Minggu, 30 November 2008

Usai Bunuh istri, Janus Robek Perutnya

MAUMERE, PK---Kasus pembunuhan dan usaha bunuh diri terjadi lagi di NTT. Di Dusun Ili, Desa Kokowahor, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Gaudensia Hermontina (43) tewas dibunuh suaminya, Finelius Fianus Finandy alias Janus (39), Senin (24/11/2008) pagi. Setelah membunuh istrinya, Janus mencoba bunuh diri merobek perutnya dengan parang yang digunakan membunuh istrinya. Dengan usus terburai, Janus dilarikan dan mendapat pertolongan tim medis di RSUD TC Hillers, Maumere.
Peristiwa sontak menggegerkan warga sekampung. Kejadian tragis ini terjadi di ruang tamu rumah keluarga korban, Veronika Ketik, disaksikan Stefania Dua Nona (14), anak sulung pasangan ini. Gaudensia tewas di tempat bersimbah darah. Sementara Janus yang sekarat dengan isi perut dan lemak terburai ke luar itu langsung dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD TC Hillers.
Janus yang sekarat dengan badan penuh luka tusuk dan irisan di bagian dada dan perutnya itu langsung ditolong oleh dr. Hendra dan dr. Stef serta dua perawat di UGD. Pada sekujur tubuh Janus terdapat luka-luka tikam di dada dan robek cukup besar di bagian perut. Janus tidak bisa berbicara, hanya merintih kesakitan sambil sesekali menarik nafas panjang. Karena kesulitan bernafas, tim medis memasang oksigen.
Sementara itu di tempat kejadian perkara (TKP), yakni di ruang tamu rumah Veronika Ketik (masih keluarga dengan Gaudensia), jasad Gaudensia terbaring kaku di lantai. Mata dan mulutnya terbuka, sebagian rambutnya tercabut. Darah segar menggenangi lantai ruang tamu. Darah juga terpercik di tembok ruang tamu berwarna putih itu.
Di ruang tamu itu juga tampak sebuah tempat tidur kosong, bekas dibaringkannya jenazah Maria Naeng (keluarga korban) yang baru dikuburkan beberapa hari sebelumnya. Tampak sejumlah aparat kepolisian dari Polsek dan Polres Sikka sedang mengolah TKP.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang di TKP menyebutkan, selama ini kondisi rumah tangga Janus dan Gaudensia kerap diwanai pertengkaran. Motif pertengkaran itu diduga karena Janus mencurigai istrinya memiliki pria idaman lain (PIL).
Pada Minggu (23/11/2008), Janus, Gaudensia dan warga Dusun Ili, 'mete' malam pertama di rumah Veronika Ketik, lantaran keluarga mereka, Maria Naeng, meninggal dunia. Saat kumpul di rumah Veronika itu, Fidelis (sepupu Gaundensia) menegur dan menasehati Janus agar tidak lagi memukuli Gaudensia. Sempat terjadi keributan saat itu, sehingga Fidelis diamankan aparat Polsek Kewapante.
Entah mengapa, Senin (24/11/2008) sekitar pukul 05.00 Wita, Janus mengamuk dan membacok kepala Gaudensia dengan sebilah parang di ruang tamu rumah Veronika Ketik. Kejadian itu disaksikan langsung oleh anak sulung mereka, Stefania Dua Nona (14). Setelah membacok istrinya dengan parang hingga tewas, Janus lalu menusuk dan merobek perutnya sendiri dengan menggunakan parang yang sama yang dipakai untuk menghabisi istrinya.
Aparat kepolisian masih menyelidiki kasus ini. "Kasus ini masih dalam penyelidikan polisi," kata Kanit Reskrim 3 Polres Sikka, Aiptu Siprianus Raja. (vel)

"Saya Tidak Bisa Tolong Mama..."

STEFANIA Dua Nona (14) tak bisa menyembunyikan kesedihannya ditinggal pergi mamanya, Gaundensia Hermontina. Kesedihan itu menjadi begitu mendalam karena dia yang menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya menghabisi mamanya tidak bisa membantu mamanya.
Stefania adalah anak sulung Finelius Finandy alias Janus membacok istrinya sendiri, Gaudensia Hermontina, hingga tewas. Ketika ditemui Pos Kupang, kemarin pagi sekitar pukul 08.30 Wita, Stefania dan dua adiknya, Eligius Ekaritus (12) dan Fortunatus Vesto (10), berada di rumah keluarganya, tak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP) di Dusun Ili, Desa Kokowahor, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka.
Stefania duduk di tanah di depan rumah keluarganya sambil menangis di pelukan tantenya, Theofila dan Maria G. Sedangkan dua adiknya Eligius (12) dan Fortunatus (10) hanya duduk termenung di depan pintu. Mungkin kedua adiknya belum terlalu paham akan kejadian tragis yang merenggut nyawa mama mereka.
Dengan menahan tangisnya, Stefania, murid kelas 2 SMP Kewapante itu menceritakan kejadian tragis yang disaksikan. Berikut penuturan Stefania.
Bapak dan mama sering bertengkar dan berkelahi setiap hari. Bapak selalu marah dan pukul mama karena bapak cemburu dengan mama. Kalau bapak sudah pukul mama, mama berteriak, menangis, tapi bapak tidak peduli. Tadi malam (Minggu 23/11/2008, Red) kami semua mete orang mati, malam pertama di rumah Tante Veronika Ketik, yang rumahnya ada di belakang rumah kami.
Tante saya, Maria Naeng meninggal dan tadi malam itu malam pertamanya. Semua keluarga ada di rumah duka. Adik saya, Eligius dan Fortunatus, tidur di rumah tante di seberang jalan. Saya dan nenek-nenek lain tidur di rumah duka. Sedangkan bapak dan mama tidur di rumah kami.
Tadi pagi sekitar pukul 05.00 Wita, saya dengar orang berteriak. Lalu saya bangun dan pergi keluar rumah. Saya lihat bapak dan mama bertengkar di belakang rumah kami. Bapak pukul-pukul mama punya kepala dengan alu. Mama lari masuk ke dalam rumah duka, lewat pintu belakang dan mama lari masuk ke ruang tamu. Terus bapak ambil parang dan kejar mama sampai ke ruang tamu. Saya juga ikut masuk ke ruang tamu.
Nenek-nenek di dalam rumah duka itu takut dan lari keluar rumah. Di dalam ruang tamu, saya lihat bapak potong mama punya kepala dengan parang sampai mama jatuh di lantai. Tapi mama tidak berteriak. Darah banyak sekali keluar, penuh di lantai.
Saya lihat mama jatuh di lantai, tapi masih bernafas. Bapak lalu keluar rumah lewat pintu depan ruang tamu. Saya langsung kunci pintu depan itu. Dari kaca jendela saya lihat di luar bapak ambil batu. Lalu bapak masuk lagi ke ruang tamu lewat pintu belakang. Kemudian bapak pukul mama punya kepala dengan batu dan parang. Waktu itu saya mau rampas parang dari bapak punya tangan, tapi tidak bisa. Tangan saya luka kena parang.
Waktu itu bapak hanya pukul mama saja. Bapak tidak pukul saya. Setelah itu bapak keluar rumah lagi. Di luar itu saya lihat bapak potong bapak punya perut dan dada sendiri dengan parang. Bapak masuk lagi ke dalam ruang tamu dan pukul mama lagi dengan batu. Bapak potong lagi bapak punya perut dan dada.
Saya takut lihat itu. Saya lari keluar rumah dan berteriak minta tolong. Saya sedih sekali lihat bapak buat mama begitu. Saya menyesal tidak bisa tolong mama saat itu. Mama ee..., saya minta maaf, saya tidak bisa tolong mama.
Bapak sudah bunuh kami punya mama. Sekarang kami tidak ada mama lagi. (novemy leo)

Tidak ada komentar: