Rabu, 12 Maret 2008

Puluhan ibu tuntut dana PKH

MAUMERE, PK--Puluhan ibu dan bayi di bawah lima tahun (balita) asal Desa Langir, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Rabu (13/2/2008) pagi, mendatangi Kantor Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sikka. Mereka menuntut Dinsos Sikka memberikan bantuan dana Program Keluarga Harapan (PKH) kepada mereka. Mereka mengaku tergolong keluarga miskin, namun tidak terdaftar sebagai penerima dana PKH di Desa Langir.
Disaksikan wartawan, Rabu (12/3/2008) pukul 10.30 Wita, sekitar 30 orang warga Desa Langir, yang terdiri dari kaum ibu dan balita sudah berada di halaman Kantor Dinsos Sikka. Sambil menggendong anak, mereka ingin berdialog dengan pihak dinsos. Namun hingga pukul 11.30 Wita, mereka tidak diizinkan berdialog. Koordinator warga, Yohanes Kasianus yang adalah mantan Kepala Desa (Kades) Langir diarahkan membuat laporan pengaduan kepada tim pengaduan PKH.
Kepada wartawan Yohanes menjelaskan, mereka menuntut Dinsos Sikka memberikan dana PKH kepada mereka karena mereka tergolong keluarga sangat miskin di desa itu. Yohanes menuturkan, mereka kaget ketika minggu lalu ada 103 kepala keluarga (KK) warga Desa Langir menerima dana PKH di Kantor Posindo Kecamatan Kangae, sementara mereka tidak dapat. "Kapan sosialisasi, kami tidak tahu, kami tidak didaftar padahal kami tergolong KK miskin. Kenapa di Desa Habi 600-an KK jadi penerima PKH, sementara di Desa Langir hanya 103 KK yang meneirma PKH," kata Yohanes.
Sementara Ibu Ayu mengaku, beberapa waktu lalu ia didatangi Kaur Desa Langir, Edmon dan Tince serta pendamping PKH, Yono. "Saya didatangi petugas dan didaftarkan nama saya. Di Dinsos Sikka nama saya ada tapi saat pencairan dana di pos, saya dikatakan tidak ada nama," kata Ayu.
Ketua UPPKH, Drs. Yatim Yahyah yang hendak dikonfirmasi, Rabu kemarin, enggan berkomentar. Saat itu Yahyah didampingi tim pengaduan PKH, Markus Kustandi dan Sekretaris PKH, Kasianus Keytimu. "Saya mau katakan bahwa saya sangat kecewa dengan wartawan. Siapa yang suruh wartawan liput kejadian di luar itu (kedatangan warga Langir ke dinsos, Red). Harusnya kamu ambil data dulu di sini baru liput diluar," kata Yatim dengan nada emosional. Ketika dimintai klarifikasinya tentang pengaduan warga Langir, Yatim enggan komentar. "Yang bisa berikan keterangan adalah atasan langsung saya," tegasnya.
Kelemahan pendamping
Pendamping PKH Kecamatan Talibura dan Waiblama, Leli Iriadi, Rabu siang mengakui kelemahan pendamping dalam pengambilan kebijakan untuk melakukan penabungan sebagian dana PKH warga di Koperasi Kredit (Kopdit) Obor Mas.
Didampingi Goris Gero, Leli menjelaskan, kebjiakan menyimpan sebagain dana PKH warga di Kopdit Obor Mas itu dilatarbelakangi adanya persoalan yang dilihat pendamping saat pencairan dana PKH hari pertama di Posindo Talibura. Saat itu, lanjutnya, terlihat sejumlah penerima dana ketika keluar dari pintu kantor posindo, mereka langsung disambut oleh pihak tertentu untuk membayar hutang mereka.
"Melihat hal itu kami sebagai pendamping merasa terpukul karena dengan kondisi itu, maka dana bantuan PKH tidak bisa dipergunakan sesuai peruntukkannya untuk peningkatan akses pendidikan dan kesehatan masyarakat," kata Leli.
Karena itu, demikian Leli, 12 pendamping PKH di Kecamatan Talibura dan Waiblama mengadakan pertemuan dan bersepakat agar sebagian dana PKH yang diterima warga harus diselamatkan dengan cara disimpan di salah satu kopdit. "Dua belas pendamping bersepakat sebagian dana PKH ditabung di Kopdit Obor Mas, sebagai kobdit terbaik di Sikka. Karena kami dengar infomasi bahwa sejumlah koperasi di sejumlah desa tidak berjalan lagi. Tidak ada maskud lain, selain untuk menyelamatkan dana PKH itu. Kebijakan ini adalah inisitaif pendamping," kata Leli.
Karena itu, tambah Leli, ia mendatangi Kopdit Obor Mas di Mauemre dan membicarakan hal itu lalu disetujui oleh Kopdit Obor Mas. Karena itu, pada hari kedua dan seterusnya, Kopdit Obor Mas dan dua kopdit lainnya, yakni Koperasi Mega Mangan Wailamun dan Koperasi Bangkoor 'membuka meja' di Kantor Posindo Talibura untuk menarik warga sebagai nasabah. Setiap pagi pihak koperasi memberikan sosialisasi kepada warga sebelum pencairan dana. Jadi, lanjutnya, tidak ada paksaan kepada warga untuk menabung.
Leli mengatakan, aksi protes sebagian warga penerima PKH yang mungkin tidak ikut sosialisasi itu terjadi karena kelemahan pendamping yang tidak melibatkan warga dalam pembahas mengenai menabung di Kopdit Obor Mas. "Itu kelemahan kami, kesepakatan pendamping tidak dibicarakan lebih dahulu dengan warga. Jadi, meski tujuan menabung itu baik, namun karena tidak dibicarakan lebih dahalu dengan warga sehingga timbul aksi warga itu," ujarnya.
Karena itu, demikian Leli, sebelum pencairan dana PKH tahap II, pihaknya terlebih dahulu bertemu kembali dengan warga penerima PKH untuk membicarakan tentang ditabugnya sebagain dana PKH di koperasi. "Kami akan bicarakan lagi dengan warga. Mereka boleh menabung sebagian dana PKH itu di koperasi mana saja yang mereka suka, tidak harus di Obor Mas. Tapi mereka harus menabunng," kata Leli.
Sebelumnya, kepada Pos Kupang, Senin (10/3/2008), Ketua Kopdit Obor Mas, Leonardus Fredyanto mengaku, pihaknya tidak serta merta datang ke Kantor Posindo Kecamatan Talibura untuk proses penabungan dana PKH milik penerima PKH.
"Tiga hari sebelum penerimaan dana PKH, kami didatangi koordinator di Kecamatan Talibura dan Waiblama, Ibu Leli yang menawarkan peluang bisnis kepada kami. Karena itu, kami menyambut baik tawaran itu dan pergi ke sana untuk menangkap peluang bisnis itu selama lima hari berturut-turut," kata Fredyanto.
Total nasabah yang ditarik Kopdit Obor Mas saat itu sebanyak 1.998 nasabah dengan total simpanan Rp 323.000.000,00 untuk simpanan dana pendidikan (sidandik). Bahkan pada Senin sore, 17 warga Waiblama secara sukarela datang ke Kopdit Obor Mas di Maumere dan menyimpan dananya sebesar Rp 1.700.000,00.
Menurut Fredyanto, setiap pagi sebelum pencairan dana PKH, pihaknya memberikan sosialisasi kepada msyarakat penerima PKH. Jika ada sejumlah warga Kecamatan Waiblama yang mengaku tidak menerima sosialisasi, Fredyanto menduga, hal itu karena saat sosialisasi pagi hari itu warga itu belum datang.
"Yang terpenting, pihak Obor Mas tidak memaksakan penerima PKH menabung di Obor Mas. Setelah warga menerima dana, mereka diarahkan oleh koordinatornya untuk menyimpan uang di koperasi yang sudah membuka meja di kantor pos itu," tegas Fredyanto. (vel)

Tidak ada komentar: