Senin, 27 Oktober 2008

Yeni Emilia Mengaku 17 Kali SPPD Fiktif

 



Laporan Yosep Sudarso

KUPANG, PK -- Terdakwa perkara perjalanan dinas (SPPD) fiktif pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Propinsi NTT, yang juga menjabat Kepala Sub Bagian Keuangan pada dinas ini, Yeni Emilia, S.H mengaku melakukan SPPD fiktif sebanyak 17 kali selama periode Januari-Juli 2007. Total dana 17 kali perjalanan dinas fiktif ini senilai Rp 62.339.000, 00. Dan dari nilai ini, terdakwa menerima Rp 5.415.000 untuk kepentingan pribadinya.
Pengakuan Yeni Emilia ini disampaikannya dalam sidang lanjutan dengan agenda mendengarkan keterangannya sebagai terdakwa. Sidang ini berlangsung di Pengadilan Negeri (PN) Kupang, Jumat (5/9/2008), dan dipimpin Ketua Majelis Hakim, FX Sugiharto, S.H, yang didampingi dua hakim anggota, Asiadi Sembiring, S.H dan Parhaenan Silitonga, S.H. Jaksa Penuntut Umum (JPU) kasus ini adalah Martinus Suluh, S.H dan Tejo Sunarno, S.H. Sementara terdakwa Yeni Emilia hadir bersama penasehat hukumnya, Philipus Fernandes, S.H dan Philipus Djaha, S.H.
Terdakwa Yeni Emilia menyampaikan keterangannya setelah sebelumnya majelis hakim mendengarkan kesaksian tiga orang saksi, yaitu Yeheskiel Boro, bendahara pembantu pada Subdin Hubin Syaker Dinas Nakertrans NTT, Prisilia Parera, seorang staf yang dalam persidangan sebelumnya beberapa saksi menyebutnya sebagai sekretaris mantan Kadis Nakertrans NTT, Drs. IN Conterius dan saksi ahli dari BPKP, Damagus.
Ketika memberikan keterangannya, terdakwa Yeni Emilia secara jujur mengakui bahwa dirinya pernah melaksanakan SPPD fiktif. Saat ditanya Hakim Sembiring berapa kali ia melakukan perjalanan dinas fiktif, terdakwa langsung menjawab, "Saya melakukan perjalanan dinas fiktif sebanyak 17 kali". Ia juga mengakui kalau di antara SPPD fiktif itu ada yang dobel atau tumpang tindih.
Dimintai rincian tujuan perjalanan dinas fiktif ini, terdakwa Yeni Emilia antara lain menyebut, Jakarta, Kalimantan Timur, Sumba Barat, Sikka, Ende, dan Alor. Ia menerangkan, total dana yang dikeluarkan akibat 17 kali perjalanan dinas fiktifnya ini sebanyak Rp 62.339.000,00.
"Apakah semua dana ini terdakwa ambil untuk dirimu atau berapa yang kau ambil?" taya Hakim Sembiring.
"Dari tota dana Rp 62 juta lebih yang saya sampaikan tadi, saya mendapat Rp 5.415.000,00," jawab terdakwa Yeni Emilia.
"Lalu kemana uang-uang yang lain itu?" lanjut Sembiring.
"Sebagiannya langsung dikelola bendahara penerimaan APBN dan APBD dan yang lain untuk menutup pengeluaran kantor yang sudah digunakan sebelumnya," jawab Yeni Emilia yang juga menerangkan, ada SPPD fiktif yang ia hanya tanda tangan saja tetapi tidak menerima sesenpun karena untuk menutup pengeluaran sebelumnya.
Beberapa jenis kegiatan yang ditanggulangi oleh SPPD fiktif ini, menurut terdakwa, antara lain urusan aset Dinas Nakertrans NTT di Jakarta oleh KTU, Elsye Pandie, bantuan bencana alam di Manggarai, pembuatan papan narkoba, sumbangan untuk orang mati, biaya pemeriksaan irjen, biaya pemeriksaan Banwas NTT, sumbangan untuk gereja, tamu dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, biaya pembuatan taman bagian dalam kantor dan honor delapan tenaga kontrak.
Keterangan terdakwa tentang pengelolaan sebagian dana hasil SPPD fiktif oleh bendahara penerimaan APBN dan APBD langsung dikonfrontir majelis hakim kepada kedua bendahara ini. Baik bendahara pengeluaran APBN, Prilisa Rimba Wangge maupun bendahara pengeluaran APBD, Apolonya Jacoba Nalle, membenarkan keterangan terdakwa ini.
Ditanya majelis hakim tentang biaya pemeriksaan oleh Banwas NTT, terdakwa menerangkan, pemeriksaan ini dilakukan sehubungan dengan anggaran tahun 2006 dengan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) waktu itu adalah KTU Dinas Nakertrans NTT, Elsye Pandie. "Pemeriksaan itu sekitar bulan Juni dan waktu itu KTU minta Rp 5 juta lebih untuk biaya operasional Banwas," ujar terdakwa Yeni Emilia. (dar)

Divonis Satu Tahun, Yeni Emilia Menangis

KUPANG, PK -- Kepala Sub Bagian Keuangan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Yeni Emilia, S.H, menangis di luar sidang setelah divonis satu tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Kupang. Majelis hakim menilai Yeni terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi dalam kasus perjalanan dinas (SPPD) fiktif periode Januari-Juli 2007. Yeni juga didenda Rp 50 juta subsider tiga bulan kurungan.
Demikian amar putusan majelis hakim dalam persidangan di PN Kupang, Senin (27/10/2008). Amar putusan ini ditandatangani oleh tiga majelis hakim, yakni FX Sugiharto, S.H (Ketua), Asiadi Sembiring, S.H, dan Parhaenan Silitonga, S.H (anggota). Bertindak sebagai Jaksa Penuntut Umum (JPU), Asril, S.H. Terdakwa Yeni Emilia didampingi penasehat hukumnya, Fredrik Djaha, S.H.
Putusan penjara satu tahun ini lebih ringan dibanding dengan tuntutan penuntut umum yang meminta majelis hakim menghukum terdakwa 18 bulan. Terhadap putusan ini, terdakwa Yeni Emilia, setelah berunding dengan penasehat hukumnya, menyatakan akan mempertimbangkannya. Karena itu, majelis hakim memberinya kesempatan tujuh hari untuk menyatakan sikapnya. Usai sidang, Yeni Emilia menangis ketika bertemu dengan suaminya. Ia sepertinya tidak siap atau tidak bisa menerima putusan itu.
Menurut Fredrik Djaha, klien dan ia sebagai penasehat hukum terdakwa kecewa dengan putusan majelis hakim karena ada fakta hukum lain yang tidak dipertimbangkan. "Saksi- saksi dalam persidangan mengatakan, SPPD fiktif itu dilakukan atas perintah pimpinan dan bukan oleh terdakwa. Kalau tidak ada perintah, pasti hal itu juga tidak ada dan tidak dilakukan oleh klien kami. Kenapa hal ini tidak dipertimbangkan majelis, padahal kalau dipertimbangkan, klien kami bisa bebas," tegas Djaha.
Ia juga menyoroti rasa ketidakadilan yang dialami kliennya. Pasalnya, SPPD fiktif ini dilakukan oleh 103 orang, tetapi aparat penegak hukum terkesan pilih kasih dalam menetapkan tersangka. Dalam kasus ini, kata Djaha, hanya ada dua orang yang diseret aparat penegak hukum, yakni Yeni Emilia dan Kepala Dinas (Kadis) Nakertrans, Drs. IN Conterius.
Walaupun dalam persidangan kliennya telah menyatakan mempertimbangkan putusan majelis, Djaha menegaskan, dalam waktu dekat akan menyatakan banding terhadap putusan majelis. "Saya akan nyatakan banding dalam waktu dekat. Kalau klien kami setuju, besok atau lusa sudah bisa diajukan resmi pernyataan banding itu," katanya.
Dalam putusannya, majelis hakim berpendapat, terdakwa Yeni Emilia terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak pidana korupsi yang menguntungkan dirinya dan orang lain. Ia juga dinilai memenuhi unsur lain seperti menyalahgunakan kewenangan dan jabatan serta unsur merugikan keuangan negara.
"Berdasarkan fakta-fakta persidangan, terdakwa ikut mengisi nama-nama pegawai yang melakukan perjalanan dinas fiktif pada blangko kosong, atau istilah mereka pinjam nama. Terdakwa juga mengakui telah melakukan perjalanan dinas fiktif," kata Silitonga, ketika berkesempatan membacakan amar putusan.
Seperti disaksikan Pos Kupang, sidang putusan Yeni Emilia ini sepi penonton. Situasi ini berbeda jauh dengan sidang-sidang sebelumnya di mana banyak penonton terutama para pegawai Dinas Nakertrans menyaksikan jalannya persidangan.
Diberitakan sebelumnya (Pos Kupang, Sabtu 6/9/2008), Yeni Emilia dalam sidang lanjutan dengan agenda mendengarkan keterangannya sebagai terdakwa di Pengadilan Negeri (PN) Kupang, Jumat (5/9/2008), mengaku melakukan SPPD fiktif sebanyak 17 kali selama periode Januari-Juli 2007. Total dana 17 kali perjalanan dinas fiktif ini senilai Rp 62.339.000, 00. Dari jumlah itu, Yeni mengaku menerima Rp 5.415.000 untuk kepentingan pribadinya. (dar)

Jumat, 24 Oktober 2008

KPUD Serahkan Hasil Pilkada Ende

ENDE, PK -- Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ende, Jumat (24/10/2008) siang, menyerahkan berkas hasil Pilkada Ende kepada DPRD setempat. KPUD menetapkan pasangan Drs. Don Bosco Wangge, M. Si-Drs. Achmad Mochdar sebagai bupati dan wakil bupati Ende terpilih periode 2009-2014. Tahapan selanjutnya, Dewan mengusulkan paket ini kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) melalui Gubernur NTT untuk ditetapkan.
Penyerahan hasil pilkada dilakukan Ketua KPU Ende, Fransiskus AR Senda, S.Sos, dan diterima Ketua DPRD Ende, Titus M Tibo, S.H, di ruang rapat gabungan komisi DPRD. Fransiskus Senda didampingi anggota KPUD, Sekretaris KPU Ende, Yosep Woge dan Sekretaris DPRD, Musa Djamal.
Pilkada Kabupaten Ende diikuti tujuh paket calon bupati dan wakil bupati Ende, yakni paket Ir Petrus Lengo-Paulus Pase, S.H (paket Lengo-Pase), paket Drs. Siprianus Reda Lio-Titus M. Tibo, S.H (Paket Setia), pasangan Ir. Marselinus Y.W Petu-Ir. Stefanus Tani Temu, M.Si (paket Petani), pasangan Ir. Yucundianus Lepa, M.Si-Nur Aini Rodja, S.Pd (paket Dian) dan pasangan Wilhelmus Wolo, S.H- Drs Albert Magnus Bhoka (paket Wolo-Bhoka), pasangan Silvester Djuma, S.H-H Djafar H Ahmad, M. M (paket Mawar) dan paket Drs. Don Bosco Wangge, M. Si-Drs Achmad Mochdar (paket Doa).
Sesuai hasil rekapitulasi penghitungan suara KPU Ende, paket Doa memperoleh 55.074 suara sah atau 41,94 persen dan ditetapkan sebagai calon bupati dan wakil bupati terpilih.
Titus M Tibo, S.H yang ditemui usai acara penyerahan, Jumat kemarin, mengatakan, Dewan akan mengusulkan kepada Mendagri melalui Gubernur NTT untuk menetapkan hasil pilkada pada tanggal 24 Oktober 2008. (mar/rom)

Hasil penghitungan suara Pilkada Ende

-----------------------------------------------------------------------
Nama paket Jumlah suara persentase
-----------------------------------------------------------------------
Lengo-Pase 14. 443 11,00
Mawar 22.459 17,10
Wolo Bhoka 12.953 9,86
Setia 11.588 8,82
Do,A 55.074 41,94
Petani 11.435 8,71
Dian 3 .368 2,56
Total suara 131.320 100 persen
----------------------------------------------------------------------------
Sumber KPUD Kabupaten Ende

Total pemilih 157.061
Ikut memilih 135.322
Tidak ikut memilih 21..846
Suara tidak sah 4.002
Persentase yang ikut pilih 83,60 persen
Jumlah TPS 540 TPS

Kamis, 23 Oktober 2008

Cemburu, Tukang Ojek Tewas Bunuh Diri

Laporan Julianus Akoit

KEFAMENANU, PK -- Maximus Palbeno (31), warga Kampung Koko, Kelurahan Bansone, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), ditemukan tewas di tepi Kali (sungai kecil, Red) Oelilah, Kamis (23/10/2008), sekitar pukul 06.30 Wita.
Dekat tubuh korban ditemukan kaleng pembasmi serangga dan surat wasiat yang isinya menjelaskan ia tidak tahan cemburu kepada calon istrinya, Emy (27), lalu nekat bunuh diri.
Jasad korban pertama kali ditemukan oleh Ny. Agnes Taus, mama kecil (bibi/saudara ibunya, Red), yang sudah membujur kaku di bawah rindang pohon duri, di tepi Kali Oelilah, sekitar 300 meter dari rumahnya. "Istri saya, Agnes Taus (bibi korban) yang pertama kali menemukan korban di bawah rindang pohon duri, sekitar pukul 06.30 wita pagi," jelas Sipri Sasi, ketika ditemui di TKP, Kamis (23/10/2008) pagi.
Ketika ditemukan, jasad korban sudah mulai membusuk. Dari mulut keluar cairan yang baunya sangat menyengat. Seluruh tubuh korban membiru kehitam-hitaman. "Korban keluar dari rumah hari Selasa (21/10/2008) pagi. Kami tidak tahu ia kemana. Sampai akhirnya ia ditemukan sudah tidak bernyawa lagi," jelas Sasi.
Ia juga mengungkapkan, sebelum pergi meninggalkan rumah, korban sempat bertengkar mulut dengan ayah kandungnya, Bartolomeus Palbeno (75). "Korban menuduh ayahnya selingkuh dengan calon istrinya, seorang janda beranak satu," jelas Sasi. Namun pertengkaran mulut nyaris berbuntut adu fisik itu, berhasil dilerai oleh Ny. Agnes Taus dan para tetangga sekitar. "Karena kesal, korban menuju rumah saya, lalu memarkir sepeda motornya. Kemudian ia pergi menghilang," kata Sasi.
Keluarga mengira korban pulang ke kampung orang tuanya di Napan. "Tetapi tadi pagi kami dapat informasi kalau ia tidak pernah ke kampung. Kami jadi curiga. Dan pagi itu juga keluarga mencari korban. Dan akhirnya ditemukan sudah tidak bernyawa lagi di tepi Kali Oelilah, sekitar 300 meter dari rumah orang tuanya," jelas Sasi.
Bartolomeus Palbeno (75), ayah korban, yang dikonfirmasi terpisah di rumahnya, mengakui ia sempat bertengkar dengan putera keduanya itu. "Dia tuding saya ada maen dengan calon istrinya. Masak saya rampas istri anak saya. Itu tidak mungkin. Itu kualat namanya," kata Palbeno dengan nada tersendat-sendat.
Meski sempat bertengkar hebat, Palbeno tidak menggubris dan menyimpan dendam dalam hati. "Dia lalu keluar dari rumah menuju ke rumah mama kecilnya. Saya pun pergi ke kebun untuk membersihkan rumput, menyiapkan lahan menyambut musim tanam. Saya sudah tidak berpikir lagi soal tuduhan konyol itu," katanya.
Palbeno mengaku sempat shock ketika para tetangga memberitahu kalau putera keduanya itu ditemukan tewas di tepi Kali Oelilah karena minum racun. "Anak pertama saya, juga mati beberapa tahun lalu karena bunuh diri dengan minum racun. Sekarang anak kedua juga menemui ajal dengan cara yang sama. Saya anggap ini cobaan paling berat dari Tuhan untuk saya. Istri saya dan dua anak kandung saya sudah mati. Saya rasa ini beban paling berat," katanya.
Ditanya apakah setelah tiga hari tidak bertemu korban, ia tidak menanyakan keberadaan korban, Palbeno mengatakan, ia sudah terbiasa dengan kebiasaan korban 'hilang-muncul' di rumah. "Dia itu kerjanya tukang ojek. Tengah malam baru masuk rumah, saya sudah tidur nyenyak. Pagi saya bangun, dia sudah berangkat kerja mencari calon penumpang. Jadi kami jarang bertemu. Kadang dia tidur di rumah calon istrinya hingga berhari-hari baru pulang rumah," jelas Palbeno.
Ny. Emy, janda beranak satu, yang ditemui terpisah di kediamannya, yang berjarak 25 meter dari rumah korban, mengakui terus-terang kalau korban bertengkar dengan calon mertuanya karena cemburu buta. "Ayah dan anak bertengkar di halaman rumah saya. Calon suami saya menuduh ayahnya ada selingkuh dengan saya. Sebelumnya, calon suami saya mencurigai dan menanyakan berkali-kali serta memaksa saya mengakui telah selingkuh dengan ayah kandungnya. Saya membantah dan menolak mengakui perbuatan laknat itu. Sebab saya tidak pernah melakukan seperti yang dituduhkannya," jelas Ny Emy. Ia mengaku sedang mengandung seorang bayi, hasil hubungannya dengan korban.
Kapolres TTU, AKBP Haji Abdul Syukur, yang dikonfirmasi melalui Kasat Reskrim Polres TTU, AKP Giarto, S.Ik, membenarkan adanya kasus penemuan mayat seorang pria dewasa. "Setelah dilacak, pria itu bernama Maximus Palbeno, seorang tukang ojek, warga setempat. Diduga korban tewas karena minum racun serangga. Namun untuk membuktikan dugaan itu, petugas meminta otopsi atas persetujuan keluarga," katanya.
Tentang motif kenapa korban bunuh diri, lanjut Giarto, pihaknya masih melakukan penyelidikan. "Nanti saksi-saksi akan dimintai keterangan. Dari situ baru terungkap motif sebenarnya korban tewas bunuh diri. Atau tewas karena dibunuh," katanya.
Jasad korban baru dievakuasi ke RSUD Kefamenanu, kemarin siang, pukul 10.30 Wita, dipimpin Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (KSPK), Bripka Frans Janggur.
Disaksikan Pos Kupang, jasad korban terbaring kaku di bawah rindang pohon duri, di tepi Kali Oelilah. Korban mengenakan celana pendek warna coklat, kaos merah muda dipadukan dengan jaket kain warna coklat muda. Tubuh korban sudah membengkak dan membiru kehitam-hitaman. Perutnya membuncit dan mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Mulut korban juga membengkak dan penuh dengan cairan busuk. Dekat tubuh korban ditemukan kaleng obat pembasmi serangga.
Dari saku jaketnya, polisi menemukan secarik kertas. Kertas itu berisikan tulisan tangan yang ditujukan kepada Emy, calon istrinya. Ada empat pesan yang tertulis. Pertama, permohonan maaf kepada Emy, calon istrinya atas tindakan nekat yang dilakukannya. Kedua, meminta bila anaknya lahir, hendaknya diberi nama Maximus Bilele. "Jika lahir anak perempuan, silahkan kamu yang kasih nama. Tapi marganya harus Bilele," tulis korban.
Ketiga, di dompet ada uang Rp 300 ribu, diambil untuk biaya persalinan. Dan sepeda motor harus diambil Emy lalu dijual. Uangnya untuk biaya hidup sang bayi. Dan bila sudah lahir, hendaknya sang bayi dirawat dan dijaga sebaik-baiknya Keempat, semua peristiwa yang sudah terjadi adalah tanggung jawab ayah kandung saya, Bartolomeus Palebeno. (ade)

Data Korban Bunuh Diri
Januari-Juli 2008:

* 13 Januari 2008: Diduga stres karena anak pertamanya bernama Ida Koroh pindah tugas menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Nagekeo, Kornelis Koroh, pensiunan PNS di Kabupaten Ngada, mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Koroh nekat menenggak air aki di rumahnya. Kornelis Koroh meninggal dunia, Rabu (30/1/2008) malam, setelah sempat dirawat di RSUD Bajawa.
* 28 Pebruari 2008: Yuliana Bessi (27), warga Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, mencoba bunuh diri dengan memotong urat nadi tangan kanannya hingga berdarah. Tindakan ini dilakukan Yuliana karena kecewa dengan kekasihnya, Made R Manda, pegawai Kantor Jamsostek Kupang yang tidak memberikan kepastian status hubungan mereka.
* 8 Maret 2008: Meri Margaretha Akunut (29), salah seorang pembantu rumah tangga (PRT), warga RT 13/RW 13, Kelurahan Kuanino, Kota Kupang, mencoba bunuh diri di rumahnya dengan cara memotong urat nadi tangan kirinya menggunakan silet.
* 10 Maret 2008: Petrus Ole alias Pit Ole alias Ama Ole (37) menghabisi dirinya dengan menggorok pisau dapur ke lehernya dan menikam ke dadanya. Sempat dirawat semalam di RSUD Lewoleba, namun nyawa Kepala Resort Peternakan Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata itu tidak tertolong dan meninggal di RSUD Lewoleba, Selasa (11/3/2008) pukul 07.15 Wita.
* 19 April 2008: Salah satu saksi kunci kasus pembunuhan Kalaikit Pajanji (11) oleh ibu kandungnya di Matawai Katingga, Sumba Timur, November 2006, Babang Noti (25), ditemukan tewas bunuh diri dengan meneguk formalin di Desa Kadumbul.
* 2 Juni 2008: Yohanes Balauri (46), seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Desa Katakeja, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata, ditemukan tewas tergantung di pohon mete di kebunnya. Diduga Balauri nekad mengakhiri hidupnya karena malu hubungan gelapnya dengan janda ayu, sebut saja namanya RK, terbongkar. Apalagi Balauri orang yang terpandang di kampungnya.
* 18 Juni 2008: Adriana Kambida Nendir, siswi kelas 3 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Waingapu, Sumba Timur, nekad bunuh diri dengan meminum obat malaria dalam dosis berlebih. Diduga Adriana kecewa karena duakali gagal dalam ujian nasional.
* 25 Juni 2008: Bernabas Mbulu Manggal (55), warga RT 01/RW 01, Kampung Raja Prailiu, Kabupaten Sumba Timur, ditemukan tewas gantung diri di kamar rumahnya. Belum diketahui penyebab korban mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya itu.
* 3 Juli 2008: Magdalena Yunita Molo (21), warga RT 08/RW 04, Kelurahan Karang Sirih, Kecamatan Kota SoE, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), mengakhiri hidupnya dengan tragis. Ibu rumah tangga ini ditemukan tewas gantung diri di dalam kamarnya. Sebelum gantung diri, Yunita diduga meracuni anak semata wayangnya, Karin Margareta Molo, yang baru berumur dua tahun hingga meninggal.
23 Juli 2008: Seorang wanita muda yang baru tamat SMA di Kota Bajawa, yakni Stefana Ana Mari (20), bunuh diri, diduga karena ada persoalan dengan masa depannya.
22 September 2008: Ny. Nes N, istri Anggota Dewan di Manggarai tewas bunuh diri di kamar tidur keluarga
22 September 2008: Rosalinda Hiba Tukan (17), siswi kelas I di Lembata tewas setelah minum setengah gelas racun pembasmi serangga.
23 Oktober 2008: Maximus Palbeno (31), warga Kampung Koko, Kelurahan Bansone, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), ditemukan tewas di tepi Kali Oelilah, diduga minum racun pembasmi serangga karena tidak tahan cemburu pada calon istrinya, Emy (27).
--------------
Sumber: Dokumentasi Pos Kupang

Senin, 20 Oktober 2008

Pilkada Ende: 5 Saksi Tidak Tanda Tangan Berita Acara

ENDE, PK -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Ende, Sabtu (18/10/2008), menggelar rapat pleno penghitungan suara calon bupati dan wakil bupati Ende. Pasangan calon, Drs. Don Bosco Wangge M.Si-Drs. Achmad Mochdar (paket Doa) ditetapkan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Ende terpilih dengan mengantongi 55.074 suara atau 41,94 persen.
Sedangkan perolehan suara enam pasangan lainnya adalah Silvester Djuma-Djafar H.Achmad (paket Mawar) meraih 22.459 suara atau 17,10 persen, Petrus Lengo-Paulus Pase (paket Lengo Pase) 14.443 suara atau 11,00 persen, Wilhelmus Wolo-Albert Magnus Bhoka (paket Wolo-Bhoka) 12.953 suara atau 9,86 persen, Drs. Siprianus Reda Lio-Titus M. Tibo (paket Setia) 11.588 suara atau 8,82 persen, Marselinus Y.W Petu-Stefanus Tani Temu (paket Petani) 11.435 suara atau 8,71 persen, dan Yucundianus Lepa-Nur Aini Rodja (paket Dian) 3.368 suara atau 2,56 persen.
Selesai rekapitulasi yang berlangsung di aula Paroki Onekore, dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara pleno penghitungan suara. Berita acara tersebut hanya ditandatangani dua saksi, masing-masing dari paket Doa dan saksi paket Mawar. Meski hadir bersama saksi paket Mawar dan paket Doa, saksi dari paket Wolobhoka tidak tanda tangan. Saksi lainnya dari empat paket tidak tanda tangan karena tidak hadir dalam rapat pleno.
Marsel Regu, saksi dari paket Wolobhoka mengatakan, tidak ditandatanganinya berita acara sebagai ungkapan ketidakpuasan terhadap kinerja KPUD Kabupaten Ende yang dinilanya tidak konsisten dalam menetapkan satu keputusan.
"Sebelumnya KPUD Kabupaten Ende pada saat sosialisasi mengatakan bahwa proses pencoblosan simetris dinyatakan rusak, namun ketika dalam pelaksanaan pencoblosan terjadi hal tersebut KPUD menyatakan bahwa hal itu sah. Ini yang kami protes," ujarnya.
Tentang sikap selanjutnya yang akan dilakukan oleh paket Wolobhoka terhadap keputusan KPUD, Marsel mengatakan bahwa pihaknya terlebih dahulu melakukan evaluasi baru menentukan langkah-langkah selanjutnya.
Ketua KPUD Kabupaten Ende, Fransiskus R. Senda dalam kesempatan itu mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pencoblosan simetris, apabila pelaksanaan pencoblosan mengenai tanda gambar calon lain, maka hal itu dinyatakan tidak sah. Namun yang terjadi, pada saat proses pencoblosan tembus hingga bagian belakang, maka itu tetap sah.
"Yang dinyatakan tidak sah apabila coblos mengenai tanda gambar dari calon lain, namun yang terjadi tidak tembus hingga ke paket lain, maka hal itu tetap dianggap sah," kata Fransiskus.
Mengenai keengganan lima saksi untuk menandatangani berita acara, Senda mengatakan bahwa hal itu tidak akan mempengaruhi proses Pilkada Kabupaten Ende karena penandatanganan dan kehadiran para saksi tidak substansial.
"Hadir juga tidak apa-apa dan tidak hadir juga tidak apa-apa, toh tidak ada regulasi yang mengatur bahwa pleno KPUD wajib dihadiri oleh saksi dari paket calon," katanya.
Tentang kemungkinan adanya paket calon yang mengajukan protes atas hasil pleno KPUD Kabupaten Ende, Senda mengatakan bahwa kesempatan diberikan selama tiga hari ke depan atau 3 x 24 jam. Protes ditujukan ke MA melalui Pengadilan Tinggi di Kupang.
Namun dia mengingatkan bahwa paket calon yang berhak mengajukan protes apabila merasa memiliki bukti-bukti kuat bahwa perolehan hasil suaranya melebihi perolehan dari paket calon yang menang dalam Pilkada berdasarkan hasil pleno KPUD Kabupaten Ende.
"Kalau ada paket yang merasa memiliki bukti bahwa mereka mengungguli paket Doa, maka silakan mengajukan protes ke MA," ujar Senda.
Pelaksanaan pleno KPUD atas Pilkada Kabupaten Ende berlangsung aman meskipun tidak dihadiri oleh para saksi dari empat paket.
Bupati Ende Drs Paulinus Domi dalam sambutanya yang dibacakan oleh Asisten 1, Drs Hendrikus Seni mengatakan, pelaksanaan Pilkada Kabupaten Ende sebagai sarana demokrasi telah menggambarkan pelaksanaan kedaulatan rakyat menurut sistem yang dianut, berlangsung aman, tertib dan lancar. Pemilih memberikan suara tanpa intimidasi dan paksaan.
"Saya percaya, proses demikian akan memberi legitimasi yang kuat kepada kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih dalam menjalankan fungsi-fungsi kekuasaan pemerintahan di daerah. Kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya pelaksanaan Pilkada Ende yang demokratis, saya mengucapkan terima kasih," kata Domi. (rom/mar)


Hasil perhitungan suara Pilkada Kabupaten Ende

Nama Paket Jumlah perolehan suara prosentase

Lengo-Pase 14. 443 11,00
Mawar 22.459 17,10
Wolo Bhoka 12.953 9,86
Setia 11.588 8,82
Do,A 55.074 41,94
Petani 11.435 8,71
Dian 3 .368 2,56
Total suara 131.320 100 persen

Total pemilih 157.061
Ikut memilih 135.322
Tidak ikut memilih 21.846
Suara tidak sah 4.002
Prosentase yang ikut pilih 83,60 persen

