Rabu, 12 Maret 2008

Kasus busung lapar di NTT sejak 2005

Edisi 9 Maret 2005
26 Mei 2005: Pemprop NTT mengadakan rapat koordinasi di Kupang, bekerja sama dengan Care International Indonesia (CII). Dalam rapat itu terungkap bahwa ribuan anak berumur di bawah lima tahun, antara lain di Alor, Belu, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah Utara, mengalami gangguan gizi akut dan kronis yang mengarah kepada marasmus yang diduga akibat krisis pangan. Menurut Tony Bengu dari CII, yang melakukan survei terhadap lebih dari 2.000 anak balita di tiga kecamatan di TTU, sebanyak 400 balita di antaranya menderita gizi buruk. Bahkan dua orang telah meninggal.
6 Juni 2005: Kepala Dinas Kesehatan NTT Stef Bria Seran mengungkapkan, dari 463.370 anak balita di provinsi itu, 66.685 orang di antaranya mengalami gangguan gizi. Rinciannya, anak yang mengalami kurang gizi 55.543 orang, gizi buruk 11.015 orang, marasmus 122 orang, dan yang menderita kwasiorkor lima orang. Dua anak balita dilaporkan meninggal akibat gizi buruk di Sumba Timur. Lima anak balita meninggal akibat gizi buruk, yaitu tiga di Sumba Timur, dua di Timor Tengah Utara.
9 Juni 2005: Menurut keterangan beberapa instansi dan pihak terkait di Kupang, ada 242 penderita busung lapar. Korban meninggal menjadi 15 orang. Keterangan itu juga menyebutkan, jumlah penderita gangguan gizi telah mencapai 66.833 anak balita dengan rincian kurang gizi 55.543 anak, gizi buruk akut 11.048 anak, dan busung lapar 242 anak. Menurut Kepala Dinas Kesehatan NTT, Stef Bira Seran, total penderita yang dirawat di berbagai daerah 272 pasien.
13 Juni 2005: Istri Wapres Yusuf Kalla, Ny. Nufidah Kalla berkunjung ke Kupang. Pada saat itu Direktur RSU WZ Johannes Kupang dr. Hein Mooy melaporkan, ada tujuh anak balita meninggal dari 41 pasien busung lapar yang dirawat selama Januari-Juni 2005.
16 Juni 2005: Kepala Dinas Kesehatan NTT Stef Bria Seran menyampaikan, jumlah anak balita yang menderita gizi buruk menjadi 78.809 orang: 67.067 anak kurang gizi, 11.440 anak gizi buruk, dan 302 anak busung lapar.
18 Juni 2005: Menko Kesra Alwi Shihab menggelar rapat koordinasi di Kupang. Dalam rapat itu terungkap jumlah anak yang kurang gizi di NTT mencapai 67.067 orang, gizi buruk 11.440 orang, busung lapar 302 orang, dan korban meninggal 14 orang, yaitu dua orang di Belu, dua orang di TTS, lima orang di TTU, satu orang di Manggarai Barat, tiga orang di Sumba Timur, tiga orang di Rote Ndao.
23 Juni 2005: Lizete S Mariano mengungkapkan bahwa Rumah Sakit Umum WZ Johannes Kupang menolak memberikan pelayanan gratis kepada dua anak balita penderita busung lapar karena orangtuanya tidak memiliki kartu identitas sebagai keluarga miskin. Dua anak itu adalah Ina Kii (9 bulan), dan Victor da Costa (2 tahun), warga Tuapukan, Kabupaten Kupang. Mariano adalah relawan yang mendampingi kedua anak tersebut.
12 Juli 2005: Kepala Dinas Kesehatan NTT, Stef Bria Seran, menyampaikan bahwa total korban busung lapar di NTT mencapai 35 orang. Dia menemukan 85.604 penderita gizi kurang, 12.925 gizi buruk, serta 451 anak balita busung lapar.
1 Agustus 2005: Penderita gizi buruk dan busung lapar di NTT mendapat bantuan dari Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) senilai Rp 20 juta. Bantuan dalam bentuk barang itu diserahkan Frans Sarong mewakili Kompas/DKK dan diterima Gubernur NTT Piet A Tallo.
29 Agustus 2005: Kepala Dinas Kesehatan NTT, dr. Stef Bria Seran mengakui korban meninggal akibat gizi buruk dan busung lapar di NTT menjadi 46 orang. Masih 13.766 balita gizi buruk dan 478 anak busung lapar yang perlu ditangani serius.
18 November 2005: Wakil Presiden Jusuf Kalla mencanangkan Program Peningkatan Produksi Pertanian di NTT, yang dipusatkan di Desa Tesabela, Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Program ini antara lain untuk mengentaskan kasus busung lapar di NTT. Sekitar 52 anak balita dilaporkan meninggal akibat busung lapar.
16 Desember 2005: Anggota Komisi V DPR RI berdialog dengan para pejabat pemerintahan Kabupaten Belu di rumah dinas Bupati Belu. Pada saat itu tersiar kabar tujuh anak setempat menderita gizi buruk. Bahkan, empat penderita di antaranya mengalami busung lapar.
14 Februari 2006: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata dr Jonny Laoh mengungkapkan, sejak Januari 2006, terdapat 206 balita gizi buruk, 2.000 balita kurang gizi di Kabupaten Lembata. Tiga balita masih dirawat intensif di rumah sakit setempat sejak 4 Februari 2006.
27 Februari 2006: Kepala Dinas Kesehatan Ngada, dr. Valens Sili Tupen, MKM mengungkap 4.015 balita gizi buruk di Kabupaten Ngada. Untuk menanggulangi masalah tersebut pemerintah mengalokasi dana Rp 2 miliar untuk membeli makanan tambahan.
17 Juli 2006: Kepala Dinas Kesehatan NTT dr Stef Bria Seran menyatakan sejak tahun 2005 ada 70 anak balita meninggal dunia akibat busung lapar. Kasus anak balita gizi buruk dengan kelainan klinis marasmus dan kwashiorkhor menimpa 559 orang, sedangkan kasus gizi buruk tanpa kelainan klinis tercatat 17.161 orang.
26 Juli 2006: Kepala Ruang Perawatan Anak RSUD Prof Dr Johannes Kupang, Inay Pattipelohy, menyampaikan sejak Januari 2006 rumah sakit itu menampung 91 pasien gizi buruk, 12 di antaranya meninggal dunia dan lainnya selamat. Empat pasien gizi buruk masih dirawat. Sebagian besar pasien dibawa pihak keluarga ke RSUD dalam keadaan parah.
Januari - Juni 2007: Sebanyak 1.178 balita (6,2%) dari total 17.782 balita yang ditimbang di posyandu Kabupaten TTU diindetifikasi mengalami gizi buruk. Sedangkan 6.583 (34,8%) balita mengalami gizi kurang, 10.008 (52,9%) balita menyandang status gizi baik dan sisanya 13 orang (0,07%) balita menyandang status gizi lebih.
10 September 2007: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTU, Mikhael Suri mengungkapkan, dari 1.178 balita yang mengalami gizi buruk, tercatat 23 balita menderita marasmus dan sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu.
Tiga balita di antaranya telah meninggal dunia.
10 September 2007: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, Markus Ng Righuta mengatakan, hingga Juni 2007, tercatat 24.348 balita bergizi baik, 14.072 balita bergizi kurang, dan 2.471 balita menderita gizi buruk di TTS. Mereka menderita kurang gizi dan gizi buruk karena persediaan pangan masyarakat yang kian menipis, karena kekeringan selama musim kemarau.
Januari - 19 November 2007: Sebanyak 99 pasien gizi buruk dirawat di RSU Kupang. Tercatat 16 di antaranya meninggal dunia;sembilan orang karena komplikasi diare dan gizi buruk, dua orang karena komplikasi dengan bronco pneumonia dan empat orang lainnya karena gizi buruk.
Januari 2008: Empat balita gizi buruk ditemukan tim Dinas Kesehatan (Dinkes) TTU setelah melacak di sejumlah desa. Empat balita itu adalah Stanislaus Oki (9 bulan) dan Ade Santoriodesan Musi (25 bulan), Fabianus Ton (8 bulan) dan Eduard Telis Abi (1 tahun 3 bulan).
6 Maret 2008: Wakil Bupati, Bernad Pelle, menetapkan KLB kasus gizi buruk di Rote Ndao, setelah mendengar penjelasan dari Kepala Dinas Kesehatan (Kadis) Rote Ndao, dr. Jonathan Lenggu bahwa pada tahun 2008 kasus ini menyerang 144 anak dari tahun sebelumnya 138 anak.
Januari - Maret 2008: Lima balita di Rote Ndao meninggal karena gizi buruk, yaitu Dewi Henukh (13 bulan) meninggal 3 Januari 2008, Ribka Lette (2 bulan) meninggal 18 Februari 2008, Linton Sui (tiga tahun) meninggal 26 Februari 2008, Mikhael Ukad (1 tahun) meninggal 4 Maret 2008 dan Natanael Leuwanan (15 bulan) meninggal 3 Maret 2008.
================================
Sumber: Dokumentasi Pos Kupang/ati

Tidak ada komentar: