Rabu, 12 Maret 2008

Kampung Kolilanang tenggelam

Edisi 11 Maret 2008
n 287 KK mengungsi
LARANTUKA, PK -- Kampung Kolilanang, Desa Kolilanang di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur (Flotim), terancam "tenggelam". Permukaan tanah di desa itu terus bergerak turun dan kini sudah pada kedalaman dua meter lebih.
Sebelum kondisi ini terjadi, desa itu ditimpa tanah longsor, setelah hujan lebat mengguyur wilayah tersebut. Malah hingga saat ini, hujan masih mengguyuri desa berpenduduk 1.137 jiwa atau 287 KK itu.
Wakil Bupati Flotim, Yoseph Lagadoni Herin, S.Sos bersama Kabag Humas Pemkab Flotim, Nor Lanjong, S.H sudah memantau langsung lokasi bencana tersebut, Sabtu (8/3/2008).
Kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (10/3/2008), Wabup Yosni mengungkapkan, bencana yang menimpa warga Kolilanang itu terjadi sejak Minggu (24/2/2008). Sejak itu permukaan tanah di desa itu turun perlahan-lahan.
Ketika membeberkan fakta yang terjadi di Kolilanang itu, Wabup Yosni didampingi Kabag Humas Flotim, Nor Lanjong Kornelis, S.H, Kasubag Humas, Ben Herin dan staf Dominggus Tibo.
Yosni mengungkapkan, sebelum musibah itu menimpa warga Kolilanang, daerah itu diguyuri hujan amat lebat. Curah hujan yang tinggi itulah yang menimbulkan malapetaka tersebut.
Dalam musibah itu, lanjut dia, empat rumah permanen milik Thomas Ola Rotok, Lodo Mean Tupen, Masan Ama dan Hada Making mengalami kerusakan berat. Selain itu, lahan dan tanaman perkebunan seperti kelapa, pinang, kakao, pisang, kemiri dan vanili tumbang dan sebagian hilang tertimbun tanah longsor.
Tak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Namun, akibat tanah longsor dan patahan (translasi) itu, areal pemukiman seluas tiga hektar lebih, bergeser dan "tenggelam" (mengalami penurunan). Saat ini sudah pada kedalaman dua meter lebih.
Dia juga mengatakan, sampai sekarang hujan masih mengguyur wilayah tersebut.
Perubahan alam pun terus terjadi. Areal tanah di perkampungan itu terus bergeser ke arah barat daya. Saat ini, warga setempat mengungsi ke kampung tetangga di desa itu.
Selain tanah longsor, akibat angin kencang disertai hujan yang terjadi awal Februari 2008 lalu, tiga ruang kelas TKK Ade Irma di desa tetangga, yakni Desa Kolimasang, porak-poranda.
"Sebagai upaya penanggulangan terhadap bencana tanah longsor itu, Pemkab Flotim melalui Bappeda sudah mengirim surat kepada Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Dalam surat itu, pemkab meminta agar ITN Malang mengirim ahli geologi ke Desa Kolilanang untuk melihat dari dekat gejala alam yang sedang terjadi di desa itu," ujar Yosni.
Dia mengatakan, kehadiran ahli geologi itu sangat penting untuk membantu pemerintah mencari solusi atas masalah tersebut. Gejala sementara yang diikuti warga sejak terjadi longsoran itu, yakni air di kali dekat lokasi longsoran mulai berubah berwana menjadi hitam kekuningan.
Untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa, Wabup Yosni telah mengingatkan warga desa setempat agar waspada dengan tidak lagi menghuni lokasi tersebut. Karena itu, warga memilih mengungsi atau meninggalkan rumah mereka pada malam hari dengan menumpang di rumah sanak keluarga di kampung tetangga di desa itu.
Wabup Yosni juga mengingatkan warga dan Camat Adonara, Banjir Eke, agar terus berkoordinasi dengan instansi terkait di Larantuka guna memperoleh sarana tanggap darurat seperti terpal dan alat pengeras suara. Alat pengeras suara itu untuk mengingatkan warga bila terjadi longsoran atau kejadian lain di desa itu. Ia juga meminta camat dan kepala desa agar selalu melaporkan perkembangan bencana tanah longsor itu kepada Pemkab Flotim di Larantuka. (art)

Tidak ada komentar: