayani transportasi dari Benteng Jawa menuju Desa Compang Necak. Desa Compang Necak ini terdiri dari Kampung Necak, Bumbu, Gumbang dan Golopopa.
Pada hari Rabu (9/9/2008), sopir truk Albert Harman menjemput para penumpang di desa itu menuju Benteng Jawa karena di sana ada pasar mingguan. Usai jual beli di sana, para penumpang yang diperkirakan berjumlah 42 orang kembali ke kampung halaman menggunakan truk yang sama. Selain 40-an penumpang, truk juga memuat barang belanjaan para penumpang.
Ketika memasuki ruas jalan di Kampung Longka Kunci-Bealalang, Desa Compang Mekar, di sebuah tikungan halus, ban kiri belakang truk yang dimodifikasi menjadi angkutan umum itu, tergelincir dan masuk jurang. Diperkirakan sekitar lima kali truk terbalik sebelum mencapai dasar jurang. Saat terbalik itu pula, truk membentur tebing jurang dengan keras.
Seluruh isi muatan, manusia maupun barang, terbuang keluar. Bak truk dingsek dan terbelah.
Sembilan penumpang tewas di tempat, sementara seorang lagi meninggal dunia di Puskesmas Benteng Jawa. Selain itu, 32 orang lainnya menderita luka-luka. Mereka menderita luka pada bagian kepala, wajah, tangan patah, kaki patah. Darah berceceran hampir di seluruh tubuh para korban.
Ada informasi yang menyebutkan bahwa sopir Alber Harman kurang awas dalam mengendarai truk. Malam sebelum kejadian, yang bersangkutan kurang istirahat sehingga pada hari itu kondisinya tidak fit.
Beberapa saat setelah kejadian, Wakil Ketua DPRD Manggarai, Willy Nurdin langsung menuju lokasi kejadian bersama warga setempat membantu para korban.
Willy Nurdin kepada Pos Kupang, mengatakan, dari informasi yang diperoleh kecelakaan itu terjadi karena sopir kurang fit.
Dikatakannya, warga setempat langsung membantu para korban. Korban yang terluka dilarikan ke Puskesmas dan yang meninggal disiapkan peti jenazahnya.
"Tadi secara spontan warga langsung membantu menyiapkan segala sesuatu untuk proses antar jenazah ke Necak untuk dikuburkan. Warga sudah buka posko bantuan," katanya.
Dia juga mengatakan sudah berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk memberi bantuan berupa beras, uang duka dan kebutuhan lainnya. Bantuan tersebut selain meringankan beban para korban juga sebagai rasa tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat yang mengalami musibah.
"Saya langsung ke Borong untuk koordinasi dengan Pemkab Matim menyikapi kecelakaan ini," katanya. (lyn)

Korban Tewas:
-----------------------------
1. Martina Siju (35)
2. Katarina Ajul (35)
3. Yohanes Jalung (55)
4. Monika Lamus (56)
5. Theresia Jaiman (25)
6. Ester Siwu (25)
7. Adelina Gustin (45)
8. Lusia wanu (65)
9. Fransiskus Noe (40)
10. Petrus Mat (54)

Korban Luka-luka
------------------------------
1. Albert Harmaan
2. Martina Nimas (31)
3. Maria Prawisa (35)
4. Kasmir Hemo
5. Stanis Berahi
6. Gregorius Ram
7. Hendrika Hadia
8. Yohanes Ga
9. Bona Setiawan
10. Stef Jematu
11. Makis Edi
12. Kristina Ginung
13. Lusia Hasina
14. Karolina Roni

15. Natanael Sare
16. Hermina Kerji
17. Paulus Udus
18. Elisabeth We
19. Thomas Dandus
20. Bernadetha Selvia
21. Anastasia Sifan
22. Frans Costa
23. Daniel Husain
24. Onisia Purnama
25. Martinas Ibas
26. Damianus Radion
27. Dami Salut
28. Geradus Gaga
29. Safreana Ledi
30. Emilia Jeniu
31. Kristina Disna
32. Albert

Guteres Patah Kaki, Simenes Patah Tangan

KUPANG, PK -- Tabrakan antar sepeda motor terjadi di ruas Jalan Timor Raya, Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Selasa (23/9/2008) pukul 07.00 Wita. Dalam kecelakaan itu, Jeka Suarsi Guteres (23) patah kaki kiri, sedangkan Sinto Simenes (41) yang digonceng Guteres patah tangan kiri.
Tabrakan itu bermula ketika sepeda motor Supra Fit yang dikemudikan Jeka Suarsi Guteres yang ditumpangi Sinto Simenes melaju dari arah Oebelo menuju Naibonat. Sementara sebuah sepeda motor yang dikemudikan seorang pemuda melaju dari arah Oesao menuju Kupang dalam kecepatan tinggi. Ketika pemuda itu melambung sebuah bis, dari arah berlawanan muncul sepeda motor yang ditumpangi kedua korban sehingga terjadi tabrakan.
Jeka Suarsi Guteres kepada Pos Kupang di ruangan tindakan IRD RSU Kupang, Selasa (23/9/2008), menjelaskan, tabrakan tidak dihindari karena kendaraan yang dikemudikan pemuda tersebut melaju dengan kecepatan tinggi.
Akibat tabrakan itu, kedua korban terpental ke sisi kiri jalan, dan sepeda motor yang dikemudikan Guteres rusak parah. Sementara pemuda yang belum diketahui namanya itu tidak mengalami luka-luka, tetapi sepeda motornya juga rinsek.
Aparat Satlantas Polres Kupang, telah mengamankan dua sepeda motor itu sebagai barang bukti kasus kecelakaan itu. (den)

Minggu, 28 September 2008

Camat dan Lurah Kejar Babi

 

MAUMERE, PK--Camat Alok Timur, Simprisius Boseng, S. Sos, M.Si dan Lurah Kabor, Lurah Kota Uneng dan Lurah Kota Baru di Kabupaten Sikka, Flores, Jumat (26/9/2008) pagi, melakukan operasi penertiban ternak liar. Camat dan para lurah bersama tim satgas mengejar dan menangkap babi-babi dan kambing-kambing liar di Kota Maumere. Dalam operasi selama tiga setengah jam itu, terjaring delapan ekor babi dan lima ekor kambing milik warga tiga kelurahan itu.
Pemilik ternak yang tertangkap harus membayar denda Rp 250.000,00-Rp 500.000,00/ekor untuk bisa mendapatkan kembali babi atau kambingnya. Jika dalam jangka waktu tiga hari (hingga Minggu malam), tuannya tidak mengambil ternak itu, maka selanjutnya dilelang dengan harga miring. Hasil denda dan atau sebagian hasil pelelangan ternak itu akan dipakai untuk membiayai operasional tim satgas.
Operasi penertiban ternak liar dalam Kota Maumere itu dilakukan oleh tim satgas yang baru dibentuk, Kamis (25/9/2008) siang. Tim satgas beranggotakan 57 orang itu terdiri dari satuan polisi pamong praja (12 orang), Polsek Alok (5 orang), Koramil Kota 1603 (5 orang), Kantor Kebersihan Kabupaten Sikka (7 orang), Bagian Hukum Setda Sikka (3 orang), Kantor Lurah Kota Baru, Kantor Lurah Kota Uneng dan Kantor Lurah Kabor masing-masing tiga orang serta 15 anggota Linmas atau pemuda dari tiga kelurahan.
Sebelum turun ke lapangan, Jumat (26/9/2008) pukul 07.30 Wita, tim satgas mendapat arahan singkat dari Wakil Bupati Sikka, dr. Wera Damianus, M. M, bertempat di Kantor Lurah Kota Baru. Dalam arahannya, Wabup Wera meminta tim satgas melaksanakan kegiatan operasi dengan baik dan kontinyu serta tidak melakukan aksi yang dapat menimbulkan konflik dengan warga pemilik ternak.
Pantauan Pos Kupang, penertiban itu dilakukan di wilayah tiga kelurahan, yakni Kelurahan Kabor dan Kota Uneng di wilayah Kecamatan Alok dan di Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Alok Timur. Daerah operasi di pertokoan, di kawasan Kali Mati, Kampung Garam dan sejumlah tempat yang biasanya terdapat ternak babi dan kambing liar.
Camat Alok Timur, Siprisius Boseng, Lurah Kabor, Raynold da Cunha, Lurah Kota Uneng, Petrus Rodriques, Lurah Kota Baru, Vendiron Sales, Kepala Kantor Dinas Kebersihan Kota, Aloysius Asan, juga Danramil Kota, Lettu (Inf) Bagus Suryawan dan Kapolsek Alok, Ipda Petrus Lau, turun langsung ke lapangan.
Para pejabat ini terlihat bersama anggota tim satgas ikut mengejar dan menangkap ternak babi dan kambing liar itu. Aksi ini menjadi tontonan warga.
Penertiban itu hanya berlaku bagi ternak liar yang tidak diikat dan dikandangkan. Sementara ternak babi, kambing, sapi, kuda yang dikandang dan diikat tidak ditertibkan.
Selama tiga setengah jam sejak pukul 08.00 Wita hingga pukul 11.30 Wita, tim satgas berhasil menjaring atau menangkap 13 ekor ternak yang terdiri dari delapan ekor babi dan lima ekor kambing. Ternak liar itu ditangkap langsung dinaikkan ke atas truk dan dibawa ke Kantor Lurah Kota Baru hingga pemiliknya datang mengambil setelah membayar denda.
Di Kelurahan Kota Baru, belasan ternak itu langsung diamankan. Kambing dimasukkan ke dalam kandang yang sudah disiapkan, sementara ternak babi diikat di sejumlah pohon di areal kantor lurah. Pukul 12.00 Wita diadakan pertemuan antara satgas dengan sedikitnya sembilan warga pemilik ternak. Dalam pertemuan itu, tim satgas menjelaskan maksud operasi pernertiban ternak liar kepada para pemilik ternak.
"Kami akan menyita ternak kalian sampai batas waktu tiga hari. Sampai Minggu malam pukul 00.00, jika belum ada yang datang ambil dan membayar denda, maka ternak itu akan dilelang dengan harga miring. Sebagian hasil lelang ternak akan diberikan kepada pemilik ternak, sementara sebagian lagi masuk kas lurah. Sementara uang denda yang kalian bayarkan akan digunakan untuk membiayai operasionalisasi tim satgas," tegas Lurah Vendiron.
Lurah Kabor, Raynold da Cunha menegaskan, ke depan pihaknya tidak segan-segan menindak tegas pemilik ternak yang masih bandel membiarkan ternaknya berkeliaran bebas. "Seharusnya kita malu, masa ternak babi dan kambing yang cari makan kasih kita manusia? Manusia yang pelihara, tapi ternak dibiarkan cari makan sendiri, setelah ternak itu besar, baru kita jual, uangnya kasih kita. Itu artinya ternak yang cari uang kasih manusia," kata Raynold.
Staf Bagian Hukum Setda Sikka, Bari Fernandez, meminta para pemilik ternak mematuhi Perda Nomor 5/1996 tentang Penertiban Ternak Liar dengan denda Rp 50.000,00 dan kurungan tiga bulan. Juga Perda Nomor 10/2007 tentang Trantib yang mengatur denda sebesar Rp 5 juta dan hukuman kurungan tiga bulan bagi yang melanggar. (vel)

Ditemukan Mayat Tak Dikenal di Manikin

KUPANG, PK--Mayat seorang pria yang diperkirakan berumur antara 30-40 tahun ditemukan di Pantai Manikin, Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Minggu (28/9/2008) sekitar pukul 11.30 Wita. Sampai pukul 21.00 Wita, jenazah yang sudah dibawa ke RSU Prof. Dr. WZ Johannes-Kupang ini masih misterius.
Saat ditemukan pertama kali oleh James Sogen (28), warga RT 06 RW 03 Lingkungan Manikin, Kelurahan Tarus, mayat tak dikenal ini dalam keadaan bugil. Di wajahnya, terutama pada bagian pelipis kanan terlihat bengkak. Bekas darah yang sudah mulai kering tampak pada mata, hidung, mulut dan mengalir sampai ke bagian bawah daun telinga kanan korban karena posisi kepala lebih rendah dari kaki.
Selain bengkak dan darah pada wajah korban ini, tidak ada luka lain di bagian tubuhnya. Di sekitar dada korban memang terlihat ada bekas goresan tetapi tidak sampai menyebabkan luka. Perut korban juga tidak menunjukkan tanda-tanda kalau ia kemasukan air laut.
Saat Pos Kupang tiba di TKP sekitar pukul 14.00 Wita, bagian kelamin korban sudah ditutup dengan sepotong baju milik Silas Berry, warga Manikin dari RT 2 RW 1. Sejam kemudian, barulah seorang anggota polisi menemukan sebuah celana panjang berwarna coklat tua bergaris yang masih kelihatan bagus dalam keadaan basah kuyup. Celana panjang ini ditemukan sekitar 50 meter dari TKP dan diduga milik korban karena saat dikenakan ternyata cocok.
Silas Berry menceritakan, sekitar pukul 11.30 Wita, James Sogen ke pantai untuk memasang pukat ikan. Namun sebelum niatnya itu dilaksanakan, ia melihat mayat korban, yakni kakinya yang menghadap ke darat. "James pertama kali lihat kaki korban. Setelah dia pastikan ini mayat, ia teriak minta tolong, tetapi karena tidak ada yang dengar, ia lari ke kampung dan sampaikan pada Okto Missa. Setelah itu ada yang pergi lapor polisi, sedangkan saya dan warga lain langsung ke sini untuk melihat korban," kata Silas Berry. Dia menambahkan, James Sogen kembali ke rumahnya setelah memberikan keterangan kepada polisi.
Warga lain yang mengerumuni TKP menaruh curiga kalau korban mati karena dipukul. Salah seorang warga Manikin di TKP yang enggan menyebut namanya mengatakan, keyakinannya ini muncul karena tanda-tanda fisik pada tubuh korban. "Kalau dia tenggelam mengapa perutnya tidak membesar? Kenapa juga dia sampai telanjang dan tidak ada luka di badan atau kaki dan tangannya. Apalagi mayat ini waktu ditemukan tadi siang masih lemas. Jadi wajar kalau kami pikir dia dipukul sampai mati baru dibuang. Kami minta polisi tolong usut karena kami mencurigai dia dibunuh baru dibuang," katanya.
Pihak kepolisian belum bisa memastikan sebab-sebab kematian korban. Baik Kepala Sentral Pelayanan Kepolisian (KSPK) Polres Kupang, Ipda Ongko Tri Atmodjo, maupun Kapolsek Kupang Tengah, Ipda Andreas Manafe, yang dimintai keterangannya belum bersedia memberikan komentar. Keduanya juga tidak memastikan apakah jenazah ini akan diotopsi atau tidak.
"Untuk sementara kami hanya bisa amankan dulu jenazah ini. Toh kita juga belum tahu siapa keluarganya. Sementara ini kami masih menunggu kantong mayat yang sedang diambil anggota di Polres," kata Tri Atmodjo. (dar)

Rumah Terbakar, Yoram Terpanggang Api

KUPANG, PK -- Yoram Taneo (5), warga Kolbate, Desa Kiuoni, Kecamatan Camplong, Kabupaten Kupang, terpanggang api di dalam rumahnya yang sedang terbakar, Jumat (26/9/2008) sekitar pukul 22.00 Wita. Akibatnya, seluruh kulit badannya terkelupas. Rumah ukuran 6 x 7 meter persegi berdinding bebak dan beratap daun gewang itu ludes dilalap api. Kebakaran itu terjadi pada saat seluruh penghuni rumah tidur lelap.
Orangtua korban, Martinus Tanoe, saat ditemui di ruangan tindakan Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSU Kupang, Sabtu (27/9/2008), menjelaskan, pada saat terjadi kebakaran, semua penghuni rumah dalam keadaan tidur lelap. Di dalam rumah hanya ada dirinya, istrinya, Dina Fallo (27), dan ketiga anaknya, masing-masing Dion Tanoe (7), Yoram Tanoe (5) dan Resti Tanoe (1).
"Kami semua tidur di satu tempat tidur di dalam kamar. Saya baru sadar terjadi kebakaran saat salah satu dinding bebak yang terbakar jatuh mengenai tangan kiri saya. Tangan saya terasa panas. Saat itu juga saya langsung bangun. Ketika melihat ke atas, ternyata atap rumah hampir seluruhnya sudah terbakar. Saat itu juga saya langsung membangunkan istri saya, Dina," tutur Martinus Tanoe.
Dikatakannya, dalam keadaan mabuk tidur, istrinya langsung menggendong anak ketiganya, Resti. Sementara dirinya menggendong anak pertama, Dion. "Kami kemudian berlari di antara reruntuhan rumah yang terbakar keluar rumah. Namun saat berada di luar rumah saya baru sadar bahwa Yoram, masih berada di atas tempat tidur. Ketika masuk ke dalam rumah, Yoram dalam keadaan menangis di atas tempat tidur. Sementara seluruh tubuhnya tertutup sisa-sisa atap rumah yang sementara terbakar," katanya.
Saat mendapati Yoram, demikian Martinus Tanoe, ia langsung menggendongnya keluar rumah. Ketika sudah berada di luar rumah, jelas Martinus Tanoe, dalam kegelapan ia merasa seluruh kulit tubuh Yoram berair dan kulitnya terkelupas.
Martinus Tanoe menambahkan, pada saat terjadi kebakaran, semua tetangga tidak berada di rumah. Mereka sedang mengikuti acara pesta di kampung tetangga. Sekitar setengah jam kemudian baru beberapa tetangga datang. "Kami kemudian membawa Yoram ke seorang bidan di Desa Ekateta. Namun, bidan itu tidak punya obat untuk menolong Yoram. Hari Sabtu (27/9/2008) sekitar pukul 10.00 Wita, Yoram dibawa ke Puskesmas Oesao. Dari hasil pemeriksaan petugas medis, Yoram kemudian dirujuk ke RSU Kupang," kata Martinus Tanoe.
Pengamatan Pos Kupang di IRD RSU Kupang, wajah Yoram hitam terbakar. Alis mata dan bulu matanya hangus. Matanya tidak bisa dibuka. Sementara di badannya, seperti punggung bagian belakang dan perut tampak memerah.
Kondisi yang sama juga terlihat di kedua paha kakinya hingga kulit buah pelirnya memerah karena kulitnya sudah terkelupas. Sementara di bagian paha lainnya dan betis terlihat sebagian kulit yang terkelupas dan tergantung. (den)

3 Korban Kritis

KEBAKARAN juga terjadi di Kampung Motadik, Kecamatan Biboki, Anleu, Timor Tengah Utara (TTU), Sabtu (27/9/2008) pukul 23.00 Wita. Tiga korban kakak beradik, yakni Dominikus Atin, Kristianus Manek, Hendrikus Kiik, kritis dan kini tengah dirawat di RS Sito Husada, Atambua.
Orangtua kandung ketiga korban, Silvester Ulu Manek (bapak) dan Maria Goreti Abuk (Ibu) ketika ditemui Pos Kupang di ruang perawatan di RS Sito Husada, Minggu (28/9/2008), menuturkan kronolig kebakaran itu. Maria Goreti menjelaskan, seisi keluarga tidak pernah menyangka akan terjadi kebakaran hebat yang menyebabkan tiga anak kandungnya menjadi korban jilatan lidah api, termasuk dirinya dan suaminya, Sabtu (27/9/2008) tengah malam itu.
Sejak sore hari mereka sudah mengemas perabot rumah, termasuk barang-barang kios. Di halaman kios, katanya, selama ini mereka menjual bensin dalam botol. Tetapi malam itu suaminya sudah menyimpan secara rapi di dalam kios sebelum bergegas ke rumah untuk tidur malam. Setelah makan malam, katanya, ketiga putranya yang menjadi korban, yakni Dominikus Atin, Krisantus Manek, Hendrikus Kiik, tidak tidur di kamar, tetapi berbaring di lantai karena cuaca sangat gerah. Sementara dirinya bersama suami dan juga kedua putra mereka lainnya berada di kamar. Menjelang tengah malam, katanya, terdengar bunyi letupan yang begitu keras disusul jilatan api merambat ke rumah.
"Sebelum tidur kami sudah periksa isi rumah tidak ada lampu pelita atau lilin yang menyala. Kami mau periksa barang di kios juga pakai senter. Tapi malam itu kami dengar bunyi ledakan begitu besar, kemudian api merambat begitu cepat. Ditambah lagi dengan bensin, jadi dalam sekejap saja rumah kami sudah terbakar api," tutur Maria Goreti.
Dalam keadaan panik, kata Maria Goreti, dia membangunkan ketiga putranya yang tidur di lantai dengan mendorong mereka keluar rumah. Dalam keadaan setengah sadar, ketiga anaknya menerobos jilatan api. Tak ayal, sekujur tubuh mereka tersulut api.
"Waktu saya dorong tiga anak ini keluar, saya teringat dua anak saya masih di kamar. Saya langsung masuk ke kamar untuk gendong dua putra saya itu. Mereka tidak ada luka sedikitpun, sementara saya terkena jilatan api di muka, tangan, betis. Sementara suami saya terkena jilatan api di tangan dan kaki," tutur Maria sambil menunjuk bekas luka bakar.
Menurut Maria, mereka sekeluarga malam itu hanya bisa berusaha menyelamatkan diri, sementara harta benda seluruhnya hangus terbakar, tidak ada yang terselamatkan. Setelah kejadian itu, warga yang berada di sekitar membantu menyelamatkan ketiga anaknya dengan menghantarnya ke RS Sito Husada, Atambua untuk mendapatkan pertolongan.
Disaksikan Pos Kupang, ketiga korban terbaring lemas di tempat tidur. Kulit tangan, kaki, badan terkelupas. Selang infus tetap terpasang di tangan, sementara kerabat dekat mereka terus berjaga-jaga. Obat salep yang diberikan pihak rumah sakit diberikan kepada kerabat untuk mengoles bekas luka bakar.
Secara terpisah, Direktur RS Sito Husada, dr. Edi Usboko, di sela-sela memantau kondisi para korban, menjelaskan, secara medis pihaknya berusaha menyelamatkan para korban agar kondisinya bisa pulih kembali. Saat ini kondisi ketiga korban belum melewati masa kritis sehingga perawatan intensif mutlak dilakukan.
"Sekarang ini kuncinya di perawatan. Yang kita takutkan bekas luka itu berpengaruh kepada organ tubuh bagian dalam terutama paru-paru. Karena kasus terbakar karena api itu sangat rawan. Kita masih lihat perkembangan lagi dalam dua atau tiga hari ke depan masa kritis," ujarnya. (yon)

Kasus Kebakaran di NTT Tahun 2008:

27 September 2008: Rumah berukuruan 6 X 7 meter persegi milik Martinus Tanoe di Kolbate, Desa Kiuoni, Kecamatan Camplong Kabupaten Kupang ludes terbakar . Seorang anak Martinus, Yoram Taneo (5), terpanggang hingga seluruh kulitnya terkelupas dan dilarikan ke RSU Kupang.
27 September 2008: Rumah milik pasangan Silvester Ulu Manek dan Maria Goreti Abuk di Kampung Motadik, Kecamatan Biboki Anleu, Timor Tengah Utara, terbakar. Dominikus Atin, Kristianus Manek dan Hendrikus Kiik, ketiga anak pasangan ini kritis dan dirawat di RS Sito Husada, Atambua.
21 September 2008: Satu unit bangunan RSU Prof. Dr. WZ Johannes-Kupang, terbakar. Kerugian mencapai Rp 10 miliar lebih. Penyebabnya sedang diselidiki.
4 September 2008: Toko Mitra dan toko yang menjual sepatu merek "Start" di Jl Sudirman Kuanino terbakar.
4 September 2008: Kamar kos dan rumah induk milik Obet Tang di Fatululi Kupang terbakar.
30 Agustus 2008: Pasar Kalabahi terbakar.
21 Agustus 2008: Kawasan KSDA Wae Wu'ul di Manggarai Barat terbakar.
18 Agustus 2008: Kampung Adat Kamotorara di Sumba Timur terbakar.
17 Agustus 2008: Kantor Camat Aesesa di Mbay terbakar.
14 Agustus 2008: Dua rumah milik Anus Gawe dan Blasius Rato di Maukaro, Kabupaten Ende, terbakar.
10 Agustus 2008: Tempat cargo Pitoby di Jl Soeharto Kupang terbakar.
25 Juli 2008: 8 unit rumah di Kaca, Desa Compang Cibal, Manggarai, terbakar.
23 Juli 2008: Seorang janda tewas terpanggang dalam kasus kebakaran rumah di Tanggar, Manggarai Timur.
22 Juli 2008: Rumah kontrakan di Jl RA Kartini No 5 Kampung Raja, Kalabahi, terbakar.
12 Juli 2008: Sekitar 70 drum ter (flux oil) di kompleks Kantor Dinas PU Flotim terbakar.
11 Juli 2008: Mesin PLN Ba'a terbakar.
9 Juli 2008: Rumah milik Sahril A'sina di Jalan Sunan Ampel, Kelurahan Solor, Kota Kupang terbakar akibat kompor meledak.
6 Juli 2008: Jembatan Termanu di Amfoang Barat Daya terbakar.
2 Juli 2008: Lima unit rumah milik keluarga Sereh di Labuan Bajo terbakar akibat gangguan arus listrik.
1 Juli 2008: Gedung Koperasi Jasa Usaha Bersama-Nusa Sehat Dinas Kesehatan Propinsi NTT di Jalan Perintis Kemerdekaan II terbakar.
27 Juni 2008: Rumah milik Noh Lassa, warga Kelurahan Sikumana, terbakar.
13 Juni 2008: Dealer Yamaha di Atambua dilalap api
11 Februari 2008: Studio Radio Ramagong di Jl Palapa Kupang terbakar.
21 April 2008: Kapal Motor (KM) Jabal Rahman terbakar di Pelabuhan Larantuka.
28 Maret 2008: Kebakaran menimpa rumah tinggal milik Yani Sakti Lam, ajudan Bupati Lembata.
6 Maret 2008: UD Setia milik Yohanes Balan di Desa Penfui Timur terbakar.
29 Februari 2008: Rumah milik Lukas Narat di Ruteng terbakar.
==========================
Sumber: Dokumentasi Pos Kupang/ati

Bapa dan Mama Minta Ampun...

.

DI kamar sebelah kiri dari arah pintu masuk ia dibaringkan. Sendirian ia di atas dipan berukuran sedang itu. Sekujur tubuhnya diselimuti kain batik. Rambutnya yang ikal masih tergerai. Tiada hentinya ciuman, peluk dan elusan diberikan. Sambil berlutut di sampingnya, sahabat-sahabatnya yang menyayanginya itu seakan tak percaya. Teman sepermainan kini telah tiada. Tubuhnya tak lagi bergerak. Denyut nafas pertanda kehidupan tak lagi terlihat.
Delfi Bengu, siswi kelas VI SDN 1 Manutapen, Kota Kupang tewas tenggelam. Ombak deras di perairan Pasir Panjang, Kupang telah merenggut kehidupannya, Sabtu (27/9/2008) sekitar pukul 13.00 Wita.
Berbeda dengan Maria Riwu Djami, sepupunya yang sedang berenang bersamanya, putri ketiga pasangan Karel Bengu-Rina Bengu-Rohi itu tak mampu diselamatkan warga Kelurahan Pasir Panjang yang datang memberikan bantuan setelah mendengar teriak meminta tolong dari arah laut.
Kini Delfi telah tiada. Padahal, beberapa menit sebelum kepulangannya ke alam baka, ia berteriak kegirangan. Berlari-lari di pasir putih sambil bernyanyi. Bahagianya tiada dua. Betapa tidak. Siang kemarin, seluruh anggota keluarganya piknik bersama. Syukuran atas rezeki Yang Maha Kuasa berikan. Dua minggu lalu, orangtuanya berhasil membeli sebuah truk baru.
"Kami dua sementara berenang. Tiba-tiba tangan saya terlepas dari binen (ban dalam mobil--Red) yang kami pake untuk berenang karena ombak deras sekali. Lalu dia juga ikut jatuh. Saya tarik tangan dan rambutnya ke atas sampai berhasil. Dia kembali pegang binen dan setelah itu arus bawa dia makin jauh," tutur Maria yang terus menangisi kepergian sepupunya.
Di rumah duka di RT 07 RW 02 Kelurahan Manutapen, kaum kerabat dan tetangga telah berkumpul. Mereka sabar menanti datangnya jenazah Delfi setelah kabar duka itu diterima tidak lama setelah peristiwa naas itu terjadi. Sekitar pukul 15.00 Wita, barulah jenazah tiba dengan sebuah ambulans yang dipandu mobil patroli Polsekta Kelapa Lima dan diarak kendaraan beroda dua.
Saat jenazah ditandu anggota polisi menuju rumah duka, tangis pun pecah. Puluhan orang yang berjejer di jalan menurun itu tak kuasa menahan tangis. Mereka seakan tak percaya akan fakta di depan mata mereka. Saat ditemui, seorang bapak yang sedang menghapus air matanya mengaku, Delfi anak periang dan murah hati.
Sementara di ruang tengah rumah duka, di samping kamar Delfi dibaringkan, ayah dan ibunya menangis histeris di antara kerumunan kaum keluarga. Rina, si ibu yang malang itu tak henti- hentinya berteriak menyebut nama anaknya. Sambil memukul dirinya, ia terus meratapi kepergian buah hatinya. Sempat terdengar ia mengumpat dirinya. Juga bukan sekali dua ia berteriak menyesali kepergian Delfi seraya memohon ampun dari anaknya.
"Mengapa Delfi yang harus pergi dan bukan mama? Mama tidak mau. Mama tidak mau. Bapa dan mama minta ampun. Minta ampun Delfi..." tangis Ny Rina.
Di hadapannya, suaminya duduk terpekur memeluk putra tunggalnya. Ketiga putrinya yang lain bersila di dekatnya. Sesekali Karel Bengu menarik-narik rambutnya. Mungkin sedang menyesali nasib buruknya. Bisa jadi ia sedang marah pada situasi yang ia alami. Satu yang pasti, ia sedemikian kehilangan.
Di tengah suasana duka itu, David Bengu, paman korban berdoa pasrah. Seakan menemukan Tuhannya di tengah nyanyian duka, ia memasrahkan Delfi ke dalam tangan Pencipta. "Dia yang memberi, kalau Dia juga yang mau mengambilnya, apa daya kami. Kami keluarga pasrahkan anak kami ke dalam kuasaNya," ungkap David Bengu ketika diajak bicara Pos Kupang. (yos sudarso)

Pantai Pasir Panjang 'Makan Korban'

 

KUPANG, PK---Naas menimpa Delfi Bengu (12). Delfi tewas tenggelam setelah terbawa arus di perairan Pasir Panjang, tepatnya di belakang Taman Ria, Jalan Timor Raya, Kota Kupang, Sabtu (27/9/2008) pukul 13.00 Wita. Kakak sepupu korban, Maria Riwu Djami (15), selamat setelah berhasil berenang ke bibir pantai.
Tenggelamnya Delfi bermula ketika korban bersama keluarganya piknik bersama sebagai syukuran setelah orangtua korban, Karel Bengu dan Rina Bengu Rihi, warga RT 07/RW02 Kelurahan, Manutapen, Kecamatan Alak, Kota Kupang membeli sebuah truk baru. Piknik diikuti puluhan orang dari keluarga Karel Bengu.
Tiba di tempat kejadian perkara (TKP), sejumlah anggota keluarga masuk laut untuk mandi. Delfi juga ikut menceburkan diri ke laut. Menggunakan ban dalam mobil (binen), Delfi dan Maria Riwu berenang menikmati air laut. Keduanya mencoba masuk lebih dalam. Saat kejadian air laut surut hingga 100 meter dari bibir pantai.
Maria Riwu, kakak sepupu korban yang selamat kepada Pos Kupang di rumah duka di Kelurahan Manutapen, Sabtu (27/9/2008) pukul 15.00 Wita, mengatakan, bersama korban mereka menikmati laut dengan berpegangan pada ban dalam mobil itu. "Kami sempat naik ke atas ban dalam mobil yang dibawa dari rumah," kata Maria.
Ketika asyik berenang menggunakan ban itu, tutur Maria, tiba-tiba datang ombak besar. Tak kuat melawan ombak, keduanya lepas dari ban. Delfi, kata Maria, ikut tercebur ke dalam laut.
Maria mengaku sempat berusaha menyelamatkan Defli dengan mengangkat korban ke atas ban. Bahkan dirinya kembali lepas dari ban dan tercebur lagi ke dalam laut akibat tekanan yang begitu berat ketika mengangkat badan adiknya ke atas ban mobil. "Pada saat saya muncul kembali ke permukaan laut, saya lihat Delfi dengan ban-nya sudah jauh terbawa ombak. Karena itu saya berenang ke pantai untuk minta tolong," kata Maria.
David Bengu, salah seorang anggota keluarga korban kepada Pos Kupang menjelaskan, keberadaan korban bersamanya orangtuanya Karel Bengu dan Rina Bengu, serta puluhan anggota keluarganya di Pantai Pasir Panjang, kemarin, untuk melakukan syukuran. Syukuran ini digelar karena Karel dan Rina membeli sebuah truk baru dua pekan lalu.
"Sebelum ke Pantai Pasir Panjang kami sempat melakukan doa bersama di rumah orangtua korban. Setelah selesai berdoa baru ke Pasir Panjang. Kami kaget bahwa Delfi tenggelam," kata David Bengu. (ben/dar)

Jumat, 26 September 2008

Bantuan Luar Negeri Ibarat Buah Simalakama

KEDATANGAN Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer ke Kupang hari Selasa, 9 September 2008, membawa khabar sukacita bagi seluruh masyarakat NTT. Khabar sukacita itu setidaknya menyangkut dua hal. Pertama, NTT mendapat bantuan dana senilai Rp 58 miliar dari total dana senilai Rp 22 triliun untuk pembangunan di berbagai sektor di Indonesia selama lima tahun ke depan. Kedua, adanya rencana melakukan patroli bersama-sama secara rutin antara Pemerintah Indonesia dan Australia di perairan perbatasan Indonesia-Australia guna mengatasi kasus-kasus illegal fishing yang belakangan ini marak terjadi di perairan Indonesia- Australia.
Khusus mengenai bantuan dana senilai Rp 58 miliar, kita pantas bersyukur kepada pemerintah Australia. Dengan adanya alokasi dana itu, setidaknya dapat membantu meringankan beban pemerintah di daerah ini dalam mengatasi berbagai kesulitan dana menangani masalah di bidang pendidikan, kesehatan, tenaga kerja dan infrastruktur.
Tapi, ditinjau dari aspek politik luar negeri, bantuan yang diberikan itu sebetulnya tidak pantas untuk terlalu dibanggakan.Bantuan yang diberikan oleh suatu negara kepada negara lain, terutama dari negara maju kepada negara miskin atau berkembang pada galibnya bukannya diberikan begitu saja. Sejarah mencatat, setelah perang dunia II, pemberian bantuan dari negara maju kepada negara miskin dan berkembang itu sudah menjadi bagian dari politik luar negeri negara-negara maju. Dan, pemberian bantuan dari negara maju kepada negara berkembang atau miskin itu bersifat universal.
Bantuan yang diberikan dari negara maju kepada negara berkembang itu setidaknya dikelompokkan atas empat bagian, yakni bantuan politik, militer, ekonomi dan teknik. Pemberian berbagai bantuan dari negara maju kepada negara berkembang itu semuanya dalam rangka percaturan politik internasional negara itu dan dalam rangka terjadinya keseimbangan kekuasaan (balance of power) dari negara pemberi bantuan itu.
Itu sebabnya, dalam berbagai aksi yang dilakukan di Jakarta, baik oleh para politisi, para ekonom maupun para mahasiswa, mereka sering berteriak dan mendesak pemerintah di negeri ini untuk segera menghentikan bantuan atau pinjaman luar negeri. Sebab, pemberian bantuan dan pinjaman luar negeri itu, selain menambah beban utang dalam negeri, juga dapat menumbuhkan rasa ketergantungan yang besar kepada negara maju. Dan, dari sisi politis kita akan selalu berada pada posisi yang lemah karena bargaining position kita dengan negara pemberi bantuan tentu akan sangat lemah.
Tapi itulah kita, Indonesia dan NTT. Bantuan ini menjadi masalah yang sangat dilematis. Ibarat buah simalakama. Jika pemerintah kita tidak menerima bantuan, mau mengambil uang darimana untuk membiayai pembangunan di berbagai sektor di daerah ini. Fakta menunjukkan, banyak pengusaha kecil di daerah ini yang berteriak tidak bisa memulai dan mengembangkan usahanya karena ketiadaan bantuan dana dari pemerintah. Banyak SKPD yang tidak bisa melaksanakan semua program kerjanya karena ketiadaan dana. Itu pertanda, ketergantungan akan adanya bantuan dana dari pemerintah itu masih begitu tinggi. Di sisi lain, menerima bantuan dana pun tidak mendidik. Selain menumbuhkan rasa ketergantungan pada bantuan itu sendiri, juga membuat posisi kita makin lemah.
Namun, ada sisi positif lain yang bisa kita ambil dari kedatangan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer ke Kupang (NTT) ini. Rencana melakukan patroli bersama-sama secara rutin antara Pemerintah Indonesia dan Australia di perairan perbatasan Indonesia-Australia dalam rangka mengatasi kasus-kasus illegal fishing yang belakangan ini marak terjadi di perairan itu merupakan suatu langkah maju yang patut disambut dengan baik.
Semua tahu, masalah penangkapan ikan secara ilegal ini merupakan salah satu masalah serius yang sering terjadi antara pemerintah Indonesia, khususnya NTT dengan Pemerintah Australia selama ini. Selama ini banyak nelayan dari Pulau Rote (NTT) yang terpaksa ditangkap, dihukum dan dijebloskan ke dalam bui di Darwin karena masalah yang satu ini. Kita berharap, rencana melakukan patroli bersama ini hendaknya menjadi komitmen bersama dalam melaksanakannya. Dan, buah dari komitmen itu agar masalah yang ditemukan dalam patroli bersama itu diselesaikan secara bersama-sama pula.***

Allo dan Sem Dima Jadi Tersangka

KUPANG, PK -- Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kadis Kimpraswil) NTT, Fredrik Allo, dan mantan Kadis Perhubungan Kota Kupang, Semuel Dima, ditetapkan menjadi tersangka oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Kupang. Allo dinilai ikut bertanggung jawab terhadap dugaan penyimpangan proyek Jalan Bokong-Lelogama yang dikelola Dinas Kimpraswil NTT Tahun Anggaran 2008. Sedangkan Sem Dima diduga terlibat dalam penyelewengan dana kir kendaraan oleh tersangka yang sudah lebih dahulu ditetapkan, Ayub Gaspers.
Kajari Kupang, Herman da Silva, S.H, menyampaikan hal ini ketika ditemui di ruang kerjanya, Kamis (25/9/2008). Ia dikonfirmasi terkait informasi yang diperoleh Pos Kupang tentang penetapan Allo dan Sem Dima menjadi tersangka.
Da Silva mengakui, pihaknya sudah menetapkan Allo menjadi tersangka dalam proyek ini menyusul tiga tersangka lain, yakni Direktur CV Kharisma Konstruksi, Cosmas Lay, Kasatker Dinas Kimpraswil NTT, Yes Sabetu, dan Kasubdin Bina Marga, Arifin. "Informasi yang diterima teman-teman itu benar. Memang kami sudah tetapkan dia jadi tersangka berdasarkan hasil ekspos kasus Bokong Lelogama kemarin (Rabu, Red) di Kejati NTT," kata da Silva.
Ia menjelaskan, keputusannya menetapkan Allo menjadi tersangka dalam proyek Jalan Bokong Lelogama karena sebagai pimpinan ia bertanggung jawab terhadap proyek itu. Menurutnya, Allo ikut menandatangani dokumen kontrak kerja proyek sehingga kalau ada penyimpangan pekerjaannya, ia harus ikut bertanggung jawab.
Dari ekspos kasus ini, apakah sudah diketahui dugaan penyimpangan keuangan negara, da Silva mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil audit investigatif kasus ini oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan NTT. Sementara ini pihaknya hanya mengetahui adanya dugaan korupsi dalam proyek ini berdasarkan hasil uji teknis dan analisa laboratorium Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.
Salah seorang sumber Pos Kupang di Kejari Kupang menyebutkan, dugaan kerugian keuangan negara dalam proyek ini mencapai Rp 200 juta lebih. Sumber ini mengatakan, taksiran kerugian ini didasari pada perhitungan tim teknis Undana Kupang. Namun untuk kepentingan kelengkapan berkas tersangka, penyidik akan menggunakan perhitungan kerugian berdasarkan audit BPKP Perwakilan NTT.

Kir Kendaraan
Sementara mengenai penetapan Sem Dima sebagai tersangka, da Silva membenarkannya. Ketika dimintai penegasannya tentang informasi status tersangka Sem Dima, da Silva mengatakan, "Tidak mungkin tersangkanya tunggal. Mantan Kadis Perhubungan juga ikut bertanggung jawab".
Terkait penetapan Allo dan Sem Dima menjadi tersangka ini, da Silva juga menjelaskan, pihaknya juga mendapatkan dukungan dari Kajati NTT, Djohani Silalahi, S.H dan jajaran Kejati NTT. Menurutnya, Kajati dan jajarannya mem-back up dan langkah- langkah yang dilakukan pihaknya dalam penanganan kasus- kasus dugaan korupsi.
Ditanya tentang belum lengkapnya berkas sejumlah tersangka yang sudah ditetapkan sebelumnya, da Silva menerangkan, pihaknya juga mempunyai komitmen untuk secepatnya melimpahkan berkas para tersangka ini. Namun di sisi lain, ia mengakui terdapat sejumlah kendala.
"Saya merasakan kekurangan tenaga jaksa, padahal setiap hari selalu ada berkas yang dilimpahkan ke kami. Berkas pidum (pidana umum) bahkan sudah bertumpuk-tumpuk. Sedangkan berkas kasus korupsi biasanya karena kami masih menunggu hasil audit BPKP," katanya sambil menambahkan, dalam waktu dekat pihaknya memprioritaskan berkas tersangka Lay.
Untuk diketahui, sebelumnya Kejari Kupang sudah menetapkan sejumlah tersangka dugaan kasus korupsi. Dalam catatan Pos Kupang, para tersangka itu, antara lain Ayub Gaspers, Cosmas Lay, Arifin, Yes Sabetu, Ali Nurawi, dan Jack Mone Ke. (dar)

Tersangka Kasus Bokong-Lelogama
------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama ! Jabatan Keterangan

1. Cosmas Lay ! Direktur CV Kharisma Konstruksi, ! Belum ada hasil audit BPKP NTT
2. Yes Sabetu ! Kasatker Dinas Kimpraswil NTT !
3. Arifin ! Kasubdin Bina Marga Kimpraswil NTT !
4. Frederiek Allo ! Kadis Kimpraswil NTT !
-------------------
Sumber: Kejari Kupang

Saatnya Kita Tidak Asal Membangun

 

DUA pekan terakhir ini, berita kebakaran hampir tak pernah absen dari halaman koran ini. Selain rumah pribadi, kos-kosan dan kantor DPW PPRN NTT, kebakaran juga menimpa salah satu toko sepatu di Jalan Sudirman-Kuanino Kupang. Dan yang paling heboh adalah kebakaran yang menimpa bangunan gedung RSU Prof. Dr. WZ Johannes-Kupang. Itu baru di Kota Kupang. Belum lagi kalau dihitung kasus kebakaran yang terjadi di beberapa daerah di NTT, semisal di Kota Ba'a, Kabupaten Rote Ndao hari Rabu, 24 September 2008 malam.
Peristiwa yang paling heboh dan menimbulkan kerugian imaterial dan material yang cukup besar terjadi pada kebakaran bangunan gedung RSU Kupang. Heboh karena kebakaran bangunan ini berurusan dengan nyawa banyak orang. Nyawa manusia. Banyak pasien yang terpaksa dievakuasi ke tempat lain akibat kebakaran bangunan ini. Dan yang paling penting dari peristiwa ini ialah bukan soal kebakarannya semata, tapi rasa trauma bagi para pasien. Bahkan sampai ada pasien yang meninggal karena shock. Rasa trauma inilah yang mungkin tidak bisa dihitung atau diukur dengan uang.
Selain itu, kebakaran ini juga menimbulkan kerugian material yang cukup besar. Berdasarkan laporan Pemda NTT, total kerugian akibat kebakaran bangunan gedung RSU Kupang ini mencapai Rp 10 miliar lebih. Jumlah yang tidak sedikit bagi Propinsi NTT. Asumsinya, untuk membangun kembali gedung yang terbakar agar pelayanan kepada masyarakat bisa berjalan seperti sediakala, setidaknya Pemda NTT membutuhkan dana senilai itu lagi. Padahal, jika saja bangunan gedung RSU Kupang itu tidak terbakar, mungkin dana itu bisa digunakan untuk pos pembangunan lain yang mungkin tidak kalah pentingnya dibanding rumah sakit.
Hal menarik dari peristiwa kebakaran ini ialah hampir semua kebakaran yang terjadi pada bangunan itu memakan korban. Meski bukan korban jiwa, tapi sebagian besar harta benda yang ada di dalam bangunan yang terbakar itu tidak bisa diselamatkan dari amukan api. Kalaupun ada yang berhasil diselamatkan, jumlahnya tidak seberapa. Penyebab utamanya selain karena tidak berdayanya masyarakat memadamkan amukan api, juga sering karena terlambatnya mobil pemadam kebakaran sampai di lokasi kebakaran. Tapi sebab lainnya karena sulitnya memobilisasi mobil pemadam kebakaran ke lokasi kebakaran akibat tidak adanya lahan atau ruang khusus yang memungkinkan terjadinya mobilisasi itu.
Khusus masalah yang terakhir ini, kita agak terkejut dengan pernyataan Walikota Kupang, Drs. Daniel Adoe, dan Kepala Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Kupang, Ir. Harry Teofilus, bahwa bangunan gedung RSU Kupang yang terbakar itu tidak memiliki surat izin mendirikan bangunan (IMB). Bahkan, menurut Adoe, di Kota Kupang, paling banyak bangunan pemerintah yang tidak memiliki IMB, padahal IMB itu sangat penting.
Pentingnya IMB ini karena mendirikan bangunan itu membutuhkan kajian untuk ruang lahan dan bangunan. Setiap kali mendirikan bangunan, terutama bangunan untuk pelayanan publik, diharuskan untuk menyisihkan ruang lahan untuk kepentingan publik. Ruang itu sangat perlu untuk pelayanan publik dan membantu petugas pemadam kebakaran saat terjadi musibah kebakaran.
Yang mengherankan, bangunan yang tidak memiliki IMB di kota ini justru kebanyakan bangunan milik pemerintah. Masalah ini sangat serius karena pemerintah yang seharusnya menjadi contoh atau panutan bagi masyarakat justru menjadi 'pelopor' dalam melanggar aturan yang dibuat sendiri. Jika pemerintah yang seharusnya menjadi contoh dan teladan dalam melaksanakan aturan tidak taat aturan, lantas bagaimana dengan masyarakatnya? Pertanyaan ini yang mesti dijawab oleh pemerintah.
Kembali ke soal kebakaran, peristiwa yang menimpa RSU Kupang dan berbagai bangunan lainnya akhir-akhir ini hendaknya menjadi bahan refleksi bagi kita semua, terutama bagi mereka yang sedang membangun maupun yang akan membangun. Pelajaran yang kita petik dari berbagai musibah ini ialah agar kita tidak asal membangun gedung, baik untuk rumah tinggal maupun untuk kepentingan publik. Tapi perhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku demi terciptanya fungsi gedung yang aman, sehat, nyaman, efisien, seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungan terutama faktor kenyamanan dan keamanannya. *

Ndauk

Kampoengku
-------------------




Oleh Kanis Jehola

LANGKAH nenek Martha Ndinde (alm) terlihat berpacu cepat. Tak berapa lama ia sudah memasuki tangga rumah yang saya tinggal. "Tok.. tok.. tok.., " nenek Martha Ndinde mengetuk pintu dapur sambil menyapa nia ngaok (apa kabar). Ia pun masuk ke dalam dapur rumah yang saya tinggal dan langsung duduk di samping mamaku (mama besar) yang memeliharaku.
"Mai cee gite bo kudut tegi hi nana ngo lompong le mbaru to'ong/saya datang meminta izin (sama mama besar) supaya nana (panggilan untuk laki-laki di Manggarai, red) makan di rumah sebentar," kata nenek Martha Ndinde.
Mendengar permintaan itu, hati saya berbunga-bunga. Sebab biasanya, kalau dipanggil seperti itu pasti ada makanan yang enak. Ya, biasanya makan daging, ikan atau setidaknya makanan jenis lain yang rasanya enak ala kampung. Sebab saya adalah cucu sulung dari putra nenek yang sulung. Dan, saat itu, tinggal bersama mama besar. Rasanya memang sangat beruntung. Dimanja di mana-mana.
Setelah permintaan dikabul, saya pun tak lama menunggu. Mohon izin mama besar dan langsung angkat kaki. Hanya dalam tempo hitungan menit, saya sudah berada di rumah nenek yang jaraknya hanya sekitar 25 meter dari rumah yang saya tinggal.
"Mai ga (masuk sudah)," kata nenek Ndinde mempersilahkan saya masuk. Baru semenit duduk, nenek Ndinde membawa dua buah piring ke hadapan saya. Satu piring berisi nasi putih (ndauk bakok sebutan warga setempat), dan satu piring berisi mie yang baru dimasaknya. Hang ga (makan sudah). Saya pun langsung memakannya.
Saat itu memang belum semua warga di kampung yang rutin makan ndauk sehari. Tapi bagi kami -- setidaknya saat saya mulai mengenal makan -- makan ndauk bukan hal baru. Itu makanan kami sehari-hari. Maklum di kampung itu, keluarga kami tergolong yang punya sawah cukup banyak. Yang beda cuma karena ndauk yang disuguhkan sang nenek adalah ndauk bakok. Rasanya lebih lembut, karena hasil penggilingan. Sedangkan ndauk yang kami makan sehari-hari adalah ndauk dari beras tumbuk di lesung. Sudah tentu rasanya beda. Dan, yang istimewa, karena ndauk bakok yang dimakan saat itu disuguhkan bersamaan dengan mie.
Itulah kondisi yang terjadi di Kampung Rentung, Desa Goreng Meni, Kecamatan Lamba Leda, Manggarai, sekitar tahun 1970-an. Saat itu saya belum masuk SD. Kehidupan di kampung saat itu masih tergolong susah. Makan ndauk dari beras hasil penggilingan termasuk barang langka. Ndauk tersebut tidak bisa didapatkan di desa atau di ibukota kecamatan, karena saat itu belum ada kios. Begitu pun mie, minyak goreng, ikan kering dan berbagai jenis makanan enak lainnya.
Untuk mendapatkan barang tersebut, orang harus pergi ke Ruteng, Ibu Kota Kabupaten Manggarai atau ke Reo. Untuk ke Ruteng atau ke Reo biasanya harus jalan kaki sepanjang hari dari pagi sampai sore. Dan, untuk ke Ruteng atau ke Reo pun kalau ada perlu penting. Misalnya, saat menjual kacang hijau, kemiri atau kopi.
Dan, ketika mencium aroma goreng ikan kering atau melihat orang makan mie, bisa dipastikan bahwa ada di antara keluarga tersebut yang baru pulang dari Kota Ruteng atau dari Reo. Kalau tidak, di rumah tersebut ada tamu istimewa. Dan, urusan goreng menggoreng saat itu tidak sembarang orang. Masih sebatas orang tertentu, orang yang dipandang cukup 'berada' di kampung.
Itu cerita masa lalu. Cerita puluhan tahun yang lalu. Kehidupan masyarakat di kampung itu saat ini sudah jauh berbeda. Urusan goreng menggoreng dan makan mie bukan lagi barang yang istimewa atau luar biasa. Juga bukan lagi makanan keluarga tertentu yang dinilai 'berada.' Barang tersebut juga bukan lagi termasuk barang langka. Semuanya dengan mudah didapat. Kios- kios di kampung sudah bertumbuh. Persaingan usaha antar satu keluarga dengan keluarga lain sangat terasa.
Mendapat penerangan listrik bukan lagi sekadar mimpi. Mereka sudah bisa menikmatinya karena sudah bisa membeli genset sendiri. Beras putih hasil penggilingan pun tidak lagi sulit didapatkan. Di kampung sudah ada mesin giling. Gabah kering yang baru dipanen langsung digiling untuk mendapatkan beras. Ibu-ibu dan nona- nona kini sudah bermanja. Tidak lagi harus capek menumbuk padi. Tangan mereka tidak lagi melepuh karena memegang alu menumbuk padi. Semuanya digiling. Untuk pembayarannya, tergantung negosiasi dengan pemilik mesin giling. Dibayar dengan uang atau dibarter dengan beras.
Makan ndauk, kini bukan lagi hanya dirasakan oleh keluarga yang punya sawah. Warga yang tidak punya sawah pun sudah rutin makan ndauk bakok. Meski masih makan jagung dan ubi-ubian, tapi rasanya belum cukup kalau setiap kali makan mereka belum makan ndauk. Untuk mendapatkan ndauk, mereka berlomba- lomba mencari uang. Caranya macam-macam. Bisa dengan menjadi tenaga buruh pada proyek-proyek pemerintah, juga bisa dengan menjadi pedagang. Singkat cerita, untuk mendapatkan ndauk mereka bisa bekerja apa saja, asalkan setia hari makan ndauk. *

Kamis, 18 September 2008

Pilkada Ende: Penetapan Paket Calon Menuai Protes

Laporan Maxi Marho

ENDE, PK -- Penetapan paket Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Ende yang lolos verifikasi oleh KPUD Ende, Rabu (17/9/2008), menuai protes. Protes itu datang dari pihak DPC PKB Ende yang dipimpin Abdul Kadir Mosa Basa.
Menurut DPC PKB Ende pimpinan Abdul Kadir Musa Basa, proses klarifikasi KPUD Ende ke DPP PKB Pusat tidak memperhatikan AD/ART PKB dan aturan UU tentang Partai Politik sehingga KPUD Ende diduga tidak independen lagi.
Sementara KPUD Ende berdasarkan hasil rapat pleno yang digelar tertutup di Sekretariat KPUD Ende, Rabu (17/9/2008) siang, menetapkan tujuh paket bakal calon (balon) Bupati dan Wakil Bupati Ende yang lolos verifikasi menjadi Cabup dan Cawabup Ende periode 2009-2014.
Sedangkan dua paket balon yang tidak lolos verifikasi, yakni Paket Bernadus Gadobani, S.Ag-Drs Hendrikus Seni (Paket Bernas) dan paket Drs. Anton David Dalla, M.Si-Drs Iskandar M Mberu (paket Damai). Saat mendaftar, paket Bernas diusung PDIP, sementara paket Damai diusung PKB dan PAN. Ketiga partai politik tersebut memiliki kepengurusan ganda di tingkat DPC Kabupaten Ende.
Ketua KPUD Ende, Fransiskus AR Senda, S.Sos, didampingi para anggota KPUD Ende ketika mengumumkan hasil pleno di Sekretariat KPUD Ende, Rabu (17/9/2008) sekitar pukul 13.30 Wita, mengatakan, tujuh paket Cabup dan Cawabup Ende tersebut ditetapkan dalam rapat pleno.
Dan, hasil rapat pleno tersebut termuat dalam berita acara KPUD Kabupaten Ende nomor 06/BA-KPUD/E/IX/2008, tanggal 17 September 2008 tentang Penetapan Nama Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Ende yang memenuhi syarat untuk maju dalam pilkada Kabupaten Ende.
"Hasil rapat pleno KPUD Ende ini telah termuat dalam berita acara KPUD Kabupaten Ende dan keputusan penetapan ini bersifat final dan mengikat. Kepada paket balon yang tidak lolos verifikasi akan kami berikan penjelasan dan alasan-alasannya secara tertulis untuk disampaikan kepada paket tersebut. Kami tidak bisa menjelaskan alasan-alasan mengapa paket tersebut tidak lolos verifikasi karena penjelasan tertulis disertai alasan-alasannya belum diserahkan pihak KPUD Ende kepada kedua paket yang tidak lolos tersebut. Paling lambat besok (Kamis, 18/9/2008) pihak KPUD Ende sudah menyerahkan penjelasan tersebut kepada pihak paket balon yang tidak lolos verifikasi," kata Fransiskus.
Selanjutnya, jelas Fransiskus, sesuai agenda pilkada Kabupaten Ende, pada Kamis (18/9/2008), penarikan undian nomor urut tujuh paket Cabup dan Cawabup Ende yang lolos verifikasi. Sedangkan kepada paket balon yang tidak lolos verifikasi pihak KPUD Ende dan merasa tidak puas dengan keputusan KPUD Ende, silakan menempuh jalur hukum.
Setengah jam kemudian setelah pihak KPUD Ende selesai mengumumkan hasil pleno, DPC PKB Kabupaten Ende versi kepengurusan Abdul Kadir Musa Basa didampingi tim sukses paket Drs. Anton David Dalla, M.Si-Drs. Iskandar M Mberu (paket Damai) mendatangi Sekretariat KPUD Ende untuk meminta klarifikasi menyangkut alasan penetapan KPUD Ende yang tidak mengakomodir keberadaan DPC PKB Kabupaten Ende pimpinan Abdul Kadir Musa Basa.
Awalnya, DPC PKB Ende kepengurusan Abdul Kadir Musa Basa dan tim sukses paket Damai diterima anggota KPUD Kabupaten Ende, Djamal Alhadad karena Ketua KPUD Ende, Fransiskus AR Senda, S.Sos dan anggota KPUD Ende yang lain sudah pulang ke rumah masing-masing.
Namun, karena penjelasan Djamal Alhadad menyangkut proses verifikasi, terutama klarifikasi KPUD Ende ke DPP PKB Pusat dan KPU Pusat di Jakarta tidak memuaskan, Abdul Kadir Musa Basa, meminta kepolisian menghadirkan kembali Ketua KPUD Ende, Fransiskus AR Senda, S.Sos dan para anggota KPUD ke Sekretariat KPUD Ende untuk memberi klarifikasi menyangkut proses verifikasi yang dinilai menyalahi aturan dan tidak memperhatikan AD/ART PKB.
Pada pertemuan ini, Abdul Kadir Musa Basa dan pengurus partainya menjelaskan tentang kronologis masalah intern PKB di tingkat pusat serta putusan Mahkamah Agung menyangkut masalah intern PKB di Jakarta yang berkaitan dengan kepengurusan DPC PKB di tingkat kabupaten. Menurut Abdul Kadir Musa Basa, DPC PKB Kabupaten Ende yang dipimpinnya adalah sah dan bukan DPC PKB Kabupaten Ende pimpinan Usman Tibo. DPC PKB Ende pimpinan Usman Tibo mengusung paket Ir. Yukundianus Lepa, M.Si-Nur Aini AR Rodja, S.Pd (Paket Dian).
Menanggapi protes Abdul Kadir Musa Basa ini, Ketua KPUD Ende, Fransiskus AR Senda, S.Sos mengatakan, pihak KPUD Ende memiliki bukti-bukti hasil klarifikasi di Jakarta yang menjelaskan bahwa DPC PKB Ende yang sah adalah kepengurusan DPC PKB pimpinan Usman Tibo. Fransiskus juga menjelaskan tentang proses karifikasi KPUD Ende di Jakarta yang didasarkan para arahan KPU Pusat.
Situasi di KPUD Ende saat itu memanas karena terjadi perang mulut antar Abdul Kadir Musa Basa dengan Ketua KPUD Ende, Fransiskus AR Senda, S.Sos. Sampai pukul 20.00 Wita, Abdul Kadir Musa Basa dan timnya belum juga meninggalkan Sekretariat KPUD Ende karena merasa belum puas dengan penjelasan pihak KPUD.
Seperti disaksikan, sejak pagi Sekretariat KPUD Ende dijaga ketat aparat kepolisian dari Polres Ende dan petugas Pol PP Kabupaten Ende. Kapolres Ende, AKBP Bambang Sugiarto memimpin langsung pengamanan proses penetapan paket Cabup dan Cawabup Ende di KPUD Kabupaten Ende.
Menurut Kapolres Ende, AKBP Bambang Sugiarto, untuk mengamankan lingkungan Sekretariat KPUD Ende dan sekitarnya pihak Polres Ende menurunkan satu pleton anggota polisi. Tidak termasuk anggota polisi yang ditempatkan di jalan masuk Sekretariat KPUD Ende dan di beberapa tempat yang dianggap penting oleh pihak kepolisian. (mar)


------ box ------
Tujuh Paket yang Lolos Verifikasi:

Paket Calon Perseorangan:
1. Wilhelmus Wolo, S.H-Albert Bhoka (Paket Wolobhoka)
2. Drs. Siprianus Reda Lio-Titus M Tibo, S.H (Paket Setia)

Paket yang Diusung Parpol:
1. Ir. Marselinus YW Petu-Ir. Stefanus Tani Temu, M.Si (Paket Petani), diusung
Partai Golkar
2. Silvester Djuma- Drs. H Djafar H Achmad, MM (Paket Mawar), diusung Partai Demokrat, PPD, PPDI, PBB, PNI Marhaenis, PKPB, PBSI dan Partai Serikat Indonesia
3. Drs. Don Bosco M Wangge, M.Si-Achmad Mochdar (Paket Doa), diusung PDIP, PDK, PNBK, Partai Patriot Pancasila, PKS, PBR, PPP, PBSD, PPD, PNUI, Partai Pelopor, PSI dan PAN
4. Ir. Yukundianus Lepa, M.Si-Nur Aini AR Rodja, S.Pd (Paket Dian), diusung PKB dan PPDI
5. Ir. Petrus Lengo-Paulus Pase, S.H (Paket Lengo-Pase), diusung PNI Marhaenisme, PKPI dan PDS.

Paket yang Tidak Lolos Verifikasi :
1. Drs. Anton David Dalla, M.Si-Drs. Iskandar M Mberu (Paket Damai): PKB dan PAN
2. Bernadus Gadobani, S.Ag-Drs. Hendrikus Seni (Paket Bernas) : PDIP
-----------
Sumber: KPUD Ende

Senin, 08 September 2008

50 Tahun NTT: Jaga dan Rawat Lingkungan Kita

Oleh Kanis Jehola

"KALAU terjadi perang dunia ketiga, yang direbut bukan batas wilayah, tetapi air. Krisis air saat ini sudah menjadi masalah global. Karena itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk menyelamatkan sumber mata air guna mengatasi krisis air ini."
Itulah peringatan sekaligus ajakan Menteri Pekerjaan Umum (PU), Ir. Djoko Kirmanto, saat menyampaikan sambutan di Hotel Kristal-Kupang, Kamis, 5 Mei 2005 lalu. Kehadiran Kirmanto di NTT saat itu dalam rangka ke Atambua, ibukota Kabupaten Belu, guna meresmikan penggunaan Embung Haliwen.
Peringatan Kirmanto ini bukannya tak mendasar. Krisis air saat ini, baik untuk kebutuhan air minum atau konsumsi maupun irigasi, terjadi di mana-mana. Tidak hanya terjadi di wilayah NTT, tapi juga luar NTT. Terjadinya krisis air ini disinyalir akibat ulah manusia sendiri. Manusia mengeksploitasi hutan dengan melakukan penebangan liar untuk kepentingannya sendiri. Penggundulan hutan mengakibatkan berkurangnya resapan air ke dalam tanah sehingga suplai dan penyediaan air di dalam tanah ikut berkurang. Kurangnya air yang masuk ke dalam tanah berakibat sedikitnya air yang keluar dari dalam tanah melalui sumber mata air.
Sekitar tahun 1970 hingga tahun 1980-an saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar, sumber mata air Ponglengang benar-benar menjadi sumber hidup warga Desa Goreng Meni di Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai. Mata air dengan debit yang besar itu mampu mengairi ratusan hektar sawah di wilayah itu, selain untuk kebutuhan air minum. Saking banyaknya, air dari sumber mata air itu banyak yang dibuang ke kali untuk selanjutnya mengalir ke laut. Hutan di gunung sumber mata air itu pun lebat. Warga desa setempat pun tidak kesulitan mendapatkan kayu api/kayu bakar, karena banyak kayu kering tersedia di hutan itu.
Memasuki tahun 1990-an, kondisinya mulai berubah. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, hutan di sumber mata air itu yang sebelumnya lebat dan terkenal 'angker' mulai dibabat warga. Pembabatan hutan tidak hanya untuk kebutuhan bahan bangunan, tapi juga untuk membuka lahan baru atau kebun. Gunung yang tadinya lebat dengan pohon menjadi gundul.
Dampak pembabatan hutan dan pembukaan lahan baru di hutan sumber mata air itu pun mulai terasa. Sejak tahun 2000, debit air dari mata air Ponglengang mulai menurun. Longsoran pun terjadi di mana-mana. Dan, saat ini debit air dari sumber mata air itu tidak mencukupi untuk mengairi ratusan hektar sawah di wilayah itu. Banyak lahan sawah yang tidak digarap. Warga pun menjerit kelaparan.
Kasus yang sama terjadi di hutan Watu Cie dan Rana Poja. Watu Cie dan Rana Poja yang dulunya lebat dan 'angker' karena hutannya kini jadi botak. Longsoran pun terjadi. Debit mata air Wae Wake menurun drastis. Di Cancar, pada awal bulan Agustus lalu diberitakan, 600 ha dari 1000 hektar sawah tidak bisa digarap karena pasokan air dari Irigasi Wae Palo menurun drastis. Kekeringan juga terjadi di areal persawahan Desa Watunggelek dan Desa Nggorang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), akibat berkurangnya debit air pada dua saluran irigasi yang bersumber dari Wae Mese dan Wae Moto, yang mengairi persawahan itu.
Di TTU, sekitar 600 hektar tanaman padi di Desa Ponu, Kecamatan Biboki Anleu, krisis air setelah sumber air Ponu yang mengairi areal tersebut mulai mengering. Di Nagekeo, warga transmigrasi lokal di Desa Waekokak, Kecamatan Aesesa, resah karena kekeringan melanda. Lahan padi sawah 320 hektar dan lahan kering 160 hektar di kawasan itu tak dapat diolah karena ketiadaan air.
***
BEBERAPA kasus di lokasi persawahan di Manggarai, Nagekeo dan TTU ini merupakan salah satu contoh nyata bahwa NTT saat ini sudah masuk dalam kondisi kekurangan air. Tahun 2003 lalu, saat ikut dalam kunjungan DPRD NTT ke Kabupaten Manggarai, Bupati Manggarai saat itu, Drs. Anthony Bagul Dagur menyampaikan keluhannya tentang menurunnya produksi pangan di Kabupaten Manggarai. Menurutnya, produksi pangan (gabah) di Manggarai setiap tahunnya menurun drastis. Penyebabnya karena maraknya pembabatan hutan secara ilegal oleh masyarakat. Pembabatan hutan mengakibatkan debit air untuk kebutuhan irigasi menurun. Menurunnya debit air ini mengakibatkan lahan persawahan masyarakat tidak diairi dan digarap semuanya. Sawah yang dulunya digarap tigakali setahun kini hanya digarap sekali setahun pada musim hujan karena ketiadaan air.
Menurunnya produksi pangan di Manggarai akibat kekurangan air bukan hanya menjadi keluhan Bagul Dagur, tapi juga keluhan Bupati Manggarai saat ini, Drs. Christian Rotok. Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke daerah itu tahun 2007 lalu, Bupati Rotok melaporkan bahwa daerahnya terancam kehilangan produksi 17.416 ton gabah kering panen (GKP) atau setara 10.449 ton beras, saat panen raya bulan Mei hingga Juni 2007 lalu.
Kecemasan akan kekurangan air itu bukan hanya terjadi di beberapa daerah tapi juga terjadi di Kupang. Masalah krisis air di Kota Kupang akhir-akhir ini semakin terasa seiring bertambahnya jumlah penduduk di kota ini dan terus menurunnya debit air yang disuplai untuk memenuhi kebutuhan warga kota setiap tahunnya. "Lima puluh tahun lalu, kali di Gua Lordes sampai di Oepura itu dipenuhi kepiting dan udang, tapi sekarang tidak ada lagi. Jangankan kepiting dan udang, air saja tidak ada," kata Ketua HATHI (Himpunan Ahli Teknik Hidrolik Indonesia) Cabang NTT, Ir. Obet Sabetu, M.Eng, di Kupang, Kamis (4/9/2008).
Apa yang dikatakan Obet memang sesuai dengan apa yang dirasakan selama ini. Sekitar dua puluh tahun lalu, suplai air PDAM Kupang digilir antara dua sampai tiga hari sekali jalan. Tapi dalam enam tahun terakhir ini digilir sampai berminggu bahkan berbulan-bulan baru jalan. Debit air yang digunakan PDAM Kupang pun setiap tahun menurun drastis. Tahun 2007 lalu, misalnya, sumber mata air Oepura yang tidak pernah terpengaruh dengan musim kemarau, mengalami penurunan drastis dari 40 liter/detik menjadi hanya delapan liter/detik. Sumber air Baumata dari 75 liter/detik menjadi 18-20 liter/detik, air Sagu dari 119 liter/detik menjadi hanya sekitar 18 liter/detik. Penurunan debit yang sangat drastis juga terjadi pada sumber mata air lainnya. Penurunan debit air pada sumber mata air ini diperkirakan akan terus terjadi jika tidak ada upaya penyelamatan terhadap sumber-sumber mata air. Dan, berdasarkan trend, penurunan debit air baku akhir-akhir ini, maka diperkirakan sepuluh tahun mendatang, Kota Kupang, bahkan NTT umumnya akan mengalami krisis air baku hebat. "Ini terjadi jika daerah-daerah resapan air tidak segera diselamatkan mulai dari sekarang," kata Direktur Utama PDAM Kupang, Masya Djonu, di Kupang tahun 2007 lalu.
Kondisi yang terjadi saat ini tentunya tak perlu dibiarkan terus. Mulai saat ini kita perlu melakukan berbagai upaya agar krisis air yang sudah terjadi saat ini tidak terus bertambah hingga menimbulkan persoalan yang kian besar bagi generasi dan anak cucu kita di tahun-tahun mendatang. Mungkinkah hal ini bisa dilakukan?
"Australia Utara yang pada kondisi ekstrim turun hujan hanya tiga tahun sekali kebutuhan airnya bisa terpenuhi. NTT dengan curah hujan rata- rata 1.200 mm per tahun dan di Manggarai 2.500 mm per tahun, mengapa tidak? Semuanya tergantung kita," kata Obet.
Persoalan yang terjadi selama ini ialah karena air hujan yang turun ke wilayah NTT banyak yang mengalir ke laut, ketimbang yang meresap ke dalam tanah. Hal ini terjadi karena masyarakat di daerah ini tidak memelihara lingkungan. Di mana-mana terjadi pembabatan hutan secara liar (illegal logging) oleh masyarakat, sehingga hutan yang lebat berubah menjadi padang ilalang. Lokasi yang dulunya menjadi daerah tangkapan air kini berubah menjadi lokasi permukiman penduduk.
Karena itu, tugas kita ke depan ialah menjaga dan merawat lingkungan di sekitar kita. Negara memang menjamin bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang ada di dalamnya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Tetapi pemanfaatan itu harus digunakan secara rasional dengan memperhatikan keseimbangan dengan alam di sekitar kita. Air memang harus digunakan semaksimalnya tapi kita juga harus berupaya agar ketersediaan air di dalam tanah itu tetap terjaga dengan membuat jebakan-jebakan, sumur resapan, embung atau waduk di daerah tangkapan air. Selain itu, kita juga perlu menjaga keseimbangan lingkungan dengan menanam tanaman pengganti tatkala kita menebang pohon untuk kebutuhan kita. *

Senin, 01 September 2008

KPUD Ende Konfirmasi Partai Ganda ke Jakarta

ENDE, PK -- KPUD Kabupaten Ende segera melakukan konfirmasi ke DPP masing-masing partai pengusung calon Bupati dan Wakil Bupati Ende yang kepengurusan partainya ganda di Kabupaten Ende. Konfirmasi ini merupakan bagian dari proses verifikasi bakal calon bupati dan wakil Bupati Ende yang diusung partai politik.
Demikian informasi yang dihimpun di kantor KPUD Kabupaten Ende, Jumat (29/8/2008) siang. Namun, sesuai informasi yang dihimpun, verifikasi yang dilakukan pihak KPUD Ende masih disesuaikan dengan jadwal kegiatan KPUD Kabupaten Ende. Karena kemungkinan konfirmasi dilakukan dengan cara anggota KPUD Ende datang ke Jakarta untuk bertemu dan mengecek langsung ke DPP partai politik yang bersangkutan.
Partai politik yang memiliki kepengurusan ganda di Kabupaten Ende, yakni PNI Marhaenisme, PKB, PPD, PAN, PDIP dan PPDI. Dalam pilkada Kabupaten Ende, PNI Marhaenisme selain mengusung paket Mawar, juga mengusung paket Lengo-Pase. Sementara PKB selain mengusung paket Damai, juga mengusung paket Dian.
Sedangkan PPD selain mengusung paket Mawar, juga mengusung paket Doa. Sementara PAN selain mengusung paket Damai juga mengusung paket Doa. Begitu juga dengan PDIP, selain mengusung paket Doa juga mengusung paket Bernas, dan PPDI selain mengusung paket Mawar juga mengusung paket Dian.
Untuk mengetahui mana kepengurusan partai politik yang diakui DPP parpol masing-masing sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku, maka dalam masa verifikasi ini, pihak KPUD Ende akan melakukan klarifikasi ke DPP masing-masing partai yang kepengurusan DPC-nya ganda.
Ketua KPUD Kabupaten Ende, Fransiskus AR Senda, S.Sos, yang ditemui di Sekretariat KPUD Ende, Kamis (28/8/2008) siang, mengatakan, sesuai prosedur yang ada memang pihak KPUD Kabupaten Ende akan melakukan klarifikasi ke DPP masing-masing partai di Jakarta untuk membuktikan mana pengurus DPC yang sah. "Mengenai hasil verifikasi menyangkut paket bakal calon (balon) Bupati dan Wakil Bupati Ende yang lolos menjadi calon Bupati dan Wakil Bupati Ende akan diumumkan melalui pleno KPUD Ende tanggal 17 September 2008. Termasuk dalam hasil verifikasi itu adalah hasil pemeriksaan kesehatan paket balon Bupati dan Wakil Bupati Ende yang dilakukan tim dokter RSUD Ende," kata Senda. (mar)

Daftar paket dan partai pengusung :

1. Paket Silvester Djuma-Drs. H. Djafar H Achmad, MM (Paket Mawar): Partai Demokrat, PPD, PPDI, PBB, PNI Marhaenis, PKPB, PBSI dan Partai Serikat Indonesia.

2. Paket Drs. Don Bosco M Wangge, M.Si-Achmad Mochdar (Paket Doa): PDIP, PDK, PNBK, Partai Patriot Pancasila, PKS, PBR, PPP, PBSD, PPD, PNUI, Partai Pelopor, PSI dan PAN.

3. Paket Drs. Anton David Dalla, M.Si-Drs Iskandar M Mberu (Paket Damai): PKB dan PAN

4. Paket Ir. Yukundianus Lepa, M.Si-Nur Aini AR Rodja, S.Pd (Paket Dian): PKB dan PPDI



5. Paket Ir. Petrus Lengo-Paulus Pase, S.H (Paket Lengo-Pase): PNI Marhaenisme, PKPI dan PDS.

6. Paket Ir. Marselinus YW Petu-Ir. Stefanus Tani Temu, M.Si (Paket Petani): Partai Golkar

7. Paket Bernadus Gadobani, S.Ag-Drs. Hendrikus Seni (Paket Bernas) : PDIP

Paket perseorangan yang lulus verifikasi:

1. Paket Wilhelmus Wolo, S.H-Albert Bhoka (Paket Wolobhoka) : Paket perseorangan

2. Paket Drs. Siprianus Reda Lio-Titus M Tibo, S.H (Paket Setia) : Paket perseorangan
------------------------
Sumber: Olahan Pos Kupang