Sumber : KPUD Ende

Minggu, 19 Oktober 2008

Pilkada Rote Ndao: Kantor Camat RBL Dibakar

BA'A, PK---Kantor Camat Rote Barat Laut (RBL) di Busalangga, Kabupaten Rote Ndao dibakar, Sabtu (18/10/2008), sekitar pukul 11.30 Wita saat jeda proses penghitungan surat suara pilkada di daerah tersebut. Kantor itu diduga dibakar massa koalisi empat paket peserta Pilkada Rote Ndao.
Hingga semalam belum ada satu paket peserta pilkada yang menyatakan bertanggung jawab. Sehari sebelumnya, massa empat paket (Lentera, As, Benar, Majus) sempat menduduki gedung DPRD setempat dan menyandera Kabag Linmas, L Lango dan Kabag Pemdes, CH. Manubulu.
Polisi sudah menahan 23 orang di Mapolres Rote Ndao yang diduga ikut serta dalam aksi pembakaran tersebut. Dari, 23 orang tersebut lima pemuda yang masih berumur belasan tahun di antaranya menderita luka di kepala dan wajah. Mereka yang ditahan dan diduga kuat ikut membakar kantor camat adalah Eta Pelle, Hernaza, Sulaiman Modok. Turut ditahan mantan pensiunan Kapolsek, Alex Solmodok. Sementara kerugian ditaksir sekitar Rp 3 hingga Rp 4 miliar.
Seperti disaksikan Pos Kupang di lokasi kejadian, Sabtu (18/10/2008) siang, kondisi bangunan dan segala isinya di dalam kantor camat tersebut ludes terbakar. Tampak hanya tembok yang masih mengepul asap dan tinggal menunggu roboh dan kantor itu rata tanah. Semua kotak suara diangkat massa dan dibakar di halaman depan kantor camat. Tidak ada barang dan uang termasuk brangkas yang diselamatkan. Uang pribadi milik beberapa pegawai yang saat itu berada di dalam ruangan juga ludes.
Kapolres Rote Ndao, Kompol Juventus Seran, dan sejumlah anggota polisi beserta Wakapolres, AKP Petrus Bae, langsung mengamankan situasi. Sementara sebagian anggota dikoordinasikan untuk mengamankan sejumlah kecamatan lain yang sedang menghitung surat suara termasuk Kantor KPUD setempat. Kemarin sore sekitar pukul 15.00 Wita usai melakukan rapat muspida, Bupati Rote Ndao, Christian Nehemia Dillak, S.H, dan sejumlah muspida langsung turun memantau situasi.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang menyebutkan, pada pukul 08.00 kemarin pagi, tiga truk menurunkan massa di Lapangan Busalangga (sekitar 12 km barat Kota Ba'a), dekat kantor camat dan Pasar Busalangga. Massa berkumpul di lokasi itu. Beberapa di antaranya kemudian menyebar dan membawa beberapa minuman keras. Mereka diduga mabuk lalu mulai membakar kantor camat.
Kebetulan hari Sabtu adalah hari Pasar Busalangga. Beberapa orang dari massa berjalan menuju pasar. Namun, melihat gelagat yang tidak baik, intel polisi sempat menyuruh massa membubarkan diri, namun tidak ada yang menggubris. Sementara saat proses penghitungan berjalan, kantor itu hanya dijaga sekitar belasan anggota termasuk tentara dan hanya salah satu di antara mereka yang membawa senjata.
Pada saat penghitungan hampir rampung dan tinggal penandatanganan berita acara, massa sekitar 200 lebih orang yang menggunakan tiga truk tersebut sudah mulai mengepung kantor itu di semua penjuru. Tak lama batu melayang mengenai kantor itu. Massa merangsek masuk ke dalam kantor dan mengobrak-abrik barang-barang. Selang beberapa saat api mulai merambat. Terlihat kotak suara dibawa keluar dan dibakar.
Melihat lemparan batu dan serangan massa, sekitar 30 lebih orang termasuk panwas kecamatan, PPK, Camat Busalangga dan semua pegawai termasuk anggota linmas, polisi dan tentara lari keluar berhamburan. Bahkan, polisi juga ikut membantu membobol pintu yang terkunci agar para pegawai di dalam bisa lari keluar dan tidak terjebak api. Sejumlah pegawai termasuk anggota PPK dan Panwas terkena batu lemparan. Seorang pegawai yang sedang hamil di dalam kantor juga terkena lemparan.
Polisi hanya mengamankan beberapa berkas yang kebetulan berada di atas meja, termasuk satu buah monitor. Sekitar lima menit kemudian api sudah menjalar di atas seng. Diduga massa melempar bensin di atas seng dan sekitar bangunan sehingga dalam hitungan menit bangunan itu sudah ludes.
Masyarakat sekitar hanya bisa menatap bangunan itu, tanpa membantu memadamkan. Semuanya takut dan panik. Polisi kemudian mengejar sejumlah pelaku yang bersembunyi di rumah salah satu calon Bupati Rote Ndao, Nur Ndu Ufi. Polisi mengangkut belasan orang dari dalam rumah tersebut dan mengejar sejumlah massa yang lari di sekitar rumah warga dan mengamankannya di kantor polisi. Sementara pemadam kebakaran datang saat gedung itu sudah ludes terbakar.
Camat RBL, Thobias Nggili, yang ditemui di lokasi kejadian mengakui, pagi sebelum dimulai penghitungan dia sudah menanyakan keamanan di Kapolsek Busalangga, Marthen Tulle. Tulle mengatakan kondisi aman dan polisi tidak mengeluarkan izin demo sehingga proses penghitungan surat suara bisa berjalan.

23 Ditahan
Kapolres Rote Ndao, Kompol Juventus Seran, yang ditemui di rumah jabatan Bupati Rote Ndao mengakui, pihaknya kini tengah menahan 23 orang yang diduga ikut terlibat termasuk lima orang di antaranya yang menderita luka yang kini dirawat di Rumah Sakit Umum. "Kita sudah menahan 23 orang dan status mereka belum jadi tersangka. Kita masih tahan mereka untuk proses penyelidikan termasuk barang bukti truk," kata Seran.
Sementara salah satu mantan pensiunan polisi yang diduga terlibat, Kapolres Juventus mengakui belum tahu. "Kalau ia pensiunan tidak ada hubungannya dengan institusi," katanya.
Dalam catatan Pos Kupang, sejak pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung digelar di NTT tahun 2005 lalu, tidak terjadi aksi anarkis seperti di Rote. Aksi kekerasan yang terjadi masih dalam batas kewajaran, tidak sampai merusak seperti yang terjadi di Rote.
Seperti diberitakan sebelumnya, rakyat Rote Ndao memberikan suaranya pada pemilihan kepala daerah, Senin (13/10/2008). Pada hari yang sama juga berlangsung pemungutan suara di Ende. Sejauh ini, dari rekapitulasi suara suara, duet Christian Nehemia Dillak-Zacharias Paulus Manafe (paket Nazar) memimpin perolehan suara sementara. (iva)

Mengenang Mgr. Eduardus Sangsun, SVD: Pendiriannya Sangat Kukuh

Oleh Marsel Ali

BERPERAWAKAN tinggi dan kekar. Berambut keriting. Senang memakai kaca mata BL berwarna gelap. Itulah kenangan pertama ketika saya bertemu dengan Pater Eduardus Sangsun, SVD di Seminari Pius XII Kisol pada tahun 1978. Ketika itu dia baru saja kembali dari Roma mengikuti pendidikan. Di Kisol, Pater Edu bertugas sebagai Prefek (Pembina dan Kepala Asrama) siswa SMA Seminari Kisol.
Sebagai pembina, dia paling ditakuti. Pendiriannya sangat kukuh. Setiap keputusannya selalu tegas. Saya masih ingat, dia berani memberhentikan beberapa siswa kelas VI (kelas III SMA) karena bolos dari asrama pada malam hari. Keputusannya mengejutkan banyak pihak. Apalagi para siswa tersebut tinggal menunggu ujian akhir.
"Seminari Kisol tidak harus meluluskan banyak siswa untuk menjadi imam. Satu orang saja yang menjadi imam sudah sangat baik. Apalagi kalau yang bersangkutan melalui seleksi yang ketat." Begitu kata Pater Edu ketika itu. Akhirnya dewan guru Seminar Kisol bisa menerima keputusannya.
Setelah keputusan itu, Pater Edu dipindahkan dan bertugas di Malang, Jawa Timur. Dari sanalah kemudian pada tahun 1985 Pater Edu dipilih menjadi Uskup Ruteng.
Saat diangkat menjadi uskup, Uskup Edu masih sangat muda. Baru 42 tahun. Sejak itu, ia sering diundang menghadiri berbagai pertemuan pastoral. Termasuk pada Tahun Maria 1988 di Maumere. Ketika itu Uskup Edu tampil sebagai salah seorang pembicara dalam seminar.
Uskup Edu memiliki daya ingat yang cukup kuat. Setelah sekian lama berpisah, saya bertemu kembali dengan beliau di Atambua, pada acara Panca Windu Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD tahun 1998. Dia masih ingat nama saya.
Ketika saya pindah tugas di Ruteng tahun 2004, rasanya lebih dekat lagi dengan beliau. Kebetulan kakak saya, Romo Pit Kanis Ali, Pr, dipercayakan menjadi Kepala Sukma Ruteng waktu itu. Kakak saya tinggal di Istana Keuskupan Ruteng. Pertemuan saya dengan Uskup Edu semakin sering.
Suatu waktu, tepat pada hari ulang tahunnya, saya diundang makan bersama di Istana Keuskupan Ruteng. Saat itu Manggarai masih heboh dengan kasus penebangan kopi di Colol, Manggarai Timur. Semua orang tahu, Uskup Edu sangat mendukung program itu. Saat bincang-bincang di meja makan, Uskup Edu mengakui dukungannya semata-mata demi lingkungan. Uskup Edu tidak setuju hutan harus menjadi korban hanya karena tanaman kopi.
Pada saat pemerintah dan masyarakat Colol tidak sepakat soal lokasi penanaman kopi dalam kawasan hutan, Uskup Edu mengutus Ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian, Romo Dr. John Boylon, Pr mendatangi warga sebagai mediator. Sudah hampir tercapai kata sepakat, peristiwa Rabu berdarah keburu meletus.
Pada saat itu, Uskup Edu tengah memimpin misa requiem untuk seorang pastor di Paroki Redong, yakni Pater Bernadus Jebabun, SVD. Dia langsung menyampaikan rasa turut berduka cita.
Pada saat syukuran keluarga saya di Reo, Uskup Edu pun rela menyiapkan waktu untuk memimpin misa. Tapi, dalam kebersamaan itu, saya menyadari bahwa Uskup Edu yang dulu saya kenal berperawakan tinggi dan kekar sudah termakan usia. Dia mengakui penyakit diabetes sudah lama menggerogoti tubuhnya. Cukup lama dia harus berhati-hati mengonsumsi makanan. Segala sesuatunya harus berdasarkan saran dokter.
Dalam kondisi seperti itu, Uskup Edu tetap tampil sebagai seorang pemikir. Banyak hal yang ia pikirkan. Malah dalam suatu kesempatan, beliau mengatakan ini. "Orang berpikir kalau bekerja di Jawa atau di Kupang, hidup mereka sudah lebih baik. Mereka sebenarnya tidak tahu banyak soal itu. Mereka yang bekerja di Jawa dan Kupang setiap tahun selalu menabung. Tabungan mereka akan ludes seketika manakala mereka kembali ke kampung di Manggarai. Jadi tidak gampang mengabdi di luar Manggarai," ungkapnya.
Itulah pembicaraan terakhir Uskup Edu dengan saya. Meski jauh, setiap kali Hari raya Paskah dan Natal, saya selalu mengirim salam melalui SMS. Dia membalasnya dengan doa dan berkat. Selamat jalan Yang Mulia. *

Jarang Leti Hantar Uskup Edu

RUTENG, PK---Jenazah Mgr. Eduardus Sangsun, SVD, dihantar jarang leti (seekor kuda tunggang--Red) dalam prosesi penguburan di halaman Gereja Ketedral Ruteng, Jumat (17/10/2008). Jarang leti dipersembahkan kepada uskup yang memimpin Dioses Ruteng selama 23 tahun itu sebagai tanda penghormatan sebagai pemimpin besar dan jasa-jasanya.
Seperti disaksikan Pos Kupang di halaman Gereja Katedral Ruteng, kemarin, ketika peti jenazah keluar dari pintu gereja dilakukan sapaan adat. Sapaan adat sekaligus ajakan kepada Uskup Edu untuk menunggang kuda jantan menuju tempat peristirahatannya terakhir. Kuda jantan sudah dilengkapi kekang, pelana dan ditutupi kain putih. Dua orang tokoh adat menuntun kuda jantan diikuti peti jenazah yang diusung para imam Dioses Ruteng.
Setibanya di kuburan Uskup Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr, memimpin upacara dan doa-doa penguburan. Umat yang hadir sekitar puluhan ribu itu menyaksikan secara hikmat proses penguburan Uskup Edu. Doa-doa dan nyanyian terus didaraskan untuk keselamatan Uskup Edu.
Sebelum proses penguburan digelar misa arwah mulai pukul 08.00 Wita dipimpin Duta Besar Vatikan Indonesia, Mgr. Leopoldo Girelli, didampingi Uskup Agung Ende. Mgr. Vinsentius Sensi Potokota, Pr, Uskup Sorong, Hilarion Datus Lega, Pr. Uskup Maumere, Mgr. Cherubin Pareira, SVD, Uskup Emeritus Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, Uskup Larantuka, Mgr. Frans Kopong, Pr dan Administrator Keuskupan Denpasar.
Dalam kotbahnya, Mgr. Sensi, Pr menandaskan, Uskup Edu memiliki kharisma dan iman yang tulus. Tugas dan pengabdiannya telah ia tunjukkan selama memimpin Dioses Ruteng selama 23 tahun. "Iman dan kesetiaan telah menyelamatkan dirinya sehingga diyakini Uskup Edu mendapat tempat yang layak," katanya.
Sementara Duta Besar Vatikan, Mgr. Leopoldo Girelli, dalam sambutannya mengatakan, Paus Benediktus, menyatakan belasungkawa mendalam. Gereja berduka karena kepergian Uskup Edu terjadi begitu singkat dan mendadak di tengah tugas-tugasnya.
Pemerintah Propinsi NTT memberikan penghargaan berupa cincin kelas II kepada Uskup Edu. Cincin kelas II itu diberikan kepada almarhum atas jasa-jasa dalam pembangunan daerah. Cincin penghargaan diberikan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, dan diterima Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsentius Sensi
Potokota, Pr.
Dalam sambutanya Gubernur Lebu Raya, mengatakan, spiritulias cinta kasih dan pelayanan Uskup Edu telah memberi kontribusi besar bagi pembangunan daerah di NTT. Uskup Edu dalam tugas dan pelayanannya berbakti untuk keselamatan umat manusia. Cara hidupnya menjadi suri teladan bagi umat manusia yang ditinggalkan.
Sementara wakil keluarga Uskup Edu, Kornelis Kapu, menyampaikan terima kasih atas seluruh perhatian terhadap almarhum baik ketika sakit, pengurusan jenazah mapun prosesi penguburan.

Rm Laurens, Administator
Menyusul kepergian Uskup Edu, Romo Laurens Sopang, Pr, diangkat menjadi Administrator Dioses Ruteng untuk menjalankan tugas-tugas pastoral. Pengangkatan Rm. Laurens setelah dewan konsultores menggelar rapat, Rabu (15/10/2008).
Pengangkatan Rm. Laurens diumumkan secara resmi oleh Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsentius Sensi Potokota, Pr, di Gereja Katedral Ruteng, Jumat (17/10/2008). Pengumuman itu disambut tepuk tangan meriah dari umat yang ikut misa arwah.
Mgr. Sensi menegaskan, sesuai hukum gereja untuk mengisi jabatan hirarki gereja perlu diangkat seorang administrator guna melancarkan tugas-tugas hingga pengangkatan seorang uskup nanti. Karena itu Dewan Keuskupan, yakni Rm. Lurens Sopang, Pr, Rm. Bene Bensi, Rm. Maksi Haber, Rm. Beny Jaya, Pr, Rm Geradus Janur, Rm. John Boylon, Pr dan Pater Sebas Hoba Hana, SVD, telah menetapkan dan memutuskan Rm. Laurens Sopang sebagai Administrator Dioses Ruteng. (lyn)

Penggagas Gereja Mandiri

KABAR berpulangnya Mgr. Eduardus Sangsun, SVD merebak begitu cepat. Kebanyakan umat sudah tahu sejak beberapa tahun belakangan, Uskup Edu, menderita sakit. Tetapi kabar kematiannya tetap mengagetkan. Kaget karena tak menyangka sosok gembala umat yang kekar, atletis dan kuat itu akhirnya harus kembali ke Sang Pengasal.
Saya sendiri tak percaya ketika banyak pesan singkat (short message service/SMS) mampir ke handphone saya sesaat setelah Uskup Edu dipanggil Tuhan di Jakarta. SMS demi SMS datang. Isinya sama: Uskup Edu telah meninggal. Seolah tak yakin, saya menyakan kebenaran kabar tidak enak itu ke Rm. Ichon Tanis, Pr. Balasan dari Rm. Ichon membuat saya percaya. Kata-kata Martin Buber bahwa "Manusia hidup dan tenggelam dalam waktu" mengiang-ngiang dalam telinga.
Hidup dan mati bergerak dalam waktu adalah kenyataan yang tak terbantahkan. Kenyataan ini pula menegaskan kematian Uskup Edu dalam waktu yang singkat.
Dilahirkan 14 Juni 1943 dari ayah Nikolaus Djakung dan Mama Anna Kukur, Uskup Edu meniti ziarah hidupnya dengan penuh kepercayaan diri. Dimulai dari lembah Pagal, singgah di Kisol, mengakrabi kabut dan dinginnya Mataloko serta kemudian tekun belajar di bukit Ledalero hingga memutuskan menjadi imam. Dari Ledalero menuju Kota Abadi, Roma untuk belajar. Pilihan hidupnya bukan ziarah sebentar, tetapi panjang dan melelahkan. Dan, sebelum menjadi Uskup Ruteng, Uskup Edu menghabiskan tugasnya di panti pendidikan.
Uskup Edu terkenal sebagai sosok yang cinta damai, prinsipil dan solid dalam tugas pelayanannya. Prinsip hidupnya nyata dalam 23 tahun tugas kegembalaannya sebagai Uskup Ruteng hingga Tuhan memanggilnya. Uskup Edu yakin, dia tidak sendirian dalam tugas kegembalaannya. Itu sebabnya, dia memilih motto tahbisan uskupnya : Et habitatit In Nobis (Dan Ia tinggal di antara kita) yang dikutip dari Yoh: 1:14.
Disemangati motto ini, dalam menjalankan tugasnya, Uskup Edu menggagaskan gereja mandiri. Ya, gereja dalam arti luas harus mandiri, tidak boleh bergantung dari luar. Umat harus dewasa.
Untuk mendukung gagasannya ini, Uskup Edu mendatangkan banyak misionaris ke Manggarai. Jangan heran, di Manggarai terdapat begitu banyak tarekat religius. Prestasi lain adalah pembangunan Gereja Katedral Ruteng yang baru.
Banyak yang sudah dilakukan Uskup Edu dalam rangka pembinaan dan pendewasaan iman umat. Tetapi Uskup Edu tidak berbesar hati, menepuk dada. Dia sadar, ketika dipanggil dan total membaktikan diri dalam panggilannya, maka panggilan itu harus dihayati secara paripurna, tidak setengah-setengah.
Panggilan hidup menjadi imam Tuhan, bagi Uskup Edu menjadi tanda, ekspresi imannya kepada Tuhan. Panggilan imamat itu telah diterjemahkan dalam seluruh kebijakan pastoral, kesetiaan, komitmen, dan pengorbanannya. Meski tiga tahun terakhir mulai menderita sakit akibat penyakit gula, semangat pelayanan tak pernah pudar.
Om Bastian, salah seorang karyawan Puspas, menuturkan, sebelum berangkat ke luar negeri, Uskup Edu pernah memberikan peneguhan kepada Rm. Amandus Mbiri, Pr supaya tetap semangat meski pun sakit. Semangat adalah akhlak yang bisa menambah umur panjang.
Ketua STKIP Ruteng, Pater Servulus Isaack, SVD, melukiskan Mgr. Edu sebagai adalah sosok yang santun dan rendah hati. Strategi pastoral selama menjadi Uskup Ruteng adalah karya maha penting, terutama gerakan gereja mandiri. Gagasan gereja mandiri lahir dari refleksi mendalam terutama filosofi budaya Manggarai.
Sosok gembala umat yang tangguh itu telah pergi. Dia pergi meninggalkan domba-dombanya di Manggarai. Itu sebabanya, banyak orang merasa kehilangan atas kepergiannya. Tetapi Uskup Edu yakin dia cumalah alat di tangan Tuhan. Dia cumalah tangan Tuhan yang membantu mencari dan menemukan domba- dombanya. Selamat jalan gembala sejati. (kanis lina bana)

Jarang Leti Hantar Uskup Edu

RUTENG, PK---Jenazah Mgr. Eduardus Sangsun, SVD, dihantar jarang leti (seekor kuda tunggang--Red) dalam prosesi penguburan di halaman Gereja Ketedral Ruteng, Jumat (17/10/2008). Jarang leti dipersembahkan kepada uskup yang memimpin Dioses Ruteng selama 23 tahun itu sebagai tanda penghormatan sebagai pemimpin besar dan jasa-jasanya.
Seperti disaksikan Pos Kupang di halaman Gereja Katedral Ruteng, kemarin, ketika peti jenazah keluar dari pintu gereja dilakukan sapaan adat. Sapaan adat sekaligus ajakan kepada Uskup Edu untuk menunggang kuda jantan menuju tempat peristirahatannya terakhir. Kuda jantan sudah dilengkapi kekang, pelana dan ditutupi kain putih. Dua orang tokoh adat menuntun kuda jantan diikuti peti jenazah yang diusung para imam Dioses Ruteng.
Setibanya di kuburan Uskup Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr, memimpin upacara dan doa-doa penguburan. Umat yang hadir sekitar puluhan ribu itu menyaksikan secara hikmat proses penguburan Uskup Edu. Doa-doa dan nyanyian terus didaraskan untuk keselamatan Uskup Edu.
Sebelum proses penguburan digelar misa arwah mulai pukul 08.00 Wita dipimpin Duta Besar Vatikan Indonesia, Mgr. Leopoldo Girelli, didampingi Uskup Agung Ende. Mgr. Vinsentius Sensi Potokota, Pr, Uskup Sorong, Hilarion Datus Lega, Pr. Uskup Maumere, Mgr. Cherubin Pareira, SVD, Uskup Emeritus Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, Uskup Larantuka, Mgr. Frans Kopong, Pr dan Administrator Keuskupan Denpasar.
Dalam kotbahnya, Mgr. Sensi, Pr menandaskan, Uskup Edu memiliki kharisma dan iman yang tulus. Tugas dan pengabdiannya telah ia tunjukkan selama memimpin Dioses Ruteng selama 23 tahun. "Iman dan kesetiaan telah menyelamatkan dirinya sehingga diyakini Uskup Edu mendapat tempat yang layak," katanya.
Sementara Duta Besar Vatikan, Mgr. Leopoldo Girelli, dalam sambutannya mengatakan, Paus Benediktus, menyatakan belasungkawa mendalam. Gereja berduka karena kepergian Uskup Edu terjadi begitu singkat dan mendadak di tengah tugas-tugasnya.
Pemerintah Propinsi NTT memberikan penghargaan berupa cincin kelas II kepada Uskup Edu. Cincin kelas II itu diberikan kepada almarhum atas jasa-jasa dalam pembangunan daerah. Cincin penghargaan diberikan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, dan diterima Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsentius Sensi
Potokota, Pr.
Dalam sambutanya Gubernur Lebu Raya, mengatakan, spiritulias cinta kasih dan pelayanan Uskup Edu telah memberi kontribusi besar bagi pembangunan daerah di NTT. Uskup Edu dalam tugas dan pelayanannya berbakti untuk keselamatan umat manusia. Cara hidupnya menjadi suri teladan bagi umat manusia yang ditinggalkan.
Sementara wakil keluarga Uskup Edu, Kornelis Kapu, menyampaikan terima kasih atas seluruh perhatian terhadap almarhum baik ketika sakit, pengurusan jenazah mapun prosesi penguburan.

Rm Laurens, Administator
Menyusul kepergian Uskup Edu, Romo Laurens Sopang, Pr, diangkat menjadi Administrator Dioses Ruteng untuk menjalankan tugas-tugas pastoral. Pengangkatan Rm. Laurens setelah dewan konsultores menggelar rapat, Rabu (15/10/2008).
Pengangkatan Rm. Laurens diumumkan secara resmi oleh Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsentius Sensi Potokota, Pr, di Gereja Katedral Ruteng, Jumat (17/10/2008). Pengumuman itu disambut tepuk tangan meriah dari umat yang ikut misa arwah.
Mgr. Sensi menegaskan, sesuai hukum gereja untuk mengisi jabatan hirarki gereja perlu diangkat seorang administrator guna melancarkan tugas-tugas hingga pengangkatan seorang uskup nanti. Karena itu Dewan Keuskupan, yakni Rm. Lurens Sopang, Pr, Rm. Bene Bensi, Rm. Maksi Haber, Rm. Beny Jaya, Pr, Rm Geradus Janur, Rm. John Boylon, Pr dan Pater Sebas Hoba Hana, SVD, telah menetapkan dan memutuskan Rm. Laurens Sopang sebagai Administrator Dioses Ruteng. (lyn)

Penggagas Gereja Mandiri

KABAR berpulangnya Mgr. Eduardus Sangsun, SVD merebak begitu cepat. Kebanyakan umat sudah tahu sejak beberapa tahun belakangan, Uskup Edu, menderita sakit. Tetapi kabar kematiannya tetap mengagetkan. Kaget karena tak menyangka sosok gembala umat yang kekar, atletis dan kuat itu akhirnya harus kembali ke Sang Pengasal.
Saya sendiri tak percaya ketika banyak pesan singkat (short message service/SMS) mampir ke handphone saya sesaat setelah Uskup Edu dipanggil Tuhan di Jakarta. SMS demi SMS datang. Isinya sama: Uskup Edu telah meninggal. Seolah tak yakin, saya menyakan kebenaran kabar tidak enak itu ke Rm. Ichon Tanis, Pr. Balasan dari Rm. Ichon membuat saya percaya. Kata-kata Martin Buber bahwa "Manusia hidup dan tenggelam dalam waktu" mengiang-ngiang dalam telinga.
Hidup dan mati bergerak dalam waktu adalah kenyataan yang tak terbantahkan. Kenyataan ini pula menegaskan kematian Uskup Edu dalam waktu yang singkat.
Dilahirkan 14 Juni 1943 dari ayah Nikolaus Djakung dan Mama Anna Kukur, Uskup Edu meniti ziarah hidupnya dengan penuh kepercayaan diri. Dimulai dari lembah Pagal, singgah di Kisol, mengakrabi kabut dan dinginnya Mataloko serta kemudian tekun belajar di bukit Ledalero hingga memutuskan menjadi imam. Dari Ledalero menuju Kota Abadi, Roma untuk belajar. Pilihan hidupnya bukan ziarah sebentar, tetapi panjang dan melelahkan. Dan, sebelum menjadi Uskup Ruteng, Uskup Edu menghabiskan tugasnya di panti pendidikan.
Uskup Edu terkenal sebagai sosok yang cinta damai, prinsipil dan solid dalam tugas pelayanannya. Prinsip hidupnya nyata dalam 23 tahun tugas kegembalaannya sebagai Uskup Ruteng hingga Tuhan memanggilnya. Uskup Edu yakin, dia tidak sendirian dalam tugas kegembalaannya. Itu sebabnya, dia memilih motto tahbisan uskupnya : Et habitatit In Nobis (Dan Ia tinggal di antara kita) yang dikutip dari Yoh: 1:14.
Disemangati motto ini, dalam menjalankan tugasnya, Uskup Edu menggagaskan gereja mandiri. Ya, gereja dalam arti luas harus mandiri, tidak boleh bergantung dari luar. Umat harus dewasa.
Untuk mendukung gagasannya ini, Uskup Edu mendatangkan banyak misionaris ke Manggarai. Jangan heran, di Manggarai terdapat begitu banyak tarekat religius. Prestasi lain adalah pembangunan Gereja Katedral Ruteng yang baru.
Banyak yang sudah dilakukan Uskup Edu dalam rangka pembinaan dan pendewasaan iman umat. Tetapi Uskup Edu tidak berbesar hati, menepuk dada. Dia sadar, ketika dipanggil dan total membaktikan diri dalam panggilannya, maka panggilan itu harus dihayati secara paripurna, tidak setengah-setengah.
Panggilan hidup menjadi imam Tuhan, bagi Uskup Edu menjadi tanda, ekspresi imannya kepada Tuhan. Panggilan imamat itu telah diterjemahkan dalam seluruh kebijakan pastoral, kesetiaan, komitmen, dan pengorbanannya. Meski tiga tahun terakhir mulai menderita sakit akibat penyakit gula, semangat pelayanan tak pernah pudar.
Om Bastian, salah seorang karyawan Puspas, menuturkan, sebelum berangkat ke luar negeri, Uskup Edu pernah memberikan peneguhan kepada Rm. Amandus Mbiri, Pr supaya tetap semangat meski pun sakit. Semangat adalah akhlak yang bisa menambah umur panjang.
Ketua STKIP Ruteng, Pater Servulus Isaack, SVD, melukiskan Mgr. Edu sebagai adalah sosok yang santun dan rendah hati. Strategi pastoral selama menjadi Uskup Ruteng adalah karya maha penting, terutama gerakan gereja mandiri. Gagasan gereja mandiri lahir dari refleksi mendalam terutama filosofi budaya Manggarai.
Sosok gembala umat yang tangguh itu telah pergi. Dia pergi meninggalkan domba-dombanya di Manggarai. Itu sebabanya, banyak orang merasa kehilangan atas kepergiannya. Tetapi Uskup Edu yakin dia cumalah alat di tangan Tuhan. Dia cumalah tangan Tuhan yang membantu mencari dan menemukan domba- dombanya. Selamat jalan gembala sejati. (kanis lina bana)

Tebing Runtuh, Ende-Maumere Putus

ENDE, PK -- Runtuhnya tebing batu di Liahutu, Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Jumat (10/10/2008), menutup ruas jalan raya yang menghubungkan Ende- Maumere, tepatnya di kilometer 47 arah timur Kota Ende. Sampai Sabtu (11/10/2008), kendaraan dari dua kota itu terhenti di titik jalan yang putus menunggu alat berat menggusur bongkahan batu besar yang menutup jalan.
Pantauan Pos Kupang di lokasi longsoran, kemarin siang, ratusan kendaraan dari Ende maupun dari Maumere, baik bus, mobil pribadi, mobil travel maupun sepeda motor tampak parkir berantrean menunggu petugas Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) mengoperasikan alat berat membersihkan jalan raya.
Para penumpang bus angkutan umum dari kedua arah, terlihat berjalan kaki menyeberang untuk mengganti kendaraan guna meneruskan perjalanan mereka. Terlihat pula, warga setempat membuka jalan kecil untuk sepeda motor melintas. Sekali lewat, tiap sepeda motor dipungut Rp Rp 5 ribu. Di lokasi longsoran ada tiga bongkahan batu setinggi rumah dengan diameter sekitar lima meter menutupi badan jalan.
Menurut warga setempat, di antaranya Kepala SD Nduaria, Leonardus Leta, tebing di tepi jalan itu longsor pada hari Jumat siang. Longsoran terjadi karena pada malam sebelumnya terjadi hujan lebat.
Sebuah mobil yang mengangkut logistik Pilkada Ende untuk diantar ke Kecamatan Ndori saat itu berada sekitar 500 meter dari lokasi kejadiaan sehingga mobil tersebut berbalik arah untuk mengikuti jalur jalan lain melalui Roga-Saga dan terus ke Ndori.
Camat Kelimutu, Yoseph Primus Bhato, SE yang ditemui di lokasi longsoran, kemarin, mengatakan, sesaat setelah terjadi longsoran pihaknya langsung ke Ende untuk melapor ke bupati. "Tadi malam (Jumat, 10/10/2008) dua alat berat sampai ke lokasi longsor dan mulai melakukan penggusuran," kata Camat Yoseph.
Menurut dia, alat berat yang ada belum bisa menggusur tiga bongkah batu besar yang berada di badan jalan. Dibutuhkan alat berat lain untuk memecahkan batu tersebut baru bisa dipindahkan.
"Kimpraswil Ende dan Dinas Kimpraswil NTT sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Kimpraswil Kabupaten Sikka karena Kabupaten Sikka memiliki alat berat yang bisa memecahkan batu. Saat ini alat berat itu ada di dekat wilayah Kecamatan Ndori dan tinggal menunggu tronton untuk mengangkut alat berat itu ke lokasi longsoran," kata Yoseph.
Yoseph mengatakan, untuk mengangkut alat berat pemecah batu tersebut membutuhkan waktu sekitar satu hari dari wilayah dekat Ndori sampai ke lokasi longsoran. Sehingga diperkirakan, penggusuran baru selesai hari Senin (13/10/2008) siang.
"Yang dilakukan sekarang ini, kedua alat berat yang ada mencoba membuka jalan baru di samping atau di celah ketiga bongkahan batu agar isa dilewati kendaraan sebagai jalur alternatif. Memang agak sulit karena ruas jalan yang ditutupi longsoran hampir sekitar 20 meter lebih," kata Yoseph. (mar)

Siapa Bupati Ende dan Rote?

KUPANG, PK -- Hari ini, 157.52 pemilih di Kabupaten Ende dan 73.253 pemilih di Rote Ndao menentukan nasib kedua daerah itu lima tahun ke depan, melalui pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pilkada). Siapakah yang akan menjadi bupati dan wakil bupati untuk dua daerah itu ditentukan oleh pemungutan suara, hari ini.
Di Rote, ada lima pasang calon yang dipilih. Bupati saat ini, Christian Nehemia Dillak, juga maju lagi dari calon perseorangan menggandeng ketua DPRD saat ini, Zakarias Manafe. Juga wakil bupati saat ini, Bernard Pelle yang maju menggandeng Nur Yusak Ndu Ufi (Partai Demokrat, PPP, PMDK, PBSD, PKPB, PDK). Tiga pasang calon lainnya yakni Marthen Luther Henukh-Junus Fanggidae (PDIP), Lens Haning-Marthen Luther Saek (calon perseorangan) dan pasangan Alfred Zakarias-Stef Batemoy (PDS, PKPI, PPDI).
Sementara Pilkada Kabupaten Ende disemarakkan oleh tujuh pasang calon, yakni Silvester Djuma-Muhamad Djafar (Partai Demokrat, PPD, PPDI, PBB, PNI Marhaenis, PKPB, PBSI dan PSI); Siprianus Reda Lio-Titus M Tibo (calon perseorangan); Don Bosco M Wangge-Achmad Mochdar (PDIP, PDK, PNBK, Partai Patriot Pancasila, PKS, PBR, PPP, PBSD, PPD, PNUI, Partai Pelopor, PSI dan PAN); Petrus Lengo-Paulus Pase (PNI Marhaenisme, PKPI dan PDS); Wilhelmus Wolo-Albert Bhoka (calon perseorangan); Marselinus YW Petu-Stefanus Tani Temu (Golkar); dan Yukundianus Lepa-Nur Aini AR Rodja (PKB dan PPDI).
Imbauan Uskup
Dari Ende dilaporkan, Uskup Agun Ende, Mgr. Vincetius Sensi Potokota, Pr, Minggu (12/10/2008), mengeluarkan imbauan moral, meminta umat Katolik yang menggunakan hak pilihnya hari ini agar menghindarkan diri dari upaya sogokan pihak-pihak tertentu.
Uskup Sensi meminta agar warga pemilih berpikir secara matang dan bijak sebelum bertindak. Tidak boleh merusak demokrasi dengan cara-cara yang tidak bermoral. Sebaliknya nurani yang bermoral hendaknya menjamin kebenaran di dalam menjatuhkan pilihan.
Dia meminta umatnya untuk memilih pemimpin yang dapat menjawab keprihatinan dan kebutuhan nyata dan mendesak.
"Kenyataanya bahwa ada tujuh paket yang bertarung dalam Pilkada Ende, hal ini mencerminkan bahwa Kabupaten Ende tidak mengalami kekurangan kader-kader handal. Tetapi mutu kehandalan harus dibuktikan juga melalui perilaku politik promosi diri yang mendidik rakyat agar rakyat dapat menentukan pilihan sesuai nurani," demikian Uskup Sensi.
Sementara itu dari Ba'a- Rote, dilaporkan, pada hari Sabtu (11/10/2008) masih ada pemilih di Kelurahan Namodale, Kecamatan Lobalain belum mendapat kartu undangan untuk memilih dan kartu pemilih. Pada Sabtu mereka datang menemui PPS di Kelurahan Namodale untuk meminta kartu pemilih. Namun sebagian dari mereka tidak terdata dalam daftar pemilih tetap.
Usman, salah satu pemilih, mengatakan dia sudah menetap di kelurahan itu selama tiga tahun dan sudah memiliki KTPN namun tidak didata saat Pilgub NTT beberapa waktu lalu, maupun Pilkada saat ini. Padahal, katanya, dia sudah memasukkan namanya di PPS saat dilakukan pemutakhiran data pemilih Pilkada.
Hal yang sama juga dialami seorang pegawai di Bagian Pemberdayaan Perempuan Sekab Rote Ndao.
Ketua PPS Kelurahan Namodale, Frans Mau yang hendak dikonfirmasi pada hari Sabtu, tidak berada di tempat.
Pantauan Pos Kupang, Minggu (12/10/2008), ada beberapa TPS di Kecamatan Lobalain yang belum dibuat. Sementara di Ba'a, TPS pada umumnya menggunakan fasilitas umum seperti sekolah-sekolah dan lapangan umum. (iva/mar/rom)

Uskup Ruteng Tutup Usia

RUTENG, PK-- Uskup Ruteng, Mgr. Eduardus Sangsun, SVD, tutup usia, Senin (13/10/2008). Ia meninggal dunia di rumah sakit Pantai Indah Kapuk-Jakarta, sekitar pukul 03.10 Wita akibat penyakit jantung. Jenazah almarhum akan tiba di Ruteng dengan pesawat carteran, Selasa (14/10/2008).
Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Ruteng, Rm. Laurens Sopang, Pr, menyampaikan hal itu, saat ditemui Pos Kupang di Istana Keuskupan Ruteng, Senin (13/10/2008). Menurutnya, sejak 30 September 2008, Mgr. Edu meninggalkan Keuskupan Ruteng ke Roma-Italia dan Austria.
Tujuannya untuk berlibur sekaligus membangun komunikasi dengan beberapa kenalan dalam rangka meningkatkan pelayanan pastoral umat di wilayah ini. Selama berada di Roma-Italia, Uskup Edu sempat melakukan pemeriksaan kesehatan.
Saat didiagnosa, lanjut Rm. Laurens, tim medis menemukan bahwa Uskup Edu menderita penyakit jantung. Pada saat itu, tim medis menyarankan untuk segera melakukan operasi. Namun saran tersebut, masih dipikirkan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Sekembalinya ke Indonesia, Jumat (10/10/2008), Uskup Edu melakukan check up di Rumah Sakit Pantai Indah-Kapuk Jakarta. Saat itu tim medis langsung memberikan perawatan intensif di ruangan ICU karena penyakit jantung.
Ketika dirawat di rumah sakit-Jakarta, katanya, Mgr. Edu sempat menginformasikan ke Ruteng tentang kondisi kesehatannya serta meminta untuk doa agar cepat sembuh. Bahkan, lanjutnya, Uskup Edu, juga meminta bantuan Rm. Yohanes Indrakusuma, O.Carm, untuk mengurus tiket ke Singapura dalam rangka berobat penyakit jantungnya itu.
Namun, lanjut Rm. Laurens, sebelum berangkat ke Singapura, maut keburu menjemputnya. Pukul 3.10 Wita, Uskup Edu menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit itu. Khabar meninggalnya Uskup Edu itu, diterima dari Rm. Karolus Jande, Pr, di Jakarta.
Ditambahkannya, ketika sedang bergulat dengan penyakit jantung, Uskup Edu masih sempat meminta Vikjen membuat surat gembala tentang Pilkada Manggarai Timur. Dalam surat gembala itu Uskup meminta agar Pilkada Manggarai Timur dilaksanakan secara damai penuh kekeluargaan. Para pastor juga diminta tidak mendukung paket tertentu. Tugas penggembalaan para pastor, ialah memberikan pencerahan sesuai misi suci sebagai gembala.
"Meski sakit, beliau masih sempat minta saya buat surat gembala. Beberapa poin penting yang beliau sarankan agar Pilkada Manggarai Timur berjalan dalam semangat cinta kasihdan penuh damai," katanya.
Dia menyebutkan, selama ini Mgr. Edu hanya diketahui menderita penyakit gula, sehingga mendapat perawatan intensif baik di Jakarta muapun di luar negeri. Namun informasi yang diperoleh, adanya penyakit jantung itu sebagai akibat penyakit gula yang sejak lama dideritanya.
Rm. Laurens menyebutkan, jenazah almarhum akan tiba di Ruteng, Selasa (14/10/2008) dan disemayamamkan di Gereja Katedral Ruteng. Jenazah akan dimakamkan pada Jumat (17/10/2008). Selama disemayamkan, umat akan merayakan ekaristi kudus dan doa bersama untuk keselamatan Bapak Uskup. Selain itu diberi kesempatakan kepada keluarga Karot untuk berdoa atau kegiatan lain yang berkaitan dengan kematian Bapak Uskup itu.
"Keluarga memang menghendaki agar jenazah singgah sejenak di rumah keluarga di Karot. Tapi sesuai aturan gereja, Uskup Edu telah menjadi miliki SVD dan umat Manggarai, sehingga permintaan itu tidak dikabulkan. Keuskupan memberi kesempatan kepada keluarga selama disemayamkan di
Gereja Katedral," katanya. (lyn)

Detik-Detik Terakhir Uskup Ruteng

n Tanggal 8 Oktober 2008 Uskup Edu tiba di Jakarta, dalam perjalanan dari Roma
n Tanggal 10 Oktober 2008 Uskup Edu cek up di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta.
n Tanggal 13 Oktober 2008, pukul 2.45 Wita Rm. Karolus Jande, Pr, menelepon Vikjen Keuskupan
Ruteng, Rm. Laurens Sopang, Pr, menyampaikan bahwa Uskup Ruteng, Mgr. Eduardus Sangsun, SVD, dalam keadaan kritis.
n Pukul 3.05 Wita, Vikjen Keuskupan Ruteng menelepon Rm. Maksi Haber, Pr, meminta pertimbangan apakah boleh mengumumkan kepada seluruh umat di Keuskupan Ruteng untuk mendoakan Bapak Uskup Ruteng, Mgr. Eduardus Sangsung, SVD, yang sedang dalam kondisi kritis. Rm. Maks menyarankan agar menyampaikan kepada seluruh umat bahwa Uskup Ruteng sakit.
n Pukul 3.15 Wita, Rm. Karolus Jande, Pr, menelpon Rm. Maks, memberitahukan bahwa Bapak Uskup sudah meninggal lima menit yang lalu.

Sumber: Puspas Keuskupan Ruteng

Riwayat Hidup

Nama : Mgr. Eduardus Sangsun, SVD
Tempat/tanggal lahir : Karot/Ruteng, 14 Juni 1943
Pendidikan : SD Pagal/Ruteng 1949
SMP Seminari Kisol 1955-1958 (angkatan pertama)
SMA Seminari Yohanes Berchmans Toda Belu Mataloko 1958-1962
Novisiat SVD Seminari Tinggi Ledalero 1962-1964
Studi Filsafat di Seminari Tinggi St. Paulus-Ledalero 1964-1967
Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Seminari Kisol 1966-1967
Studi Teologi di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero 1968-1972
Tabisan Imam di Karot Ruteng 12 Juli 1972
Studi di Universitas Gregorian-Roma 1975-1978 Jurusan
Teologi Spritual
Kursus Bahasa Jerman di Staufen/Jerman Barat 1976

Pekerjaan
1973-1975 Perfek SMP Seminari Kisol
1978 Perfek SMA Seminari Kisol
1979-1982 Direktur Seminari Kisol
1983-1985 Rektor Skolastika SVD Malang dan menjadi dosen di STFK Widya Sasana Malang
25 Maret 1985 ditahbiskan menjadi Uskup Dioses Ruteng oleh uskup Agung Ende, Mgr. Donatus Djagom didampingi Uskup Kupang, Mgr. Gregorius Manteiro, SVD, Uskup Denpasar, Mgr. Vitalis Jebarus, SVD.
Moto tahbisan: Et Habitatet In Nobis. (Dan Ia Tinggal Diantara Kita,Red)

Sumber: Vikjen Keuskupan Ruteng

Nenabu Divonis 1,5 tahun, Nokas 1 Tahun

 


SOE, PK--Majelis Hakim Pengadilan Negeri SoE memvonis bersalah mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Drs. Marthen Nenabu, M.Pd, dengan hukuman 1,5 tahun penjara dalam kasus korupsi rehabilitasi situs bersejarah Sonaf Ajobaki senilai Rp 325 juta. Selain Nenabu, mantan Kasubdin Sarpen Dikbud TTS, Wellem E Nokas, S.Ip, juga divonis bersalah dengan hukuman satu tahun penjara dalam kasus yang sama.
Nenabu dan Nokas dinyatakan bersalah oleh majelis hakim karena terbukti bersalah melanggar pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain divonis masuk penjara, Nenabu diwajibkan membayar denda uang sebesar Rp 50 juta subsider empat bulan penjara.
Nokas juga diharuskan membayar denda Rp 50 juta subsider dua bulan penjara. Khusus untuk terdakwa Nenabu, majelis hakim mewajibkan membayar uang pengganti sebesar Rp 10 juta. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama satu bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. Bila terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut, maka dipidana penjara selama enam bulan.
Putusan kedua majelis hakim lebih ringan enam bulan dibandingkan tuntutan JPU Kejaksaan Negeri SoE. Dalam tuntutannya, JPU Kejari SoE menuntut Nenabu dengan hukuman dua tahun penjara dan Nokas dengan satu setengah tahun penjara.
Sidang dengan agenda pembacaan putusan terdakwa Nenabu dan terdakwa Nokas berlangsung dalam dua sesi. Sesi pertama, majelis hakim yang dipimpin Maurid Sinaga, S.H didampingi dua anggotanya, I Dewa Made Budi Watsara, S.H dan Cahyono Riza Adrianto, S.H membacakan putusan terdakwa mantan Kadis Dikbud TTS, Drs. Marthen Nenabu, M.Pd. Sesi kedua, majelis hakim yang dipimpin I Dewa Made Budi Watsara, S.H didampingi dua anggotanya Cahyono Riza Adrianto, S.H dan I Gede Astawa membacakan putusan terdakwa Wellem Nokas, S.Ip.
Hal-hal yang memberatkan terdakwa Nenabu dalam kasus ini, kata Sinaga, terdakwa memberikan keterangan yang berbelit-belit di persidangan dan tidak mengakui perbuatannya. Selain itu, perbuatan terdakwa tidak mendukung jalannya pembangunan khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan akan tetap sebaliknya menghambat pembangunan tersebut. "Terdakwa selaku Kadis Dikbud TTS tidak memberikan contoh atau teladan yang baik untuk bawahannya," ujar Sinaga.
Sementara itu hal-hal yang meringankan, lanjut Sinaga, terdakwa mempunyai tanggungan isteri dan anak yang masih sekolah. Terdakwa juga bersikap sopan dipersidangan dan sebelumnya tidak pernah dihukum.
Terhadap putusan tersebut, terdakwa Nenabu menyatakan pikir-pikir. Sementara itu terdakwa Nokas menyatakan menerima putusan majelis hakim. Sedangkan dua jaksa penuntut umum dalam kasus itu, yakni Ni Wayan Herawati, S.H dan Zulkipli, S.H menyatakan pikir-pikir. (aly)

Kasus Bunuh Diri di Waioti: Korban Dianiaya Oknum Polisi

MAUMERE, PK -- Andri Haryanto (24), yang ditemukan tewas tergantung di dapur rumah kostnya, Selasa (14/10/2008), sebelumnya telah dianiaya oleh Bripda Irvan Ashari, di rumah kost Irvan di wilayah Bronjong, Minggu (12/10/2008) malam. Setelah dianiaya Irvan, korban 'menghilang' hingga ditemukan telah menjadi mayat pada Selasa siang itu. Irvan adalah suami Rohma yang sudah menceraikan Rohma emat bulan lalu. Dalam dua bulan terakhir, Rohma menjalin hubungan asmara dengan korban.
Sementara di sejumlah tubuh korban ditemukan bekas-bekas dugaan penganiayaan. Bagian paha, badan dan lengan korban terdapat luka melepuh. Bahkan buah pelir korban membengkak, gigi korban rontok dan badannya bengkak-bengkak. Kondisi fisik korban ini diketahui keluarga ketika jenazah korban dimandikan di Perumnas, Selasa malam. Korban sudah dikuburkan, Selasa malam di Perkuburan Beru.
Rohma, pacar korban yang ditemui wartawan di rumah duka, Selasa (14/10/2008) tengah malam, mengungkapkan penganiayaan itu. Didampingi sejumlah keluarga korban, Rohma mengatakan, dia menikah dengan Irvan, anggota Samapta Polres Sikka sejak dua tahun lalu. Namun Rohma diceraikan Irvan sejak empat bulan lalu sehingga Rohma pulang ke rumah orangtuanya. Kemudian Rohma menjalin hubungan asmara dengan korban Andri, yang sudah dikenalnya lama.
Menurut Rohma, pada Minggu (12/10/2008) pagi, dia berada di rumah kos Andri di Waioti, dan sekitar pukul 22.00 Wita ada yang kirim SMS Rohma dan mengatakan, kamar kost suaminya dimasuki maling dan televisi dicuri. Karena itu, Rohma meminta korban mengantarnya ke kost Irvan. Korban mengantar Rohma dengan sepeda motor yang dipinjamnya.
"Setahu saya, Irvan ke Bima jadi saya minta Andri mengantar saya ke sana. Tapi sampai di sana ternyata Irvan sudah menunggu di depan rumah kostnya," kata Rohma.
Begitu turun dari sepeda motor, Irvan langsung memukul Rohma berkali-kali dan Andri tidak melerainya. "Irvan juga sempat menendang dada Andri sekali lalu memukul saya lagi. Untung teman polisi Irvan, Safrin datang dan melerai," kata Rohma.
Irvan juga menyita kunci sepeda motor dan sepeda motor yang dibawa Andri dan mengajak Andri dan dia berjalan kaki ke rumah keluarga Rohma, Paman Rido, yang dekat dengan rumah kost Irvan. Ketiganya berjalan kaki.
Sampai di rumah Paman Rido, Irvan meminta Rido membuat pertemuan keluarga Senin pagi untuk membicarakan persoalan rumah tangga Rohma dan Irvan. Malam itu juga, demikian Rohma, Irvan menyuruh korban menginap di rumah Topan, teman korban yang dekat dengan rumah paman Rido. Sementara Rohma disuruh menginap di rumah Paman Rido.
"Irvan baru pulang selang satu jam setelah kepulangan Andri. Itulah kali terakhir saya ketemu Andri. Saya baru ketemu Andri lagi ketika Andri sudah meninggal pada Selasa siang," kata Rohma yang mengaku tidak tahu apakah Andri pulang ke kostnya atau ke Topan. Karena handphone Rohma juga dirampas oleh Irvan pada malam itu.
Menurut Rohma, pada Senin (13/10/2008) pagi, keluarganya sudah berkumpul di rumah Paman Rido. Irvan juga datang, namun Andri tidak datang. Irvan lalu pamit untuk mencari Andri, namun berapa jam kemudian Irvan datang dan bilang tidak menemukan Andri.
"Kepada keluarga saya saat itu, Irvan mengatakan, dia menceraikan saya. Saya dan keluarga setuju karena memang selama ini Irvan sering memukuli saya. Kata cerai kepada saya juga sudah diungkapkan Irvan empat bulan lalu. Karena itu saya menyesal kenapa Irvan harus memukuli Andri yang tidak ada salah," kata Rohma.
Rohma menambahkan, dia kaget ketika melihat jenazah atau tubuh Andri saat dimandikan di rumah keluarga di Perumnas. "Kalau orang bunuh diri, masa tubuhnya bengkak, mulutnya berdarah terus, alat kelaminnya juga besar dan pahanya banyak luka melepuh, lidahnya tidak menjulur keluar dan matanya tidak membelalak. Saya heran," kata Rohma yang mengaku tidak mau mencurigai siapa-siapa dalam kematian Andri itu.
Hal senada disampaikan ayah angkat Andri, Anton Maliweti kepada wartawan di rumah duka. "Kematian Andri tidak wajar. Kami keluarga meminta polisi terus memroses kasus ini sampai tuntas," kata Anton.
Sulhan, salah seorang yang ikut memandikan jenazah Andri juga mengungkapkan adanya keganjilan yang terindikasi telah terjadi kekerasan sebelum Andri ditemukan tergantung.
Akan Ditindaklanjuti
Kapolres Sikka, AKBP Agus Suryatno yang dikonfirmasi via telepon genggamnya, Rabu (15/10/2008) siang, menegaskan, kematian korban murni bunuh diri. Hal ini didasarkan atas hasil visum dokter Kristin.
Meski demikian, Suryatno mengatakan, jika memang ada indikasi ada kekerasan sebelum korban meninggal dunia atau yang menyebabkan korban meninggal dunia dan ada keterlibatan anggota polisi maka pihaknya akan menindaklanjuti hal itu. Saksi-saksi masih akan dimintai keterangannya oleh penyidik Polres Sikka.
"Itu kan hanya informasi dan katanya. Tapi saya akan tindaklanjuti kasus itu. Masih dalam penyelidikan polisi," kata Suryatno. (vel)

Warga Waioti Tewas Tergantung di Dapur Kost

 
MAUMERE, PK -- Andre Haryanto (24), warga Kelurahan Waioti, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, ditemukan tewas dalam keadaan tergantung di dalam dapur rumah kostnya. Dugaan sementara, pemuda asal Jawa ini menggantung dirinya, namun belum diketahui apa penyebabnya. Andre ditemukan tergantung di kayu palang yang berada di tengah dapur rumah kost milik Furmen Sius, karyawan BRI Maumere.
Disaksikan wartawan, Selasa (14/10/2008), sekitar pukul 12.00 Wita, sejumlah aparat penyidik Polres Sikka dan ratusan masyarakat sudah memadati TKP yang berada di RT 02, Kelurahan Waioti itu. Tampak Kasat Reskrim Polres Sikka, Iptu Pasian Gultom, S.H dan Kanit 3 Reskrim, Aipda Siprianus Radja, juga ada di lokasi.
Korban ditemukan tewas tergantung menggunakan tali jemuran warna biru yang diikatkan di palang kayu di dalam dapur kostnya. Saat ditemukan oleh Hironimus Keo, tetangga kamarnya, korban mengenakan baju kaos leher bundar warna putih dan celana pendek warna kuning motif bunga-bunga.
Tali nilon yang terjerat di leher korban itu sangat kuat sehingga terdapat bekas di leher korban. Dari mulut korban terlihat keluar bercak warna merah yang diduga darah yang sudah kering. Ada juga bekas cairan yang telah kering berada di sepanjang kaki kiri bagian dalam korban. Diduga bekas cairan sperma korban. Korban juga nampak menggigit lidahnya, namun lidahnya tidak menjulur keluar. Saat ditemukan, kaki korban tidak menyentuh lantai.
Di dalam dapur yang berukuran sekitar 3 x 1,5 meter itu, tampak ada dua meja permanen yang dibuat semen berada di tempat berlainan. Di atas salah satu meja di dalam dapur itu ada sebuah kursi plastik warna merah tanpa sandaran. Diduga kursi itu yang dipakai korban untuk bisa naik dan mengikatkan tali untuk gantung diri ke kayu palang di atas dapur.
Dapur rumah kost itu letaknya terpisah di samping kamar kost-kostan dan jemuran. Tampak ada tali jemuran berwarna biru di samping kost itu terpotong. Tali itu sama dengan tali jemuran yang ada pada jeratan leher korban.
Hironimus, tetangga kamar korban mengatakan, sekitar pukul 11.00 Wita, dia hendak masuk ke dapur untuk mengambil magic com. Saat itu pintu dapur dalam keadaan tertutup dan diganjal dengan batu dari dalam. Ketika pintu itu dibuka, Hironimus kaget melihat korban tergantung.
Kejadian itu langsung dilaporkan ke polisi dan jenazah korban langsung diturunkan dan dimasukkan dalam kantong mayat warna kuning. Jenazah korban kemudian divisum di halaman samping kamar kost itu oleh dokter Kristin sekitar pukul 13.30 Wita. (vel)

Di TTS, 450 Hektar Hutan Lindung Terbakar

SOE, PK--Kawasan Hutan Lindung Koa seluas 450 hektar di Desa Mio, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) terbakar sejak Jumat (10/10/2008) hingga Minggu (12/10/2008). Belum diketahui penyebab kebakaran kawasan hutan lindung tersebut.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten TTS, Drs. Urias Sanam, yang dihubungi Pos Kupang di ruang kerjanya, Kamis (16/10/2008), mengatakan, 450 hektar kawasan hutan lindung yang terbakar merupakan calon lokasi proyek gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (Gerhan). Lima hektar berada pada lokasi reboisasi kayu merah tahun 2006 dan 45 hektar pada areal semak belukar, perdu dan bambu.
Sanam yang didampingi Kasubdin Pengelolaan dan Produksi Hutan, Pieter Fay, S.T, menjelaskan, api diduga berasal dari cekdam di Besipae, Jumat (10/10/2008) sekitar pukul 11.00 Wita. Melihat api tersebut, kata Sanam, warga setempat memadamkan kobaran api di hutan tersebut. Upaya itu berhasil memadamkan kobaran api.
Namun sekitar pukul 13.00 Wita, lanjut Sanam, kobaran api muncul lagi di salah satu lokasi kawasan hutan lindung tersebut. Akibat tiupan angin sehingga kobaran api tidak terkendali dan membias menghanguskan kawasan hutan lindung tersebut. Amukan si jago merah baru dapat dipadamkan warga setempat, Minggu (12/10/2008) sekitar pukul 15.00 Wita.
Akibat terbakar, kata Sanam, keanekaragam hayati di kawasan hutan lindung itu dipastikan punah. Tak hanya itu, lanjutnya, habitat marga satwa juga terganggu. Begitu pula dengan kesuburan areal yang terbakar akan berkurang.
Tentang korban jiwa saat kebakaran itu, Sanam mengatakan, hasil pantuan Dishutbun TTS tidak menemukan adanya korban jiwa. Pasalnya, kobaran api tidak sampai ke permukiman warga. "Posisi sekarang api sudah padam," ujarnya.
Mengenai tindakan Dishutbun TTS terhadap kawasan hutan yang terbakar itu, Sanam mengatakan, kawasan yang terbakar akan segera direhabiltasi. Proyek Gerhan 2008 ini, lanjutnya, salah satu lokasinya di Kawasan Hutan Lindung Koa seluas 400 hektar.
Ditanya keberhasilan penamanan anakan di lahan tersebut karena bekas terbakar, Sanam mengatakan, persoalan itu tidak masalah. Selama anakan dan pemeliharaannya baik, tanaman akan bertahan hidup hingga bertumbuh menjadi besar. (aly)

Duta Vatikan Pimpin Misa Penguburan Mgr. Edu

RUTENG, PK--Duta Besar Vatikan Untuk Indonesia, Mgr. Leopoldo Girelli, direncanakan akan memimpin misa penguburan Uskup Ruteng, Mgr. Eduardus Sangsun, SVD, Jumat (17/10/2008). Sementara pengkotbah Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsen Sensi, Pr. Misa konselebrasi bagi keselamatan arwah uskup yang memimpin Dioses Ruteng selama 23 tahun ini akan dihadiri ribuan umat dari tiga kabupaten dan undangan lainnya.
Vikaris Jendral (Vikjen) Keuskupan Ruteng, Rm. Laurens Sopang, Pr, menyampaikan hal itu saat dihubungi Pos Kupang di Ruteng, Kamis (16/10/2008). Menurut Rm Laurens, sebelum jenazah alm. Mgr. Edu Sangsun, SVD dikuburkan akan dirayakan misa arwah. Misa arwah sekaligus mendoakan keselamatan alm. Mgr. Edu juga untuk menghantar jenazah dikuburkan di teras halaman Gereja Katedral Ruteng. Misa dipimpin Duta Vatikan dengan pengkotbah Uskup Agung Ende, Mgr. Vinses Sensi, Pr. Sementara pemberkatan jenazah dan upacara penguburan akan dipimpin Uskup Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr.
Misa arwah, demikian Rm Vikjen, akan dihadiri umat dari tiga kabupaten, para imam, suster, biarawan-biarawati serta undangan lainnya dan keluarga alhmarhum.
Para uskup yang hadir yakni Uskup Maumere, Mgr. Kherubim Pareira, SVD, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, Uskup Larantuka, Mgr. Frans Kopong, Pr dan Administrator Keuskupan Denpasar.

Doakan Almarhum

Sejak almarhum disemayamkan di Gereja Katedral Ruteng banyak umat datang melayat dan mendoakan keselamatan arwah Uskup Ruteng, Mgr. Eduardus Sangsun, SVD. Umat yang melayat tidak hanya dari gereja Katolik, tetapi semua agama datang berdoa. Almarhum didoakan lintas agama.
Ketua Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Cabang Ruteng, I Gede Widiartha, mengatakan, kehadiran tokoh-tokoh agama mendoakan almarhum sebagai bentuk penghormatn terhadap seluruh kebajikan dan toleransi selama ini. Uskup Edu adalah tokoh teladan yang patut dicontohi terutama toleransi kehidupan beragama dan menjalin kerjasama yang baik. Bahkan memberi perlindungan kepada kelompok agama minoritas. Kebajikan itu menjadi tanda nyata dan saksi bagi kami. Karena itu kami turut berdukacita atas meninggalnya Uskup Edu.
Sementara Ketua MUI Cabang Ruteng, Haji Amir F Kelilauw, mengatakan, Uskup Edu adalah tokoh bukan saja milik kaum Katolik tetapi milik seluruh umat beragama di Manggarai. Karena itu kematian Uskup Edu adalah suatu kehilangan besar bagi kami.
"Bliau menjadi suri teladan dalam menjaga toleransi beragama. Toleransi beragama terpelihara dengan baik," katanya. (lyn)

Kasus Bunuh Diri di Maumere: Keluarga Sepakat Otopsi Jenazah Korban

MAUMERE, PK -- Keluarga korban Andri Haryanto telah sepakat untuk melakukan otopsi terhadap jenazah korban Andri untuk dapat mengungkapkan penyebab Andri meninggal. Keluarga juga menolak visum yang sudah dilakukan Dokter Kristin terhadap jenazah korban, Selasa (14/10/2008) lalu. Keluarga juga akan membuat laporan resmi kepada pihak kepolisian terkait kasus kematian Andri yang dinilai tidak wajar. Polisi dituntut bertindak profesional dalam mengusut kematian tersebut.
Demikian dikatakan Ketua Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) NTT, Meridian Dewanta Dado, S.H, selaku kuasa hukum keluarga korban serta Anis Wangge selaku wakil dari keluarga korban, kepada wartawan di Maumere, Jumat (17/10/2008) siang. Meridian mengatakan, keluarga korban Andri Haryanto dan Rohma telah memberikan kuasa untuk menangani kasus kematian Andri. Karena itu, dalam waktu dekat pihaknya akan melaporkan secara resmi kasus kematian Andri kepada pihak Polres Sikka untuk diproses hukum.
Pihaknya, kata Meridian, juga akan membuat pengaduan tertulis kepada pihak terkait lainnya, seperti Kapolda NTT, Kapolri, Komnas HAM agar turut terlibat dalam menangani kasus kematian Andri yang terindikasi mengalami kematian tidak wajar. "Upaya kami, kami akan meminta pihak Polres Sikka, sesuai kewenangannya untuk segera melakukan otopsi. Karena keluarga menilai kematian Andri tidak wajar dan ada indikasi telah terjadi tindak pidana, penganiayaan pada fisik Andri. Surat penolakan otopsi yang sebelumnya telah ditandatangani oleh Anton, ayah angkat korban, akan ditarik kembali. Berita acara yang dibuat Rohma beberapa waktu lalu juga akan ditarik," jelas Meridian.
Menurut Meridian, berdasarkan cerita kliennya, Rohma, kematian Andri ada indikasi keterlibatan oknum Polres Sikka, Bripda Irvan. Karena beberapa hari sebelum korban ditemukan tewas tergantung, korban sempat dianiaya oleh Irvan. Irvan patut disangka terlibat dalam kematian Korban. "Karena itu harus dilakukan tindakan penahanan terhadap Bripda Irvan supaya tidak terjadi penghilangan barang bukti," katanya.
Meridian menambahkan, keluarga juga menyatakan protes keras atas hasil visum Dokter Kristin terhadap jenazah korban yang telah memastikan korban bunuh diri murni.
Melihat dari fakta keadaan jenazah Andri, maka ada dugaan korban telah dianiaya sebelumnya oleh orang yang sangat dendam terhadap korban. Karena itu, agar suara sumbang tidak terjadi, maka harus dilakukan otopsi terhadap jenazah korban. "Kuburan korban harus dibongkar, harus dilakukan bedah mayat, otopsi terhadap jenazah korban agar penyebab kematiannya bisa terungkap," kata Meridian.
Hal senada disampaikan keluarga korban, Anis Wangge dan Thomas Aquino Parera, di tempat berbeda, Jumat (17/10/2008) siang. "Kami berharap polisi dapat bertindak profesional dalam menyelidiki kasus ini. Visum yang dilakukan Dokter Kristin adalah visum luar yang tidak dapat menentukan secara pasti bahwa korban meninggal karena bunuh diri murni. Untuk dapat mengetahui korban dibunuh atau bunuh diri harusnya dengan cara otopsi. Keluarga akan meminta polisi melakukan otopsi terhadap jenazah korban," kata Anis.
Anis juga berharap oknum polisi Bripda Irvan, yang diduga terkait dalam kasus kematian Andri bisa diamankan. Karena beberapa hari sebelumnya, Minggu (12/10/2008) malam, Bripda Irvan menganiaya korban dan sejak saat itu korban tidak pernah kelihatan lagi hingga ditemukan tewas tergantung di dapur rumah kostnya, Selasa (14/10/2008) siang.
Sementara Siflan Angi mengatakan, Dokter Kristin dan Kapolres Sikka, AKBP Agus Suryatno, terkesan latah dalam membuat kesimpulan hasil visum terhadap jenazah korban. "Yang bisa menentukan sebab matinya seorang itu, seperti sebab kematian Andri adalah dengan cara otopsi (visum dalam). Sementara visum yang dilakukan Dokter Kristin terhadap jenazah Andri adalah visum luar. Dan visum luar tidak bisa menentukan pasti apa penyebab kematian korban," kata Siflan.
Begitupun Kapolres Sikka, kata Siflan, juga ikut latah memastikan korban bunuh diri murni, tidak terjadi penganiayaan, hanya berdasarkan visum Dokter Kristin. "Saya nilai Dokter Kristin tidak profesional. Karena tahapan visum yang dilakukan terhadap jenazah korban baru visum luar, itu belum final. Karena visum luar belum bisa menentukan sebab kematian korban. Otopsi yang bisa menentukan penyebab kematian korban," kata Siflan.
Kapolres Sikka, AKBP Agus Suryatno, Kamis (16/10/2008) sore, menyatakan belum ada indikasi keterlibatan oknum polisi. Namun kasus ini masih terus diselidiki.
Untuk diketahui, Andri Haryanto (24), warga Kelurahan Waioti, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Selasa (14/10/2008), ditemukan tewas dalam keadaan tergantung di dalam dapur rumah kost-nya. (vel)

Ende Memilih

n 157.052 Pemilih Siap Coblos


ENDE, PK -- Masyarakat di Kabupaten Ende yang punya hak pilih pada Senin (13/10/2008) akan memilih pemimpinnya untuk masa tugas lima tahun ke depan. Sebanyak 157.052 pemilih di daerah itu siap mencoblos di 540 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di 20 kecamatan. Para pemilih diharapkan dapat menggunakan hak pilihnya secara benar sesuai hati nuraninya.
Menjelang hari H pencoblosan, pihak KPUD Kabupaten Ende kini sibuk mendroping surat suara ke KPPS dan TPS-TPS yang ada di kecamatan. Pendropingan surat suara dan kotak suara serta kelengkapan lainnya dikawal petugas kepolisian dan Polisi Pamong Paraja (Pol PP), serta aparat TNI.
Anggota KPUD Ende, Jamal Alhadad, yang ditemui di Sekretariat KPUD Ende, Kamis (9/10/2008) siang, mengatakan, pendropingan surat suara dan kotak suara diharapkan selesai sampai ke tangan KPPS pada Sabtu (11/10/2008), sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pencoblosan hari Senin (13/10/2008).
Ketua KPUD Kabupaten Ende, Fransiskus AR Senda, S.Sos, pada acara penutupan kampanye di Gedung Ine Pare-Ende, Kamis (9/10/2008) sore mengatakan, ada perubahan data jumlah pemilih dan jumlah TPS.
Sebelumnya data jumlah TPS di Kabupaten Ende sebanyak 451 TPS dengan jumlah pemilih sebanyak 156.879 pemilih. Tetapi, terdapat kekeliruan teknis karena petugas salah menjumlahkan total TPS dan jumlah pemilih. Data yang benar jumlah TPS 450 dan jumlah pemilih 157.052 orang.
"Saya menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan ini, dan ini cuma kesalahan teknis karena petugas kami keliru menjumlahkan TPS dan jumlah pemilih. Untuk selanjutnya kami harapkan semua pihak bisa menjaga kelancaran dan keamanan pelaksanaan pilkada supaya menghasilkan pemimpin Kabupaten Ende pilihan rakyat. Kepada tujuh paket calon Bupati dan Wakil Bupati Ende peserta pilkada kami harapkan bisa bersama-sama menjaga pelaksanaan Pilkada Kabupaten Ende agar bisa berjalan sesuai harapan bersama," kata Fransiskus.
Tujuh pasangan calon bupati dan calon wakil bupati yang bertarung dalam pilkada di Kabupaten Ende, yakni Silvester Djuma, S.H dan Drs. H.Muhamad H Djafar, MM (paket Mawar), diusung oleh Partai Demokrat, PPD, PPDI, PBB, PNI Marhaenis, PKPB, PBSI dan Partai Serikat Indonesia.
Pasangan calon Drs. Siprianus Reda Lio dan Titus M Tibo, S.H (paket Setia) dari calon perseorangan. Pasangan calon Drs. Don Bosco M Wangge, M.Si dan Drs. Achmad Mochdar (paket Doa) diusung oleh PDIP, PDK, PNBK, Partai Patriot Pancasila, PKS, PBR, PPP, PBSD, PPD, PNUI, Partai Pelopor, PSI dan PAN.
Pasangan calon Ir. Petrus Lengo dan Paulus Pase, S.H (paket Lengo-Pase) diusung PNI Marhaenisme, PKPI dan PDS. Pasangan calon Wilhelmus Wolo, S.H dan Drs. Albert Bhoka (paket Wolobhoka) calon perseorangan. Pasangan Ir. Marselinus YW Petu dan ir. Stefanus Tani Temu, M.Si (paket Petani) diusung Partai Golkar. Pasangan Ir. Yukundianus Lepa, M.Si dan Nur Aini AR Rodja, S.Pd (paket Dian) diusung PKB dan PPDI. (mar)

Tabel Data Pemilih Pilkada Ende:
-------------------------------------------------------------
Kecamatan TPS Jumlah Pemilih
-------------------------------------------------------------
Wewaria 42 TPS 10.019 pemilih
Ende 47 TPS 9.476 pemilih
Wolowaru 40 TPS 9.907 pemilih
Nangapanda 54 TPS 12.432 pemilih
Ndori 13 TPS 3.260 pemilih
Ndona Timur 12 TPS 3.007 pemilih
Lio Timur 17 TPS 4.254 pemilih
Wolojita 16 TPS 4.021 pemilih
Kelimutu 20 TPS 4.663 pemilih
Pulau Ende 15 TPS 5.018 pemilih
Ndona 32 TPS 8.101 pemilih
Detusko 39 TPS 8.941 pemilih
Maukaro 12 TPS 4.023 pemilih
Detukeli 19 TPS 3.849 pemilih
Ende Timur 25 TPS 11.587 pemilih
Kota Baru 26 TPS 6.534 pemilih
Maurole 20 TPS 6.174 pemilih
Ende Tengah 36 TPS 16.247 pemilih
Ende Selatan 30 TPS 14.215 pemilih
Ende Utara 25 TPS 11.324 pemilih
--------------------------------------------------------------
Total ! 540 TPS ! 157.052 Pemilih
--------------------------------------------------------------
Sumber: KPUD Ende

Rabu, 15 Oktober 2008

Pesta dan Musik

 

Oleh Kanis Jehola

PESTA sambut baru (penerimaan komuni pertama dalam Gereja Katolik) sepertinya menjadi tren baru bagi umat Katolik beberapa tahun belakangan ini. Hampir setiap anak yang menerima komuni pertama pasti akan dirayakan dengan pesta. Tak terkecuali, dia anak pejabat atau anak petani miskin. Semuanya berpesta, meski acaranya dalam skala kecil.
Biasanya jauh-jauh hari sebelum sang anak menerima komuni, orangtua anak sudah mulai menyiapkan segala sesuatu untuk kepentingan pesta anaknya. Orangtua anak, bahkan seluruh anggota keluarga, sibuk mengurusi berbagai persiapan menyambut penerimaan komuni pertama atau sambut baru anak. Persiapan mulai dari kegiatan pembinaan di gereja, persiapan sumbangan, dan sebagainya.
Juga persiapan di luar gereja, seperti persiapan biaya untuk keperluan pesta, ternak yang akan dikorbankan untuk pesta, serta berbagai kebutuhan lainnya untuk pesta.
Dari pengamatan dan pengalaman selama ini, persiapan untuk kepentingan pesta justru jauh lebih sibuk, lebih menguras tenaga, biaya dan pikiran daripada persiapan rohani untuk menerima komuni di gereja.
Meskipun biaya dan tenaga untuk kepentingan pesta sambut baru itu dinilai lumayan tinggi, namun hampir semua orangtua anak tidak melihat itu sebagai beban. Sambut baru tetap menjadi pesta, dipestakan secara besar-besaran. Bahkan kini dinilai sebagai kewajiban orangtua terhadap anak-anaknya.
Dengan pandangan itu, maka meskipun secara ekonomis pelaksanaan pesta sambut baru itu dinilai sebagai pemborosan, tapi semuanya diusahakan dengan senang hati dan lapang dada. Apalagi pesta ini berkaitan dengan urusan keagamaan, berkaitan dengan urusan dengan Tuhan.
Aspek positif dari pelaksanaan pesta ini ialah memacu semangat orangtua anak untuk menyiapkan biaya bagi kepentingan pesta anaknya. Sebab umumnya pelaksanaan pesta sambut baru anak itu tidak dilakukan serta merta atau mendadak. Sambut baru direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Tiga atau dua tahun sebelum anak sambut baru, orangtua anak sudah mulai merencanakan secara matang berbagai hal yang dibutuhkan saat anaknya menerima komuni pertama nanti.
Biasanya umat Katolik yang merasa diri berkemampuan cukup, sedang atau pas- pasan, dia sudah menyiapkan dana untuk kepentingan pesta itu sejak jauh-jauh hari, sehingga begitu sambut baru tiba dan pesta akan dilaksanakan, orangtua anak tidak lagi dipusingkan dengan urusan mencari biaya untuk kepentingan pesta. Orangtua anak tinggal mengurus berbagai kelengkapan lain yang diperlukan dalam pesta itu.
Memang sulit dipungkiri bahwa masih ada sisi kurang bagus dari sambut baru yang terlalu luar biasa dipestakan. Aspek buruk pertama -- meski dalam skala kecil --- masih ada orangtua anak yang latah berpesta. Artinya, dia merayakan pesta anaknya karena melihat orang lain berpesta. Celakanya, karena sikap latah itu, orangtua rela berhutang kepada pihak lain, misalnya dengan meminjam uang di koperasi atau di bank hanya untuk merayakan anaknya yang menerima komuni pertama.
Aspek buruk kedua ialah bahwa berpesta tidak bisa dilepaspisahkan dengan musik. Pesta dan musik ibarat sayur dan garam. Tidak ada pesta yang tidak ada musik. Pesta tanpa musik terasa sangat sepi dan hambar, ibarat sayur tanpa garam.
Nah, masalah yang muncul di sini bukan soal musiknya, tapi volume musiknya. Semua tahu, bunyi musik pada acara pesta itu terdengar hingar-bingar. Bunyi musik yang terkesan bising dan melampaui daya serap indra pendengar adalah kesan umum yang selalu terjadi pada setiap acara pesta. Meski merasa terganggu dan memekakkan telinga, tapi hampir semua orang memaklumi saja dan tidak ada yang protes.
Dalam konteks ini, hal penting yang perlu diperhatikan oleh mereka yang berpesta adalah membunyikan musik yang 'ramah lingkungan'. Walaupun selama ini bunyi musik keras itu belum mendapat protes dari masyarakat lingkungan sekitar, tapi keseimbangan bunyi musik itu hendaknya perlu mendapat perhatian dari mereka yang berpesta.
Ini penting selain untuk keseimbangan hubungan dengan masyarakat lingkungan sekitar, juga untuk menghindari terjadinya musibah seperti yang terjadi di Balauring Lembata.
Contoh yang baik telah dimulai di Kabupaten Sikka. Setiap pesta dibatasi waktunya. Kita mungkin perlu belajar dan mencontohi Sikka dalam hal ihwal pesta. *

Selasa, 07 Oktober 2008

Jumlah Pemilih di Ende 156.879 Jiwa

 

ENDE, PK -- Warga Kabupaten Ende yang memenuhi syarat sebagai pemilih dalam Pilkada sebanyak 156.879 jiwa. Mereka akan menggunakan hak politik dengan mencoblos pada Senin (13/10/2008) di 541 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di 20 kecamatan.
Ketua KPU Kabupaten Ende, Fransiskus AR Senda, S.Sos mengatakan hal ini pada acara tatap muka dengan unsur pemerintah, organisasi sosial politik, Panwaslu, pasangan calon bupati dan wakil bupati, tokoh agama, tokoh masyarakat dan unsur lainnya di aula Paroki Onekore-Ende, Selasa (7/10/2008). Acara itu digelar dalam rangka pemantapan pelaksanaan pilkada Kabupaten Ende. Turut hadir Kapolres Ende, AKBP Bambang Sugiarto.
"Jumlah TPS ini tersebar di 213 desa/kelurahan yang ada di 20 kecamatan di Kabupaten Ende. Jumlah pemilih sebanyak 156.879 pemilih ini merupakan peningkatan dari jumlah pemilih peserta pemilu gubernur dan wakil Gubernur NTT sebelumnya yang hanya sebanyak 153 ribu lebih pemilih," papar Senda.
Senda juga menjelaskan menyangkut tahapan pilkada Ende mulai dari awal sampai dengan pelaksanaan pencoblosan dan perhitungan surat suara. Kamis (9/10/2008) merupakan masa penutupan kampanye.
Dia mengatakan, saat ini di Sekretariat KPUD sedang dilakukan penyortiran surat suara dan diperkirakan akan selesai hari ini, Rabu (8/10/2008). Sedangkan pada tanggal 9 Oktober 2008 KPUD mulai mendistribusi surat suara ke KPPS di tingkat desa/kelurahan.
Senda yakin pendropingan surat suara akan berlangsung aman dan lancar karena dikawal pihak kepolisian dan TNI serta Pol PP.
"Kami yakin pelaksanaan pencoblosan akan berlangsung sesuai rencana karena surat suara sudah tiba di KPPS sebelum tanggal 13 Oktober 2008. Kecuali kalau ada pihak-pihak tertentu yang dengan sengaja mau menggagalkan pelaksanaan pilkada Ende, maka surat suara akan terlambat tiba di TPS atau KPPS," katanya.
Senda meminta semua pihak untuk membantu menyukseskan pelaksanaan pilkada dengan tidak berniat menggagalkan pelaksanaan pencoblosan pada tanggal 13 Oktober 2008 nanti sehingga pencoblosan bisa berjalan sesuai harapan masyarakat Ende. (mar)

Senin, 06 Oktober 2008

Kepala BRI Unit Marilonga Dicopot

ENDE, PK-- Kepala BRI Unit Marilonga-Ende, Berlian Agani, dicopot dari jabatannya dan ditarik kembali ke Kantor BRI Cabang Ende. Sejak Senin (6/10/2008), Kepala BRI Unit Marilonga-Ende dijabat Didi Muriadi. Pencopotan Kepala BRI Unit Marilonga-Ende diduga terkait kasus dugaan pembobolan uang di BRI Unit Marilonga tersebut oleh seorang staf bernama Ana Rambu Hiwa, Jumat (26/9/2008) lalu.
Demikian informasi yang dihimpun Pos Kupang di kantor BRI Unit Marilonga dan kantor BRI Cabang Ende, Senin (6/10/2008) siang. Belum diketahui apakah mantan Kepala BRI Unit Marilonga-Ende, Berlian Agani, mendapat jabatan baru atau nonjob di kantor BRI Cabang Ende.
Pantauan di kantor BRI Unit Marilonga-Ende, Senin (6/10/2008) siang, kantor bank itu dipenuhi nasabah. Para nasabah berjubel di depan teller. Teller di BRI Unit Marilonga-Ende yang melayani nasabah terlihat satu orang perempuan. Di BRI Unit Marilonga juga terlihat Asisten Manajer Bisnis BRI Cabang Ende, Alex Ganggung.
Informasi yang diperoleh menyebutkan, kehadiran Asisten Manajer Bisnis BRI Cabang Ende, Aleks Ganggung, dan seorang pejabat BRI Cabang Ende lainnya di kantor BRI Unit Marilonga untuk memantau dan mengecek apakah ada nasabah yang melakukan klaim karena merasa mendapat pelayanan yang keliru pada waktu-waktu yang lalu ketika dilayani oleh oknum staf bernama Ana Rambu Hiwa.
Asisten Manajer Bisnis BRI Cabang Ende, Alex Ganggung yang ditemui di kantor BRI Unit Marilonga-Ende, menolak memberi keterangan kepada wartawan. Alasannya, tidak diizinkan oleh atasannya, Kepala BRI Cabang Ende, Albert Wahyudi. "Kalau diizinkan oleh atasan, saya bisa memberi penjelasan mengenai kehadiran kami di BRI Unit Marilonga ini. Jadi, nanti dikonfirmasikan saja langsung kepada Kepala BRI Cabang Ende," kata Alex.
Sejumlah nasabah yang ditemui di kantor BRI Unit Marilonga-Ende, kepada wartawan mengatakan, tidak terlalu resah dengan peristiwa pembobolan bank tersebut. Yang penting uang mereka yang tertera dalam buku tabungan benar-benar ada di BRI. "Mungkin mereka yang uang dan buku tabungannya dititipkan pada pelaku yang merasa resah. Kami yang lain tidak terlalu resah," kata seorang nasabah yang menolak menyebutkan namanya.
Kepala BRI Cabang Ende, Albert Wahyudi, yang ditemui di ruang kerjanya, Senin (6/10/2008) siang, menolak memberi keterangan kepada wartawan. Ia berlasan, yang berhak memberi keterangan tentang kasus tersebut adalah Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) BRI Bali-Nusa Tenggara yang berkedudukan di Denpasar-Bali.
Ditanya wartawan, apakah hal itu bisa berarti pihaknya sengaja menyembunyikan kasus yang terjadi di bank tersebut dan sengaja mencuci tangan, Wahyudi juga menolak memberi keterangan. "Saya tidak bisa memberi keterangan. Ditanya apa saja tentang hal ini tetap saya tidak bisa menjelaskannya karena saya tidak berwenang," tegas Wahyudi.
Diberitakan sebelumnya, uang milik BRI Unit Marilonga-Ende diduga telah dibobol oleh staf bank tersebut bernama Ana Rambu Hiwa, sebesar Rp 500 juta lebih. Pembobolan uang itu diperkirakan telah terjadi sejak Jumat (26/9/2008).
Kini pelaku tidak berada di Kota Ende lagi dan diduga telah melarikan diri ke Pulau Jawa bersama suaminya. Selain bekerja sebagai staf BRI Unit Marilonga, Ana Rambu Hiwa bersama suaminya Tomi Djiu, memiliki usaha penjualan handphone (HP) dan pulsa di Jalan Kokos Raya Perumnas-Ende. Nama tempat usaha itu Hokky Cell. Tempat usaha tersebut juga dijadikan tempat tinggal mereka.
Kapolres Ende, AKBP Bambang Sugiarto ketika ditemui di ruang kerjanya di Mapolres Ende, Sabtu (4/10/2008) siang, mengatakan, total uang yang digelapkan oleh staf BRI Unit Marilonga-Ende bernama Ana Rambu Hiwa, mencapai Rp 1,5 miliar lebih. (mar)

Uang yang Digelapkan Mencapai Rp 1,5 M

ENDE, PK -- Staf kantor BRI Unit Marilonga-Ende, Ana Rambu Hiwa (sebelumnya ditulis berinisial A) sudah dimasukkan dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh Polres Ende. Dia kabur setelah membobol kas BRI tempat dia bekerja, menipu sejumlah nasabah serta menggelapkan uang milik warga yang totalnya diperkirakan mencapai Rp 1,5 miliar.
Sebelum kabur bersama suaminya dari rumah mereka di Jalan Kokos Raya, Kompleks Perumnas Ende, Sabtu (27/9/2008) pagi, Rambu Hiwa diduga mengambil uang Rp 400-an juta dari brankas BRI Unit Marilonga.
Selain itu, karyawati bank tersebut juga diduga sudah menipu banyak nasabah BRI Unit Marilonga, dengan membuat buku tabungan fiktif. Jumlah uang yang diperoleh melalui aksinya seperti ini juga mencapai ratusan juta rupiah.
Ada juga warga yang meminjamkan uangnya sebesar Rp 900-an juta kepada Rambu Hiwa dan belum dikembalikan. Diduga kuat, aksi penipuan dan penggelapan yang dilakukan wanita ini karena dililit utang.
Demikian penjelasan Kapolres Ende, AKBP Bambang Sugiarto menjawab wartawan di ruang kerjanya, Sabtu (4/10/2008) siang.
Kapolres Sugiarto menjelaskan, pihak kepolisian menduga kalau Rambu Hiwa sudah menipu sejumlah nasabah yang menitipkan uang mereka untuk ditabung di bank. Para nasabah ini, jelasnya, mungkin tidak suka antrean di kantor BRI Unit Marilonga sehingga menitip uang mereka pada Rambu Hiwa untuk ditabung. Namun uang titipan itu diduga dipakainya, tidak ditabung sesuai permintaan nasabah.
"Ada juga uang milik seorang warga bernama Meti Mawarni sebesar Rp 900-an juta yang dipinjam Ana Rambu Hiwa dan uang tersebut belum dikembalikan kepada orang itu. Ini belum termasuk orang-orang lain yang sempat memberi pinjaman uang mereka kepada pelaku tetapi belum menyampaikan laporan kepada polisi. Jadi jumlah uang yang digelapkan pelaku itu diperkirakan mencapai Rp 1,5 miliar," kata Kapolres Sugiarto.
Dia mengatakan bahwa polisi masih terus menyelidiki kasus ini. "Ana Rambu Hiwa sudah masuk DPO (daftar pencarian orang) dan polisi masih mencari tahu keberadaan dia dan suamia. Diperkirakan saat ini pelaku dan suaminya (Tomi Djiu) tidak berada di wilayah NTT. Suaminya berasal dari Bangka Belitung sedangkan Ana Rambu Hiwa itu berasal dari Waingapu. Kami sudah koordinasi dengan Polres Sumba Timur, saat ini yang bersangkutan tidak berada di Waingapu dan diperkirakan sudah lari ke Pulau Jawa," kata Sugiarto.
Dia menambahkan, polisi sudah mengambil keterangan dari Kepala BRI Unit Marilonga dan pembantu rumah Ana Rambu Hiwa bernama Mince.
"Untuk sementara motif kejahatan ini terkait masalah utang. Karena Ana Rambu Hiwa dan suaminya sesuai data sementara, memiliki banyak utang termasuk utang uang dari Meti Mawarni sebesar Rp 900-an juta yang belum dikembalikan itu. Kami terus menyelidiki dan mencari tahu keberadaan dua orang itu," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, BRI Unit Marilonga di Ende kebobolan Rp 0,5 miliar lebih. Bersamaan dengan itu, salah seorang staf di kantor tersebut, yakni Ana Rambu Hiwa diduga telah kabur dari Ende dan kini belum diketahui keberadaannya. Kepala Cabang BRI Ende, Albert Wahyudi sudah melapor ke Polres Ende.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang di Ende, menyebutkan, bobolnya kas BRI tersebut diduga terjadi pada Jumat (26/9/2008). Sehari sesudahnya, Sabtu (27/9/2008), salah seorang staf kantor BRI Unit Marilonga, yakni Rambu Hiwa berangkat keluar dari Ende bersama suaminya.
Sebelum berangkat, Rambu Hiwa sempat menyuruh pembantunya, Mince, membakar semua dokumen berupa buku tabungan dan slip penyetoran uang di bank. Mince mengaku membakar dokumen itu selama tiga hari namun belum juga habis. Dan sisanya berupa beberapa buku tabungan dan slip penyetoran uang di bank, sudah disita oleh polisi. (mar)