Rabu, 05 Maret 2008

Golkar pecah tiga kelompok

KUPANG, PK--Ada indikasi Partai Golkar Propinsi NTT pecah. Para pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I partai berlambang pohon beringin itu terpolarisasi dalam tiga kelompok berdasarkan figur bakal calon gubernur.
Kelompok pertama pendukung Drs. Ibrahim A Medah (Ketua DPD Partai Golkar NTT). Umumnya adalah pengurus harian, kader Golkar yang duduk di kursi DPRD NTT dan sejumlah Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Partai Golkar kabupaten/kota se-NTT.
Kelompok kedua pendukung Viktor Laiskodat, S.H (Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar NTT/anggota DPR RI). Viktor didukung beberapa pengurus harian dan ormas (organisasi masyarakat)/orsap (organisasi sayap), serta hampir separuh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Partai Golkar kabupaten/kota se-NTT.
Ketiga adalah kelompok yang pro Drs. Mell Adoe (Ketua DPRD Propinsi NTT). Beberapa pengurus dan wakil rakyat di DPRD NTT masuk dalam kelompok ketiga.
Merujuk ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Medah didukung Ketua Umum Partai Golkar, H. Jusuf Kalla, Viktor didukung Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar, Surya Paloh, Koordinator Partai Golkar Wilayah NTT, Enggar Lukito dan organisasi kepemudaan (ormas/orsap). Sedangkan Mell Adoe mendapat dukungan dari Ketua Harian Partai Golkar dan Ketua DPR RI, Agung Laksono. "Petanya seperti itu. Sekarang ini, yang menguat di DPP adalah Viktor dan Medah," kata sumber Pos Kupang di Partai Golkar NTT, Rabu (5/3/2008).
Sekretaris DPD Partai Golkar NTT, Cyrilus Bau Engo, yang dikonfrontir tentang konstelasi tersebut, membantahnya. "Yang terjadi hanya perbedaan pendapat. Tidak ada polemik atau perseteruan. Perbedaan pendapat itu lebih dikarenakan Golkar memiliki banyak kader. Apa yang disinyalir orang di luar Golkar itu keliru," kata Cyrilus kepada wartawan di ruang Komisi D DPRD NTT, Rabu (5/3/2008).
Ketua DPD Partai Golkar NTT, Drs. IA Medah, sebelumnya mengakui bahwa saat ini di tubuh Partai Golkar NTT terdapat beberapa kelompok mendukung jago masing-masing. "Itu natural. Tidak ada masalah karena sifatnya hanya sementara. Saya yakin setelah ada penetapan calon akan kompak kembali. Bagi yang tidak kompak dikenakan sanksi," kata Medah, saat di temui di Kantor Bupati Kupang, Selasa (4/3/2008).
Cyrilus menegaskan, siapapun yang ditetapkan menjadi calon gubernur dari Partai Golkar, maka harus didukung semua kader Golkar. Pada bagian lain pembicaraannya, Cyrilus membantah kabar bahwa Partai Golkar tidak memiliki calon gubernur dan wakil gubernur untuk diusung dalam Pemilu Gubernur NTT. "Golkar pasti punya paket," tegasnya.
Konvensi segera dilakukan
Ditemui terpisah, Wakil Ketua I DPD II Golkar Kota Kupang, Rudyanto Tonubessi, S.Pd, mengharapkan agar konvensi untuk menetapkan calon gubernur dan wakil gubernur, segera dilaksanakan. Jika terlambat terus, maka Golkar dirugikan.
Apa persiapan DPD II Kota Kupang terkait pelaksanaan konvensi? "Secara organisatoris, Golkar Kota Kupang praktis tidak berjalan lagi sejak rekruitmen calon walikota dan Wakil Walikota Kupang tahun lalu. Saat itu mekanisme partai tidak jalan, keputusan diambil berdasarkan kehendak kelompok tertentu. Karena itu saya mendukung langkah-langkah DPP dan DPD I untuk melaksanakan secara baik mekanisme pencalonan, penetapan hingga pengesahan cagub dan cawagub Golkar. Mungkin waktunya yang perlu dipercepat," jawab Rudy.
Pengamat politik dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Drs. Jusuf Kuahaty, SU, mengatakan, penentuan calon gubernur dan wakil gubernur lewat konvensi adalah langkah demokratis yang dilakukan Partai Golkar.
"Golkar mempelopori konvensi untuk mencari siapa kader terbaik dan yang diinginkan rakyat untuk menjadi pemimpin. Mekanisme rekruitmen itu membuat semua orang siap tampil. Cuma dalam praktiknya, konvensi hanya basa basi atau formalitas. Konvensi hanya untuk melegitimasi kader Golkar yang duduk dalam struktur organisasi. Partai Golkar terjebak dalam pilihan politik yang memberi prioritas pada pengurus partai. Manakala pengurus partai menghadapi masalah/kurang mendapat respon masyarakat, Golkar akan kewalahan sendiri. Saya kira inilah persoalannya, sehingga Golkar sulit menentukan paket," kata Kuahaty.
Pengamat politik dari Undana lainnya, Drs. David Pandie, MS, mengharapkan agar Partai Golkar maupun partai lainnya segera memroses dan menetapkan calon gubernur dan wakil gubernurnya. Dengan begitu, warga (pemilih) punya waktu yang cukup untuk mengenal calon sehingga pada saat pemilihan nanti dapat memberikan suara berdasarkan pertimbangan yang rasional dan obyektif.
"Keterlambatan penetapan calon oleh partai-partai politik dalam istilah saya seperti membawa masyarakat ke arena pasar gelap. Pada saat pemilihan warga yang punya hak pilih memilih calon yang tidak dikenal dengan baik. Tentu saja hal ini merugikan karena kita menginginkan pemimpin yang dipilih nanti adalah betul-betul sesuai dengan harapan masyarakat banyak," kata Pandie, Selasa (4/3/2008) (aca/dar)

Tidak ada komentar: