Senin, 10 November 2008

Dikubur Hari Ini: 4 Papanggang Hantar Mehang

WAINGAPU, PK---Empat orang papanggang (hamba) menghantar jenazah almarhum Umbu Mehang Kunda ke liang lahat. Sebelum itu, dilakukan upacara adat marapu pemakaman raja-raja Sumba. Upacara dengan pemotongan delapan ekor hewan yang terdiri dari empat ekor kerbau dan empat ekor kuda itu sebagai tanda penghormatan kepada almarhum yang adalah keturunan Raja Rende.
Pemakaman yang berlangsung hari ini, Senin (10/11/2008), di pemakaman keluarga Kampung Praiawang, Rende, Kecamatan Rindi, Sumba Timur, akan dihadiri Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs. Frans Lebu Raya, Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon Foenay, M.Si dan sejumlah bupati di antaranya Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang, Walikota Kupang, Drs. Daniel Adoe, Bupati Kupang, Drs. Ibrahim Agustinus Medah, dan beberapa undangan lain. Sementara dari DPP Partai Golkar hadir sejumlah pengurus inti yang dipimpin Viktor Bungtilu Laiskodat, SH.
Bupati Sumba Timur, Drs. Gidion Mbilijora, M.Si, yang dihubungi pertelepon, Minggu (9/11/2008), mengatakan, upacara pemakaman sepenuhnya diselenggarakan oleh keluarga, tapi pemerintah daerah tetap memfasilitasi, termasuk menerima dan melayani tamu-tamu pemerintah.
Minggu kemarin, kata Gidion, Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon Foenay, sudah berada di Waingapu sekaligus memimpin upacara renungan Hari Pahlawan. "Pak Esthon hadir sekaligus memimpin renungan suci Hari Pahlawan di Waingapu," kata Gidion.
Umbu Maramba Hau alias Umbu Maramba Meha yang ditemui di Rende, Minggu (9/10/2008), menjelaskan, sebelum dihantar ke liang lahat, dilakukan upacara dan doa persiapan di uma bokul (rumah besar) milik almarhum. Doa itu diawali dengan penikaman seekor babi dan lima ekor ayam. Pemotongan babi dan ayam dilakukan oleh ama bokol hama (pendeta marapu) dan hati babi akan dilihat untuk mengetahui apakah almarhum tidak marah terhadap sanak keluarga yang ditinggalkan. Jika almarhum marah, hati babi menunjukkan bekas atau tanda-tanda khusus. Jika hati babinya mulus pertanda almarhum 'pergi' dengan senang hati dan tidak meninggalkan amarah kepada sanak keluarga yang ditinggalkan.
Khusus lima ekor ayam masing-masing seekor untuk almarhum, seekor untuk umbu tamo (nenek almarhum yang nama marapunya digunakan almarhum), seekor untuk nenek moyang dalam kabisu yang telah meninggal, seekor untuk hambanya dan seekor untuk marapu (Tuhan).
Ayam itu, kata Umbu Maramba Hau, bisa betina semua, bisa jantan semua bisa juga campuran. Khusus untuk almarhum harus ayam berwarna merah. Tali perut ayam tersebut akan dilihat oleh ama bokol hama untuk mengetahui hati atau jiwa almarhum kepada keluarga yang ditinggalkan. Jika ada hal-hal yang tidak menyenangkan, tali perut ayam akan memberikan tanda-tanda khusus. Jika hati babi dan tali perut ayam terdapat tanda, babi dan ayam itu akan diganti. Jika yang diganti juga memberikan tanda khusus, akan dibuat upacara permohonan maaf lalu dilangsungkan upacara pemakaman, tapi doa khusus permohonan maaf itu akan dilakukan kemudian setelah pemakaman selesai.
Dijelaskan, untuk penurunan jenazah ke liang lahat hari ini, dipotong delapan ekor hewan, terdiri dari empat ekor kerbau dan empat ekor kuda. Untuk kerbau terdiri dari jantan kebiri dua ekor dan betina induk dua ekor, kuda jantan besar dua ekor dan betina induk dua ekor. Sampai masuk ke batu kubur dipotong lagi delapan ekor dengan jenis kelamin yang sama seperti saat penurunan jenazah dari uma bokul. Hewan itu dibuang begitu saja dan dipilih oleh masyarakat umum, sanak keluarga almarhum tidak boleh makan.
Pantauan Pos Kupang, rombongan adat sudah memadati rumah duka dengan membawa kain, mamoli, hewan berupa kerbau dan babi. Rombongan adat ini disuguhkan makan dan minum oleh anggota kabisu yang telah dibagi tugas masing-masing. Umbu Mehang Kunda meninggal 2 Agustus 2008 lalu. (gem/dea)

Tidak ada komentar: