Rabu, 12 Maret 2008

Satu tahun PMT tidak jalan

Edisi 12 Maret 2008

BA'A, PK--Selama tahun 2007 pemberian makanan tambahan (PMT) bagi penderita gizi buruk dan gizi kurang di Posyandu Bogenfil, RT 13/RW 5, Kelurahan Metina tidak jalan, termasuk PMT bulan Januari-Maret 2008. Para kader posyandu hanya melakukan aktivitas penimbangan, termasuk memberikan vitamin A namun hanya untuk dua bulan, yakni Februari dan Agustus termasuk pemberian PMT tahun 2007 untuk bulan Agustus-September.
Hal itu disampaikan kader Posyandu, Ny. Petronela Mandala (59) kepada Pos Kupang ketika ditemui di Kota Ba'a, Senin (10/3/2008). Ia menyebutkan, di Posyandu Bogenfil tahun 2007 lima anak yang menderita gizi buruk dan tujuh anak menderita gizi kurang hingga tahun 2008.
Terhadap anak-anak yang menderita gizi buruk dan gizi kurang, termasuk Ivan Henukh (1,1 tahun) penderita marasmur kwaskior, Kartika Selak (2 tahun) gizi buruk di RT itu, juga mendapat PMT namun hanya berjalan dua kali dalam setahun, sementara tahun 2008 tidak ada PMT.
"Setiap bulan tanggal 21 posyandu tetap jalan. Lebih banyak aktivitas menimbang berat badan anak. Sedangkan untuk PMT tahun 2007 lalu saya dikasih kacang hijau dua kilogram, gula dan susu dancow satu bungkus ukuran 200 gram. Makan yang dikasih itu saya masuk untuk dua kali dalam bulan selama bulan Agustus-September 2007, sementara 2008 tidak ada. Bahkan, gula karena kurang saya pakai gula saya untuk tambah biar kacangnya agak manis. Dan, ini untuk makan 100 lebih anak. Sedangkan vitaman A dikasih hanya dua bulan yakni Februari dan Agustus 2007," kata Petronela.
Ia mengakui, sempat sekali mendapat biskut yang ia lupa mereknya untuk dibagikan kepada anak-anak, terutama anak-anak yang menderita gizi buruk dan gizi kurang. "Saya lupa bulan berapa tapi tahun 2007 kami dikasih biskuit tapi biskuit itu hampir kadaluarsa. Kami bagi ke anak-anak, dan yang mendapat lebih banyak adalah yang gizi buruk," tambahnya.
Ditanya soal penanganan terhadap lima penderita gizi buruk di Posyandu yang ditanganinya, Petronela mengakui, pihaknya selalu memberikan arahan agar anak-anak dibawa ke rumah sakit, namun orang tua dari para balita gizi buruk itu tidak mau membawanya.
"Kalau mereka tidak mau, itu ada alasan karena ekonomi mereka morat marit. Walau biaya rumah sakit gratis, namun untuk orang tua yang menjaga anak itu harus makan. Bayangkan, kalau orang tua harus pulang rumah sementara untuk pulang rumah harus bayar ojek atau bemo yang sehari Rp 10 ribu. Di mana uang mereka. Untuk makan saja susah apalagi mau bayar kendaraan. Apalagi, tiap hari mereka kerja belum tentu dapat uang Rp 5 ribu," kata Petronela.
Mengenai bidan, Petronela mengakui bidan di Posyandunya selalu turun saat posyandu berjalan. "Bidan selalu ada saat kami mulai posyandu setiap bulan tanggal 21," ujarnya.
Informasi yang dihimpur Pos Kupang di Kota Ba'a, di Kelurahan Metina masih ada beberapa penderita gizi buruk di RT/RW 13-14/5. Namun, orang tua dari pasien penderita gizi buruk enggan membawa anak mereka untuk berobat. "Sempat terjadi perkelahian dan ada ancaman saling potong kalau anak-anak mereka dibawa ke puskesmas atau rumah sakit. Di Rote orang malu kalau bilang busung lapar," kata sumber Pos Kupang di Kota Ba'a.
Pantauan Pos Kupang, Senin (10/3/2008) di RSUD tiga pasien penderita gizi buruk dan gizi kurang sudah mulai membaik. Terutama fisik Ivan Henuk, termasuk sangat cepat respek terhadap formula 75 yang diberikan petugas setempat.
Nampak Ivan sudah bisa tertawa dari hari-hari sebelumnya ketika berada di rumah yang hanya bisa menangis. Wajah Ivan sudah cerah. "Ivan termasuk cepat mengalami perubahan," kata Direktur RSUD Ba'a, dr. Delly Pasande, M.Mr, didampingi dr. Siska selaku dokter anak di rumah sakit itu.
Drop bantuan
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rote Ndao pada Selasa (11/3/2008) mendroping bantuan makanan kepada sejumlah anak di Kecamatan Rote Tengah (Roteng) dan Ndao Nuse, Kecamatan
Rote Barat. Pendistribusian bantuan ke kedua kecamatan dengan jumlah penderita gizi buruk sembilan orang dan gizi kurang 30-an orang langsung diantar oleh Wakil Bupati Rote Ndao, Bernad Pelle, S.Ip, didampingi Kadis Kesehatan, dr. Jonathan Lenggu dan sejumlah staf.
Bantuan yang diserahkan itu berupa beras, susu manis, minyak goreng dan telur ayam untuk dikonsumsi selama tujuh hari dengan asupan per hari untuk satu orang anak 1/2 kg beras, tiga butir telur ayam ras, 37 cc minyak goreng dan susu tiga gelas per hari.
Sementara permintaan agar pemberian makanan tambahan itu disertai kacang hijau, namun tidak dapat dilayani karena stok kacang hijau di Rote kosong. "Kami mencari kacang hijau di Rote, tapi stok kosong karena itu kami memesan ke Jakarta. Untuk makanan baru dipersiapkan untuk tujuh hari karena stok di toko juga terbatas,"kata Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kabupaten Rote Ndao, dr. Jonathan Lenggu kepada wartawan, Selasa (11/3/2008), sebelum berangkat menyerahkan bantuan.
Menurutnya, pemberian makanan tambahan tersebut akan berlangsung selama tiga bulan, namun langkah awal diberikan sebulan khusus anak-anak yang mengalami gizi buruk, mengingat stok makanan di Rote terbatas. Anak-anak yang mengalami gizi buruk disertai dengan penyakit penyerta atau kelainan klinis lainnya maka pemerintah melalui bidan desa, puskesmas akan membawa anak tersebut langsung ke rumah sakit untuk diberikan
pengobatan."Saat ini kita mengambil langkah darurat untuk memberikan bantuan selama seminggu mengatasi secara cepat anak-anak gizi buruk. Sedangkan untuk kelanjutan bantuan itu akan diserahkan oleh petugas kesehatan selama tiga bulan," kata Lenggu.
Ia menjelaskan, untuk anggaran khusus penanganan gizi buruk, Pemkab Rote Ndao sedang menghitung biaya sekitar Rp 600 juta untuk satu bulan menggunakan dana tanggap darurat. Untuk penanganan lanjutan dua bulan ke depan menggunakan dana Rp 500 juta yang saat ini sedang dibahas dalam RAPBD Kabupaten Rote Ndao.
"Dana untuk penanganan anak-anak gizi buruk secara keseluruhan tiga bulan diperkirakan sekitar Rp 1 miliar lebih. Kita berharap dana ini cukup dengan menyeimbangi fluktuasi harga barang di Rote yang cukup mahal. Karena tahun lalu dan juga tahun ini estimasi harga yang kita lakukan masi rendah. Tahun lalu volume barang kita kurangi karena angka uang kecil tidak sebanding dengan harga barang. Seperti tahun ini kita estimasikan harga telur ayam ras Rp 1.000,00/butir, tapi di pasaran harganya Rp 1.250,00 hingga Rp 1.500,00 per butir. Ini yang membuat jatah anak dipotong,"katanya. (iva)

Tidak ada komentar: