Rabu, 05 Maret 2008

Dua pasien busung lapar meninggal

-----------------------------------------------------------------------------------------
Nama korban ! Usia ! Asal ! Meninggal
----------------------------------------------------------------------------------------
Dewi Henukh ! 13 bulan ! Desa Lidor ! 3/1/2008
Ribka Lette ! 2 bulan ! Oendui Situmori ! 18/2/2008
Linton Sui ! 3 tahun ! Desa Lidor ! 26/2/2008
Mikael Ukad ! 1 tahun ! Kelurahan Metina ! 4/3/2008
Natanael Leuwanan ! 15 bulan ! Tungganamo ! 3/3/2008
---------------------------------------------------------------------------------------
BA'A, PK--Setelah sebelumnya pada periode Januari-Februari 2008 tiga orang balita meninggal karena busung lapar, kini memasuki awal Maret 2008 dua pasien busung lapar meninggal lagi setelah dirawat selama sepekan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ba'a. Dengan demikian, sejak Januari hingga sekarang sebanyak lima balita meninggal karena busung lapar di Rote Ndao.
Kelima balita yang merupakan rujukan dari puskesmas tersebut, yakni Dewi Henukh, Ribka Lette, Linton Sui, Mikael Ukad, dan Natanael Leuwanan. Sementara sebelumnya pada tahun 2007 sebanyak 13 orang balita juga meninggal karena gizi buruk. Tahun lalu jumlah pasien gizi buruk sebanyak 138 anak serta gizi kurang sebanyak 940 orang balita. Kondisi ini jika tidak tangani secara cepat oleh pemerintah setempat, maka akan bertambah pada banyak kematian balita akibat gizi buruk di kabupaten terselatan Indonesia tersebut.
Seorang perawat yang enggan menyebutkan namanya ketika ditemui di bangsal anak RSUD Ba'a, mengakui korban Mikael Ukad (1 tahun), warga Kelurahan Metina, Kecamatan Lobalain meninggal, Selasa (4/3/2008), sedangkan Natanael Leuwanan pulang paksa, Senin (3/3/2008) lalu. Perawat ini tidak mengetahui jika Natanael juga sudah meninggal.
"Benar, Mikael sudah meninggal. Kami tidak dapat memberikan pertolongan saat maut menjemputnya karena sangat mendadak. Saat selesai kami memeriksa suhu tubuhnya tidak apa-apa, tapi setelah kami keluar ke ruangan lain anak tersebut sekarat sehingga kami tidak bisa menolongnya. Sedangkan Natanael atas permintaan keluarganya mereka pulang, padahal kami tidak mau. Namun mereka paksa sehingga dipulangkan. Dan, kalau dia sudah meninggal kami belum dapat kabar," kata perawat
itu.
Meninggalnya Natanael, warga Pantai Baru tersebut diinformasikan anggota DPRD Kabupaten Rote Ndao, Yap Malelak. "Anak itu meninggal dua hari yang lalu, Senin (3/3/2008)," kata Yap ketika dihubungi melalui handphone-nya, Rabu (5/3/2008) sore.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao, dr. Jonathan Lenggu, yang ditemui di kediamannya, Rabu (5/3/2008) sore, membenarkan informasi balita busung lapar yang meninggal tersebut. Namun, Lenggu mengakui baru menerima informasi balita busung lapar yang meninggal tersebut baru satu orang. "Informasi kemarin siang satu anak yang meninggal. Kalau sudah dua, nanti saya cek," kata Lenggu.
Diakui Lenggu, balita yang meninggal di RSUD Ba'a tersebut bukan hanya menderita busung lapar, namun juga diikuti sejumlah penyakit penyerta lain seperti mencret, TBC, panas dan beberapa penyakit lain. Karena itu, saat masuk rumah sakit jelas Lenggu, penanganan terhadap pasien-pasien penderita busung lapar tersebut diberikan perlakuan yang lain. "Banyak penyakit ikutan yang menyebabkan anak-anak menjadi busung lapar. Jadi, bukan hanya kekurangan makanan saja, tapi lingkungan juga sangat berpengaruh termasuk perilaku hidup yang kurang sehat di rumah, dan di lingkungan masyarakat," kata Lenggu.
Selain itu, ia juga mengakui, kondisi saat ini belum ada anggaran untuk penanganan balita gizi kurang dan gizi buruk. "Saat ini belum ada anggaran untuk penanganan balita gizi kurang dan gizi buruk. Bahkan, dana dari pemerintah propinsi dan pemerintah pusat juga belum ada, termasuk dari pemerintah kabupaten juga belum ada karena belum ada penetapan anggaran," kata Lenggu.
Diakui Lenggu, tahun anggaran 2008 Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao mengusulkan anggaran untuk penanganan makanan tambahan (PMT) senilai Rp 500 juta, namun belum ditetapkan. "Kita sudah usulkan Rp 500 juga, namun belum ditetapkan. Dan, dana ini untuk menangani PMT dengan jumlah anak yang ada tidak cukup," kata Lenggu yang mengaku lupa jumlah anak. (iva)
"Anak saya meninggal sangat mendadak"
TIDAK ada seorang pun yang tahu tentang kematiannya. Bahkan semua ingin ingin untuk hidup seribu tahun lagi. Namun, kuasa Tuhan berkata lain. Kematian, rezeki dan jodoh adalah hakNya. Tak satu pun makhluk yang dapat mengambil hak itu dari tanganNya kecuali mukzijat.
Itulah kata-kata bijak yang dapat menghibur keluarga Mikael Ukad, balita busung lapar warga Kelurahan Metina, Kecamatan Lobalain, Kota Ba'a yang meninggal saat berumur satu tahun pada 8 Maret mendatang.
Namun kematian bocah-bocah usia dini di Rote ini menyingkap banyak hal yang kasat mata, yakni kemiskinan yang masih mendera, pendidikan yang rendah, dan minimnya kesempatan kerja akibat kondisi politik dan ekonomi yang buruk. Rangkaian kondisi ini telah turut memberi andil dalam kematian bocah-bocah tak berdosa. Mereka meninggal sia-sia karena kondisi dan situasi ekonomi yang tidak kondusif di wilayah itu.
Mikael Ukad, putra ketiga anak pasangan Agustinus Ukad dan Ny. Ukad, sebelumnya ketika masih dirawat di RSUD dan dikunjungi Pos Kupang, Sabtu (1/3/2008) lalu, sudah sangat kritis kondisinya. Begitu juga kondisi Natanael. Dari tubuh mereka tampak tulang menonjol keluar, sementara perut mereka kembung dan kondisinya sangat kurus.
Mikael ketika diberi minum susu terus menangis dan muntah-muntah. Kondisinya belum mengalami perubahan saat masuk hingga menjalani perawatan di RSUD Ba'a walaupun dokter sudah memberikan pengobatan. "Kami sudah beberapa hari di rumah sakit tapi berat badannya juga belum naik, bahkan masih muntah-muntah dan mencret," kata ibunya ketika itu. Namun apa hendak dikata, setelah sepekan dirawat Mikael meninggal dalam keadaan tidak berdaya.
Di rumah duka, Ny. Ukad dan suaminya yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang kayu hanya bisa memandang putra ketiganya yang sudah terbujur kaku. Rumah yang berukuran sekitar 6 x 6 dengan dinding bebak, lantai semen dan atap seng yang sudah karatan tersebut dipenuhi sanak saudara. Tangisan pecah saat adik kandung ayah Ukad yang datang dari kampung. "Kenapa dia harus pergi cepat," sesal adik Agustinus yang juga warga asal Timor ini singkat sambil sesenggukan.
Suami istri ini semakin menderita ketika anak laki-laki kedua mereka, Bripda Jenry Ukad, tersandung masalah di Polres Rote Ndao karena penganiayaan sesama anggota polisi. "Anak kami laki-laki hanya dua orang, satu polisi dan tapi sekarang dia ditahan. Tadi dia datang lihat adiknya. Mereka hanya dua orang dan umur mereka jauh sekali. Kakaknya sudah 22 tahun dan Ukad baru satu tahun. Kami berharap punya dua putra. Dan, Tuhan mengizinkan itu, tapi saat ini dia diambil pulang. Mungkin Tuhan lebih sayang dia," kata Ny. Ukad sambil memandang putra bungsunya yang sedang terbujur kaku mengenakan pakaian putih-putih dengan rosario di tangan kirinya.
Ny. Ukad menuturkan, awalnya putranya terserang panas, kemudian mencret-mencet. Mereka lalu membawanya ke rumah sakit. Namun beberapa hari kemuduian dia meninggal. "Dia meninggal sangat mendadak. Beberapa hari dia sakit lalu meninggal. Memang badannya sering panas dingin setiap saat diikuti mencet. Karena itu kami tidak menyangka kalau dia meninggal," tambah Ny. Ukad.
Ia mengakui, anaknya sering dibawa ke posyandu setiap tanggal 27, namun tidak diberikan PMT, hanya diberi vitamin lalu pulang. "Kami tidak dikasih tahu kalau anak kami ini busung lapar atau gizi kurang. Anak kami hanya diberi vitamin tanpa PMT. Dan, waktu itu anak saya berat badannya 9 kg tapi saat sakit langsung drop 6,5 kg," akui Ny. Ukad.
Sementara Ny. Asnat Leuwanan, ibu dari Natanael, kepada wartawan sebelumnya di RSUD mengakui di kampungnnya jarang bidan desa datang ke pustu sehingga mereka kesulitan saat anak sakit. "Bidan desa jarang datang ke pustu sehingga kita kesulitan untuk membawa anak kita berobat. Apalagi PMT juga tidak ada sepanjang tahun ini," kata Ny. Asnat. (iva)

Tidak ada komentar: